Day 8 : Casablanca
Kami tiba di Casablanca dari Tangier menjelang sore hari. Jalanan sangat macet di dalam kota Casablanca. Satu2nya tempat yang akan kami kunjungi sore ini adalah Hassan II Mosque, masjid terbesar di Casablanca. Lokasinya menghadap samudera Atlantik dan satu garis pantai dengan Mall of Morocco Morocco part 1.
Hassan II Mosque termasuk dalam daftar 15 masjid terbesar di dunia. Kapasitas di dalam mencapai 25.000 jemaah dan di luar hingga 80.000 jemaah. Tidak heran lapangan di luar masjid ini sangat luas untuk menampung jemaah yang akan sholat.
Malah untuk tinggi minaret Hassan II Mosque ternyata nomor 2 tertinggi di dunia yaitu 210 meter. Bandingkan dengan tinggi minaret Koutobia Mosque di Marrakech Morocco part 2. Arsitektur masjid ini sangat indah dan megah, baik interior maupun eksteriornya. Dari pelataran masjid juga bisa melihat view yang sangat indah, baik laut maupun kota Casablanca. Keren deh !
Saat kami tiba, sudah menjelang adzan magrib. Terdengar adzan berkumandang di sore itu. Umat muslim berbondong-bondong masuk ke dalam masjid. Lampu di masjid pun mulai menyala karena hari sudah mulai gelap. Kali ini kami tidak masuk ke dalam masjid, namun sebelum ini kami pernah masuk ke dalam Blue Mosque di Istanbul, Turki di tahun 2016 saat mengikuti Free City Tour Istanbul. Setelah selesai mengagumi kemegahan Hasan II Mosque ini, kami menginap di Campanile Hotel, hotel yang sama saat kami tiba pertama kali di Morocco.
Day 9 : Casablanca – Doha – Jakarta
Ini hari terakhir kami di Morocco. Siang hari kami akan ke airport untuk kembali ke Jakarta. Selesai breakfast dan beres2 koper terakhir, kami menyempatkan diri untuk jalan kaki di sekitaran hotel kami. Jalanan siang ini tidak terlalu ramai. Ada gedung perkantoran swasta dan pemerintahan. Suasananya mirip Jakarta jaman dulu gitu, bangunan nya model jadul. Selaras dengan taxinya yang juga mirip kondisi taxi di Jakarta jaman dulu. Serasa balik ke tahun 80-90an gitu deh.
Kami mampir ke supermarket lokal untuk menikmati aktivitas keseharian masyarakat lokal. Dari supermarket, kami membeli KFC untuk makan siang kami di hotel. Rasa dan besar ayam KFC sama dengan waktu kami makan di Hamad International Airport, Doha.
Menjelang tengah hari, Abdel menjemput kami di hotel dan mengantarkan ke Mohammed V Airport. Ternyata airport ini sangat ramai dan besar. Malah lebih ramai bila dibandingkan dengan OR Tambo International Airport di Cape Town, South Africa part 3. Lebih banyak toko dan restoran di sini.
Perjalanan kami dari Casablanca, transit Doha dan kembali ke Jakarta, semuanya menggunakan pesawat dari Qatar Airways. Tidak seperti waktu di awal saat rute Doha-Madrid-Casablanca yang menggunakan maskapai Iberia Morocco part 1. Akhirnya perjalanan kami di Marocco selesai sudah.
Secara umum, keamanan di Morocco sangat baik. Orang2nya termasuk ramah dan bersahabat. Di mana2 banyak polisi terutama polisi lalu lintas. Di kota2 besar seperti Casablanca, Fes dll, polisi mengontrol setiap kendaraan yang akan masuk ke kota. Kendaraan wajib melambatkan bahkan menghentikan kendaraan. Jika diberikan signal ok oleh polisi, barulah kita boleh jalan. Sementara untuk jalanan di luar kota atau rute antar kota, banyak pos polisi lalu lintas. Yang biasanya kena tilang adalah jika tidak pakai seat belt atau melebihi batas kecepatan.
Polisi lalu lintas Morocco rata2 menggunakan speed gun untuk mengecek kecepatan kendaraan. Biasanya saat kami berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan dan kendaraan tersebut mengedipkan lampu depan, saat itu driver kami tahu bahwa di depan / tidak lama akan ada operasi polisi lalu lintas. Selama di Morocco, kami 3 kali dihentikan polisi : 1 kali pengecekan surat jalan driver, 1 kali pengecekan penggunaan seat belt dan yang terakhir driver kami ditilang karena kedapatan menggunakan handphone. Di Morocco yang pastinya polisi nya tegas dan tidak bisa diajak negosiasi untuk damai.
