Day 2 : Guilin
Pesawat Air Asia berangkat dari KLIA2 pukul 6.25 pagi dan tiba di Guilin Airport (namanya Liang Jiang Airport) pukul 10 pagi. Waktu di China sama dengan waktu di Malaysia, yaitu 1 jam lebih awal dari Indonesia.
Terminal kedatangannya tidak terlalu besar. Kami mengisi kartu imigrasi kedatangan di China. Formnya bisa didapatkan sebelum melewati imigrasi. Saat mau ambil bagasi, ternyata ada anjing pelacak yang lucu dan berjalan mondar mandir di atas ban berjalan sambil mengendus setiap bagasi yang lewat. Alhasil bukannya ambil bagasi, para penumpang malahan menonton si anjing lucu itu.
Di depan terminal, kami sudah ditunggu oleh seorang pria yang memegang nama kami. Dia menyuruh kami menunggu sebentar sementara dia mengambil mobilnya. Ternyata, pria itu membawa taksinya. Memang kami sudah pesan ke hostel agar kami dijemput di airport, tapi tidak menyangka kalo armada taksi yang digunakan. Biayanya fixed price RMB 90, sudah diinformasikan oleh pihak hostel agar langsung membayar ke supir nya. Namun begitu, argometer taksi tetap dijalankan. OK, nanti kami akan bandingkan harga keduanya.
Ingat ya, di China setir mobil ada di kiri dan mobil berjalan di sebelah kanan jalan. Jadi berbeda dengan di Indonesia.
Perjalanan ke hostel sekitar 30 km dan ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit. Jalanan yang kami lalui bagus, lebar-lebar dan bersih. Sepanjang media jalan dan di kanan kiri jalan ditanami tanaman bunga dan aneka pohon lainnya yang terlihat sangat terawat. Jalanan pun sangat lengang. Terlihat di kejauhan, banyak proyek pembangunan gedung-gedung bertingkat sedang dilakukan.
Menjelang memasuki kota Guilin, sudah mulai tampak gunung2 karst di kanan kiri jalan, khas lukisan China. Di depannya ada bangunan rumah maupun perkantoran sehingga menimbulkan suasana yang berbeda. Memasuki kota, suasana lalu lintas lebih ramai. Kendaraan roda dua di sini, didominasi oleh kendaraan jenis skuter matic. Yang menarik, untuk melindungi pengendara dan penumpangnya dari terik matahari, mereka memasang payung aneka bentuk dan warna yang cantik di skuternya. Keren !
Akhirnya kami tiba di hostel. Argometer menunjukkan angka RMB 75. Tapi karena kami pesan pick-up services ini dari hotel, kami tetap harus bayar RMB 90 sesuai kesepakatan awal. Akomodasi yang kami pilih di Guilin adalah Guilin Riverside Hostel. Hostel ini memang terletak di tepi sungai Peach Blossom. Jadi asri. Harganya RMB 180 (setara 400 ribu) per malam untuk kamar isi 3 bed (kami + Jennifer). Murah ya, kami booking jauh-jauh hari melalui booking.com. Kamarnya lega dan kamar mandinya juga lega. Di kamar ini jadinya ada 2 ruangan, Jennifer dapat 1 ruang tersendiri yang terpisah, ada AC dan TV nya. Walau musim gugur, tapi di Guilin ini cuacanya panas, sekitar 30 derajat. Jadi AC sangat dibutuhkan.
Banyak turis asing di sini. Suasananya homy sekali. Ada receptionist, internet room, perpustakaan kecil, dapur, ruang tamu, ruang main yang semuanya letaknya berdekatan. Di ruang perpustakaannya, ada buku2 traveling yang dipajang. Buku itu dijual seharga RMB 20 per buah atau bisa barter, 1 buku di situ dengan 2 buku dari kita. Sayang kami ga bawa buku kali ini, jadi ga bisa barter.
Buat pembaca yang mau ke hostel ini, sebaiknya siapkan 2 buku traveling tentang Indonesia untuk ditukar dengan 1 buku traveling tentang China atau Guilin. Lumayan kan, dapat buku gratis sekalian promosi pariwisata Indonesia 🙂
Dinding hostel penuh coret coretan, tulisan tangan para tamu yang pernah menginap di sini. Bahkan ada yang nekat sampai menulis di langit2. Kami memperhatikan tulisan2 tersebut dan ternyata sebelum kami, sudah banyak tamu dari Indonesia yang pernah menginap di sini. Spidol warna-warni untuk menuliskan jejak para tamu sudah disiapkan oleh pihak hostel, jadi tinggal digunakan saja.
Stafnya pandai berbahasa Inggris. Hal ini sangat membantu karena kami kan tidak bisa berbahasa China. Kami mengambil peta wisata Guilin yang ada di meja receptionist dan juga kartu nama hostel untuk berjaga2 jika nanti kami tersesat. Di hostel ini sudah menunggu tante nya Diana yang datang dari USA, namanya Caroline. Dia orang Indonesia yang sudah lama tinggal dan bekerja di USA. Kali ini, dia ingin ikutan kami jalan2 di China. Sip deh, jadi kami, 4 orang Indonesia, ga bisa bahasa China, mau berpetualang di kota Guilin.
Waktu kami menjelajah Guilin cuma 1 hari karena besok sudah mau berangkat ke Yangshuo. Jadi siang ini kami manfaatkan untuk menuju Reed Flute Cave. Kebetulan sekali, salah seorang staf hostel, namanya Mr. Liauw ada urusan bisnis yang searah dengan perjalanan kami. Jadi dia menawarkan diri untuk mengantar kami. Tapi tidak gratis loh. Bayar RMB 30, setara taxi lah kira-kira. Oke, daripada bingung dan harus interaksi dengan supir taksi yang katanya ga pada bisa bahasa Inggris, kami dengan senang hati menerima tawarannya.
Perjalanan ke Reed Flute Cave tidak terlalu jauh. Mungkin sekitar 10 km, ditempuh dalam waktu 30 menit. Tiket masuknya seharga RMB 120 per orang. Untuk masuk ke dalamnya, pengunjung harus masuk berkelompok dan akan dipandu oleh seorang petugas. Tiap rombongan terdri dari sekitar 30 orang. Pemandunya disediakan oleh mereka, jadi gratis, namun sayangnya hanya bisa berbahasa China. Jadi kami ga ngerti sama sekali dia ngomong apa. Nasib.
Reed Flute Cave ini terdiri dari staglatit (terbentuk menggantung dari atas gua) dan staglamit (terbentuk di dasar gua) aneka bentuk dan ukurannya. Bentuk-bentuk ini akan disorot oleh cahaya lampu warna-warni sehingga menjadi indah. Ada yang menyerupai snowman, naga, air terjun, dsb. Keren deh !
Ketika tiba di titik tertentu, si pemandu akan menyalakan saklar lampu dan menerangkan area tersebut. Biasanya sih di setiap bentuk ada namanya dalam bahasa Inggris. Setelah beberapa waktu, lampu warna akan mati kembali, sehingga jika kita ingin berlama-lama di satu tempat silakan menunggu rombongan berikutnya tiba dan lampu akan kembali dinyalakan oleh pemandu berikutnya.
Lumayan banyak juga titik perhentiannya. Kami berusaha mengabadikan keindahan di dalamnya dengan kamera. Namun akhirnya, mata adalah kamera terbaik dari Tuhan yang bisa menangkap keindahan alam di bawah tanah ini. Biar bagaimana pun, lekuk kemegahan 3 dimensi yang ada di gua ini sangat sulit ditangkap oleh kamera 2 dimensi.
Akhirnya kami tiba di bagian gua yang paling luas areanya dan terdapat kolam yang luas di situ. Jadi lampu yang menyorot bentuk2 gua di atas kolam, terpantul bayangannya di kolam dengan sempurna. Wuiiih… cantik banget !
Kami berbaur dengan beberapa rombongan sebelumnya. Di sini diputar cerita hikayat yang menerangkan asal muasal terjadinya Reed Flute Cave ini. Hebatnya, layar filmnya menggunakan langit2 gua di atas kami. Jadi ada proyektor yang menembakkan animasi gambar naga, pohon dan sebagainya ke langit2 dinding gua. Keren. Ada juga proyektor yang menembakkan cerita sepasang pria wanita yang balet di antara batu-batu gua di atas kolam.