Epilog
Secara umum pengalaman traveling kami ke Morocco, beyond expectation kami. Dan inilah hal yang paling kami sukai dari suatu perjalanan. Tempat2, budaya, orang2 dan pengalaman yang kami ceritakan di blog ini, membuat kami jatuh cinta terhadap Morocco. Untuk wisata juga sangat lengkap, ada salju, ada gurun sahara, ada laut, ada gunung, ada kota tua, ada kota modern, ada pasar, ada istana, seru deh ! Ternyata Afrika Utara dan Afrika Selatan bisa punya suasana yang jauh berbeda walau sama2 berada di 1 benua Afrika.
Berikut beberapa tips dari perjalanan ini :
- Bahasa utama di Morocco adalah Arab dan Perancis. Bahasa Inggris sangat minim digunakan. Malah di beberapa area ada bahasa Berber karena 40% populasi Morocco adalah suku Berber, bukan Arab. Beberapa guide kami merupakan orang suku Berber. Tulisan orang Berber berupa simbol2. Driver kami nyaris tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali bahkan untuk kata2 sederhana. Akhirnya kita pakai google translate sambil kami juga belajar sedikit bahasa Perancis.
- Mata uang Morocco Dirham (MAD) tidak diperjualbelikan di luar Morocco sehingga kita hanya bisa bertransaksi di dalam Morocco. Bawalah mata uang USD atau Euro untuk nilai tukar yang lebih baik. Saat tiba di Mohamed V Airport, di depan belt bagasi, ada 2 money changer : Bank of Africa dan Global Exchange. Tukarkan dalam jumlah terbatas karena nilai tukarnya lebih rendah dibandingkan jika dibandingkan tukar di money changer di luar airport. Money changer dapat ditemui di setiap kota besar yang dikunjungi.
- Pastikan saat tukar uang MAD, minta uang pecahan 10 MAD atau 20 MAD untuk tips saat makan, naik taksi atau lainnya. Saat kami pertama kali tukar uang USD.200, nilainya setara dengan 1.885 MAD. Uang cash masih diperlukan karena ada saja tempat yang tidak bisa transaksi dengan kartu kredit. Contohnya waktu lunch di hotel Taddart Morocco part 3
- Saat makan, pelayan resto akan bilang bahwa ini tagihan makanannya dan belum termasuk tips. Kita tahu bahwa artinya mereka berharap ada tips dari kita. Kisaran tips 10-20 MAD. Untuk porter hotel sekitar 20 MAD. Local guide 50-150 MAD per hari (tergantung durasi dan service yang diberikan, jadi bersifat subjektif). Di beberapa toilet umum, kadang ada juga penjaga toilet yang mengharapkan tips.
- Untuk komunikasi, kami tidak membeli SIM Card Morocco karena tidak ada yang jual di Indonesia. Di airport ada booth penjualan SIM card dari beberapa provider besar di Morocco. SIM Cardnya gratis tapi tetap harus beli pulsa internet dll. Jadi kami akhirnya tidak menggunakan SIM Card Morocco, hanya mengandalkan wifi hotel / resto / tempat umum. Kalo buat kami, ini sudah cukup.
- Colokan listrik dan daya listrik sama dengan yang dipakai di Indonesia.
- Transportasi dalam kota bisa menggunakan petit taxi (nego harga), taxi, atau Tram (Casablanca). Kami install aplikasi Careem di HP (tidak ada Uber di Morocco) untuk pesan taxi. Transportasi turis antar kota biasanya berupa mobil van (7 – 12 orang). Sangat jarang terlihat bis wisata yang besar.
- Untuk perjalanan kali ini, kami tidak memerlukan visa karena Morocco dan Qatar bebas visa bagi WNI. Untuk di Barajas Airport Madrid kami hanya ada di area transit, jadi tidak memerlukan visa Schengen.
- Temperatur di Morocco pada bulan Desember (winter) berkisar antara 2 – 20 derajat Celcius. Sehingga waktunya sangat tepat untuk kita berkunjung ke sini
Semoga catatan traveling kami kali ini, membuat para pembaca setia blog Pasangan Traveling semakin mengenal negara Morocco dan keindahannya.
Perjalanan sebelumnya : Morocco part 4