Di beberapa tempat di gua ini, ada tukang foto yang standby. Silakan saja berfoto, nanti hasilnya bisa dilihat di luar gua. Jika mau bisa membayar seharga RMB 40 per foto. Tapi jika tidak mau, tidak diambil juga tidak apa-apa kok. Ga ada salahnya memanfaatkan jasa para fotografer ini. Kami sendiri sempat mencoba berfoto menggunakan jasa mereka. Benar saja, foto kami sudah tersedia di booth depan pintu keluar gua. Namun karena ini China, maka semuanya bisa ditawar. Termasuk soal foto ini.
Karena orang-orang di depan kami banyak yang tidak membeli fotonya, maka pada saat kami melihat foto kami, mereka memberikan harga hanya RMB 20 saja. Diskon 50 % dari harga awal. Lumayanlah. Memang hasil fotonya biasa saja sih, tadinya hampir tidak diambil. Tapi karena dikasi harga RMB 20 ya sudahlah, diambil saja. Mungkin kalo ada beberapa foto yang mau diambil bisa ditawar lagi tuh harganya, hehe..
Nah, saat keluar gua dan menghadapi booth foto, cobalah mengarah ke kanan dulu. Jangan mengikuti arus pengunjung yang ke kiri dan menuju ke tempat souvenir. Ada apa di kanan ? Ada toilet. Tapi bukan sembarang toilet. Yang ini sangat special. Ada tangga ke atas untuk toilet wanita dan lurus untuk toilet pria. Jangan lupa bawa kamera. Bukan buat foto orang di dalamnya, tapi foto pemandangan cantik yang bisa dinikmati dari toilet. Bagi wanita, ada balkon untuk melihat gunung dan bagi pria, bisa memandang gunung sembari pipis. Hihi… seru kan !
Tujuan kami berikutnya adalah melihat panda di Seven Star Zoo. Bisa menggunakan bis no 3 untuk ke kota dan dilanjutkan taxi. Bisa juga langsung menggunakan taxi. Karena kami ber-4, kami pilih langsung naik taxi. Untuk itu kami harus berjalan sedikit ke arah kanan menyusuri jalan raya. Terdapat 2 taksi yang sedang parkir. Mulailah kami berbahasa tubuh dengan sang supir. Maklum, hampir semua supir taksi di China tidak bisa berbahasa Inggris. Cara paling ampuh, tunjukkan peta dan tunjuk2 area yang kami maksud. Jika ingin menggunakan argo, silakan sebut “meter” dan supir akan paham. Tapi jika ingin harga borongan, maka tanyakan saja harganya pada sang supir.
Supir menyebut harga RMB 30 jika tidak pakai argometer. Karena menurut kami harganya sesuai, maka kami memilih borongan saja. Jika pakai argo takutnya nanti kami malah dibawa berputar2 dan membuat harga malah menjadi mahal. Sopirnya anak muda. Di mobilnya, penuh dengan brosur tempat wisata. Mayoritas dalam bahasa China. Dia mencoba menawarkan beberapa di antaranya kepada kami. Namun karena kami menolak dan berbicara terus dalam bahasa Inggris dan Indonesia yang dia tidak mengerti, akhirnya dia menyerah, he…he..
Kami mengarah ke Seven Star Park yang ada di kota Guilin. Taman ini sangat luas, namun kami hanya ingin ke kebun binatangnya saja untuk melihat panda. Jika masuk melalui pintu utama taman, maka kita harus membayar biaya masuk taman dan biaya masuk ke zoo. Jika hanya ingin ke zoo, maka masuklah melalui pintu masuk zoo yang berada di sudut lain dari taman. Jarak dari pintu masuk utama ke pintu masuk zoo cukup jauh jika berjalan kaki, jadi pastikan taksi berhenti di pintu masuk zoo, bukan di pintu masuk utama. Harga masuk zoo RMB 70 per orang.
Kami fokus mencari kandang panda. Ya, binatang khas China ini ada di dalam kebun binatang ini. Petunjuknya cukup jelas dari depan. Di sini ada 2 panda yang cukup besar di dalam 2 kandang terpisah. Aaah… Senangnya bisa melihat panda secara langsung di alam terbuka. Tapi warnanya bukan putih-hitam, melainkan dekil-hitam, hahaha… Bulunya tidak putih melainkan kecoklatan. Seperti sudah lama ga mandi dan mungkin hobi main di tanah nih.
Lucu deh melihat kelakuan mereka. Sepanjang kami amati, mereka hanya makan terus bambu2 yang tersedia di depan mereka. Duuh, pantes aja gendut. Mereka juga ga peduli dengan kehadiran pengunjung. Makan dan makan terus.
Lama juga kami di sini, menikmati si panda yang setelah makan ternyata lalu tidur kelelahan. Kami juga melihat perpindahan mereka dari alam terbuka ke dalam kandang tertutup mereka yang dindingnya terbuat dari kaca. Setelah masuk kandang, mereka makan lagi ! Alamaaaak…
Rata-rata hewan di sini akan masuk kandang jam 5 sore. Jadi sebaiknya jangan datang ke zoo ini terlalu sore. Selain panda, ada banyak binatang lainnya di sini. Kami sempat melihat berkeliling sebelum akhirnya pulang ke hostel dengan taksi lagi. Kali ini pakai argometer, dari zoo ke hostel RMB.15
Rata2 taksi di sini tidak menyalakan AC untuk jarak dekat, sehingga kami harus membuka kaca mobil. Uniknya, letak tombol untuk menaik turunkan jendela depan tidak seperti mobil di sini yang dekat dengan handle pintu. Tombol diletakkan di tengah2 mobil dekat tongkat persneling. Jeff yang duduk di depan sempat kebingungan tapi akhirnya dikasi tau si sopir taksi.
Setelah istirahat sebentar, kami mau makan malam di luar hostel. Di sekitar hostel banyak tempat makan dan mini market. Setlah melihat-lihat, kami mampir ke sebuah tempat makan yang cukup ramai dikunjungi.
Tidak ada satupun menu dalam bahasa Inggris. Jadilah kami menunjuk-nunjuk makanan yang ada di etalase : ada ayam panggang, ayam rebus, bebek panggang dan babi panggang. Disajikan bersama nasi dan porsinya cukup besar. Harganya juga murah, rata-rata RMB 10 per porsi. Di sini disediakan beberapa macam sambal dan acar. Jika mau dan suka, silakan ambil sendiri. Gratis.
Selesai makan, kami mau jalan2 ke pusat keramaian. Dari hostel kami berjalan ke arah twin pagoda. Tidak banyak bangunan tinggi dan megah di sini. Banyak jalanan yang di malam hari beralih fungsi menjadi tempat dagang. Makanan,minuman, souvenir ada semua. Lengkap. Kemahiran tawar menawar anda, silakan diuji di sini he..he..
Akhirnya kami sampai di twin pagoda yang terletak di atas danau. Namanya Sun Pagoda dan Moon Pagoda. Di malam hari, pagoda ini terlihat cantik. Sun Pagoda berwarna kuning dan Moon Pagoda berwarna silver. Bagus sekali. Banyak sekali yang foto dengan background kedua pagoda ini. Banyak warga lokal yang jalan2 di sini bahkan memancing malam hari di danau ! Oh iya, ini kan malam minggu, makanya ramai.
Ada juga boat2 untuk para turis yang mau mengitari danau. Mereka menjual paket tour menjelajah 2 sungai dan 4 danau (2 rivers 4 lake) di sekeliling pagoda. Di sisi lain, kami lihat puluhan bis wisatawan parkir di situ. Kami sih cukup puas duduk-duduk di pinggir danau menikmati pemandangan ini. Di sekitar danau terdapat taman yang juga dihiasi lampu warna-warni, indah sekali.
Saat mengarah pulang, kami menyeberang jalan dan ternyata tiba di depan salah satu pintu masuk Elephant Trunk Hill. Memang area wisata ini dekat dengan hostel kami. Tante Caroline yang tiba di Guilin lebih dulu dari kami sudah sempat berjalan-jalan di Elephant Trunk Hill. Objek wisata ini sebetulnya merupakan icon Guilin dan sangat terkenal. Sayang, kami tidak punya waktu untuk masuk ke sini.
Saat kami menyusuri area luarnya, walaupun tidak terlalu jelas, kami bisa melihat icon Elephant Trunk Hill tersebut dari kejauhan. Bentuknya sama lah dengan gambar—gambar yang pernah kami lihat sebelumnya, hehe..
Malam ini kami harus berkemas, karena besok pagi sudah harus pergi meninggalkan hostel, naik kapal yang akan membawa kami menyusuri sungai Li menuju kota Yangshuo. Kami membeli paket dari hostel untuk Li river Cruise ini. Harga resminya RMB 395 per orang, tapi kami sudah menawar sebelumnya melalui email dan mendapat harga RMB 370 per orang. Paket ini termasuk penjemputan dari hotel menuju dok kapal, tour guide bahasa Inggris, makan siang, kapal menuju Yangshuo dan naik bus kembali ke hostel. Kami sendiri hendak menginap di Yangshuo, sehingga tidak menggunakan bus kembali ke hostel.
Day 3 : Li River Cruise (Guilin-Yangshuo)
Pagi ini kami berjalan2 sekitar hostel. Hostel terletak di tepi sungai Taohua (Peach Blossom) dan dekat dengan jembatan Nanmen. Kita bisa menembus langsung ke tepian sungai dari ruang makan hostel. Di tepinya kita bisa duduk2 atau berjalan menyusuri sungai. Warna air sungainya agak hijau (karena ganggang/rumput laut di dasar sungai), tetapi bening dan bersih sehingga bisa memantulkan bayangan bangunan di sekitarnya. Suasana pagi terlihat sepi, jarang orang yang berlalu lalang maupun kendaraan.
Kami mencoba mencari sarapan di area kami makan malam sebelumnya. Ternyata ada kedai yang jual bakpao. Boleh juga nih dicoba. Ada yang isi daging dan sayuran. Harganya RMB 2 per buah. Ada juga yang kami pikir siomay (dari bentuknya). Ternyata setelah dicoba itu adalah ketan, hehe..
Belum cukup sarapannya, kami pindah ke sebelahnya. Sebuah kedai makanan. Kami memesan mie dan nasi goreng dengan cara menunjuk gambar yang ada di situ. Mienya lumayan enak, harganya RMB.5 sedangkan nasi gorengnya (harga RMB.7) kering banget, jadi kurang pas buat kami. Nah, ada pengalaman menarik di sini. Karena kami beli makan 2 porsi untuk sharing 3 orang, maka kami meminta 1 mangkok kosong. Ternyata mangkok kosong itu di-charge RMB 0,5. Haiya… Mungkin dianggap buat ongkos cuci mangkoknya ya. Dasar…
Kembali ke hostel, kami siap-siap check out. Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Caranya, silakan pinjam spidol warna warni yang ada di dekat dapur. Lalu berkreasilah menulis nama di bagian tembok yang masih kosong. Umumnya mencantumkan nama dan asal negara.
Kami juga dong.. sekalian sama website dan gambar bendera merah putih. Done !
Pk. 08.10 pagi, kami sudah dijemput oleh pemandu yang akan membawa kami menyusuri sungai Li. Keluar hotel, kami masuk ke bis wisata ukuran besar. Sudah agak penuh nih penumpangnya. Semuanya ikut tour Li River Cruise. Ternyata dari hostel kami ada total 8 tamu yang ikutan. 4 orang Italia dan 4 orang Indonesia (rombongan kami).
Setelah menjemput tamu di hotel berikutnya, maka bis berangkat ke arah luar kota. Sepanjang perjalanan, nampak aktivitas kota Guilin yang mulai ramai. Padahal ini hari Minggu loh. Kami melewati toko, bengkel, pasar, showroom mobil, apartment. Memang suasana kota kecil. Pemandu kami namanya Ms. Aling. Ia menerangkan mengenai Li Cruise serta aktivitas apa saja yang bisa dilakukan di Yangshuo dalam dwibahasa, bahasa China dan bahasa Inggris.
Perjalanan dari hostel ke dok kapal/boat untuk Li River Cruise sekitar 1 jam lebih. Tiba di lokasi, sudah banyak turis dari berbagai negara yang mau ikut cruise. Semuanya tergabung dalam kelompok2 dengan pemandu masing-masing. Rupanya kapal untuk cruise ini ada banyak sekali. Kami naik salah satunya.
Kapal kami cukup besar dan bagus. Terdiri dari 2 lantai. Lantai 3 adalah dek terbuka. Tempat duduk di lantai 1 dan 2 disusun seperti untuk makan, 1 meja isi 8 orang. Jadi 4 orang duduk saling berhadapan. Kami duduk di lantai 2, semeja dengan 4 orang turis Italia yang satu hostel dengan kami. Di meja sudah tersedia teh. Enak juga rasanya.
Panjang sungai Li sebenarnya 437 km. Tetapi rute Li River Cruise ini dari Guilin ke Yangshuo adalah sepanjang 83 km saja. Ditempuh dalam durasi sekitar 4 jam. Sekitar pk.10.00 berangkatlah kapal kami. Ternyata setelah kami perhatikan, banyak sekali kapal yang berangkat pagi. Jumlahnya mencapai puluhan dan besar2.
Ternyata ada 2 jenis kapal. Kapal untuk mayoritas warga lokal yang lebih sederhana dan kapal untuk turis berbahasa Inggris. Di kapal kami, ada yang menerangkan mengenai perjalanan sepanjang sungai Li ini dalam bahasa China, selanjutnya diterjemahkan dalam bahasa Inggris.
Baru sebentar kapal berangkat, kami dan para turis lainnya segera bergegas keluar, naik ke atas deck kapal di lantai 3. Di sinilah lokasi paling strategis untuk menikmati keindahan sungai Li ini. Decknya luas sehingga memungkinkan kami berpindah2. Dari depan ke belakang, kanan ke kiri dan sebaliknya. Tapi tempat paling ramai adalah yang menghadap depan. Bahkan terkesan tempat ini di’kuasai’ oleh turis tertentu karena mereka ga mau pindah ke tempat lain, he..he..
Cuaca cerah namun tidak terlalu panas sehingga membuat perjalanan Li Cruise ini sangat menyenangkan. Foto2 sih jangan ditanya. Jepret terus sana sini. Yang menjadi daya tarik utama pemandangan Li Cruise ini adalah bukit2 karst di kanan kiri sungai yang tinggi dan terkadang seperti membentuk ilustrasi tertentu. Seperti berada di negeri dongeng saja nih.
Beberapa di antaranya memiliki nama sesuai bentuknya. Salah satu yang terkenal adalah The Painted Hill of Nine Horse. Walaupun begitu, kami dan para turis asing agak kesulitan membayangkannya. Kok ga bisa liat ya bentuk kuda di gunung-gunung itu. Hmm… harus berimajinasi dengan agak “maksa” nih keliatannya.
Di perjalanan kami melihat banyak pemandangan menarik. Mulai dari kerbau yang berenang di sungai, kapal besar dan rakit motor yang berbaris menyusuri sungai Li, sampai anak kecil di dek kapal yang memamerkan celana bolongnya di bagian pantat khas China. Hm.. untung dia pakai pampers, haha..
Keindahan sungai Li dan kombinasi alamnya, sangat terkenal. Sehingga ada pepatah “one hundred miles Lijiang River, one hundred miles art gallery”. Banyak karya sastra yang lahir, ter-inspirasi oleh keindahannya. Salah satu sastrawan besar pada dinasti Tang yaitu Han Yu pernah menulis sebuah puisi untuk memuji keindahan Li River. Cuplikan puisinya : “The river winds like a blue silk ribbon. While the hills erect like green jade hairpins.” Keren ya !
Kami foto2 dan jalan di deck kapal hampir 1,5 jam. Setelah puas, kami masuk kembali ke bagian dalam kapal dan duduk di meja makan kami. Hampir waktunya makan siang. Lunch disiapkan oleh koki yang dapurnya terletak di bagian belakang kapal. Kami taunya karena melihat dapur kapal lain sewaktu kami ada di atas deck. Konsepnya jadi ‘open kitchen’ tapi yang melihat adalah penumpang kapal lain.
Makan siangnya buffet dan sudah termasuk paket. Kalo mau beda menunya, bayar sendiri lagi. Nanti ada crew kapal yang akan menawarkan menu makanan dan minuman. Kami harus bawa piring sendiri ke lantai 1 untuk ambil makanannya di meja prasmanan lantai 1. Setelah itu kembali ke lantai 2 dan makan di meja kami.
Di sekeliling kami, semuanya turis lokal. Mereka pesan makanan sendiri yang beda dengan kami dan kelihatannya lebih enak. Hehe.. Sambil makan siang, kami mengobrol dengan Sara, solo traveler dari Italia. Dia keliling China hampir satu bulan sekaligus menjenguk pamannya yang menikah dengan orang China. Dia sudah ke Xi’an dan Beijing, 2 kota yang akan kami kunjungi. Orangnya senang cerita sehingga kami dapat banyak info mengenai Xi’an dan Beijing.
Lagi enak2nya makan siang, tiba2 tour guide kami, Aling, menyuruh kami keluar ke deck kapal sambil membawa uang RMB 20. Ternyata kami sudah tiba di tempat dimana gambar Li River tercetak di uang kertas RMB 20.
Kami sempat salah tempat. Kami awalnya ke deck depan. Kami sempat bergaya dengan membuka uang kertas RMB 20. Tapi kok dilihat2 ga sama seperti di gambar ya ? Kami pikir mungkin gunung2 batunya sudah berubah karena alam dll. Ternyata kami yang salah tempat dong. Hahaha !
Untung kami lihat mayoritas turis malah ke deck belakang. Jadilah kami ke sana. Untung masih sempat ambil fotonya. Silakan dinilai sendiri apakah gambarnya memang sama atau tidak.
Menjelang jam 2 siang, kami pun mendekati Yangshuo. Kami berpapasan dengan kapal2 kosong yang sudah kembali terlebih dahulu. Karena kondisi sungai, maka tidak ada kapal yang membawa penumpang dari Yangshuo kembali ke Guilin. Jadi penumpang hanya diangkut 1 arah, dari Guilin ke Yangshuo. Lalu kapal kembali ke Guilin dengan tidak mengangkut penumpang. Itulah sebabnya penumpang yang hendak kembali ke Guilin hanya bisa menggunakan moda transportasi bus.
Catatan Guilin :
Makanan, minuman, akomodasi, transportasi dan souvenir di Guilin paling murah dibandingkan Yangshuo, Xian dan Beijing.
Untuk minum, bisa membeli air mineral yang bentuk jerigen di minimarket, lalu isikan ke dalam botol yang biasa kita bawa-bawa. Harganya lebih murah daripada beli botolan. Kami perlu beli air minum karena di Guilin Riverside Hostel tidak disediakan air minum gratis untuk tamunya.
Untuk transportasi di Guilin, bisa mengandalkan taksi karena relatif murah dan bisa menghemat waktu daripada naik bis. Siapkan peta atau nama tempat menggunakan bahasa China, karena supir umumnya tidak bisa bahasa Inggris.
Pengeluaran kami berdua di Guilin sekitar RMB.750 ditambah paket Li cruise senilai RMB.740. Buset ya, harga Li Cruise 4 jam bersaing dengan biaya explore Guilin sehari semalam. Memang sih pemandangan saat cruise itu luar biasa, tapi kami menemukan pemandangan yang sama di Yangshuo dengan sensasi yang jauh lebih seru dan lebih romantis daripada cruise ini. Biayanya juga jauuuuh lebih murah, pas deh buat kantong backpacker. Mau tau ? Ikuti kisah trip kami di Yangshuo ya.
Bersambung ke China trip part 3 : Yangshuo
Kisah sebelumnya di China trip part 1
blh saya dapat contact supir di sana?
Saya ga punya kontak supir karena memang tidak mencari supir di sana. Di blog dijelaskan bahwa saya hanya kontak hotel dan travel lokal saja. Silakan dibaca lagi
Halo, saya mau nanya, untuk paket cruise Two rivers and Four lakes kira2 berapa yh? Saya baca artikelnya, keliatannya emang ga ikut yh. Kemudian, untuk Li River Cruise waktu itu ikut paket yg deluxe atau luxurious?Harga 740 RMB saat itu sudah 2 orang yh? Tx
Two rivers & four lakes itu modelnya boat mengelilingi sungai di dalam kota aja sih. Ga terlalu berasa cruise ya. Harganya macam2 tergantung model boat dan paketnya include apa saja. Bisa langsung pilih dan beli di tempat. Untuk Li river cruise waktu itu dari hotel hanya ada 1 jenis saja, jadi kurang paham yg mana. Iya, itu harga berdua.
Thank you untuk tulisannya…sangat membantu saya.. saya berencana ke Beijing, Shanghai, Guilin, Xian bulan Maret ini.. backpacker-an… jadi sedang mencari tulisan pengalaman berlibur di China.
sama donk
aku baru saja kembali dari China kemaren..rute berubah Beijing, Xian, Huangshan dan Shanghai… overall okay pergi sendiri walau ada ketinggalan kereta karena salah stasiun kereta api T_T. Tapi akhirnya saya berhasil keliling kota besar China yg famous dengan biaya hemat ^_^
Horeee… selamat ya mba Susan.
Hi mba…makasih yaa utk share pengalamannya. Mba mau tanya utk Li River Cruise mba pesannya dr mana ya? apa bisa lgsg dari hotel? makasih.
Iya betul, pesan langsung dari hotelnya.