Day 3 : Casablanca – Marrakech
Setelah breakfast di hotel, jam 08.30 driver menjemput kami untuk perjalanan ke kota Marrakech. Naah, ternyata memang betul hanya kami berdua saja nih di mobil ini dan di perjalanan ini. Wacana group tour berubah jadi private tour nih. Asyiiik ! Marrakech merupakan salah satu kota terbesar di Morocco dan menjadi salah satu wisata utama para turis karena ada beberapa tempat yang menarik di sana. Perjalanan menuju Marrakech hampir 2,5 jam. Kami sempat istirahat sejenak di rest area dan sudah bisa melihat keindahan landscape Morocco.
Setibanya di Marrakech, kami langsung disambut oleh Israehicham, lokal guide yang akan mengajak kami keliling Old Madina Marrakech dengan berjalan kaki. Sementara Abdel akan menjemput kami di sore hari. Israehicham merupakan orang Morocco dari suku Berber, yang merupakan asal dari bangsa Morocco dan merupakan mayoritas di Morocco. Pertama kami diajak melihat eksterior Koutobia Mosque, yang merupakan mesjid terbesar di Marrakech dan memiliki minaret / menara setinggi 77 meter.
Di sini kami bertemu dengan Water Sellers/Qarabs dengan pakaian berwarna merah yang khas dengan hiasan. Mereka membawa air dalam kantong dan dituang dalam wadah/gelas logam. Airnya bisa diminum, walaupun kalo di sini lebih ke arah atraksi foto bersama mereka dengan memberikan sejumlah uang. Pada jaman dahulu, keberadaan Water Sellers ini sangat penting karena pada masa itu, air sulit didapatkan, Jadi mereka keliling untuk jualan air kepada para warga.
Selanjutnya kami diajak menyeberang jalan melewati Djemaa el Fna Square, alun2 terbesar di Morocco dan masuk dalam UNESCO Intangible Cultural Heritage sejak tahun 2001. Di pintu masuk Djemaa el Fna Square, ada penyewaan delman untuk yang mau keliling Marrakech.
Selanjutnya, kami diajak mengunjungi Bahia Palace atau Palais Bahia (bahasas Perancis), salah satu tempat utama turis di Marrakech. Untuk menuju ke sana, kami diajak berjalan kaki menyusuri Old Medina (bagian kota tua Marrakech) termasuk melewati pemukiman orang Yahudi di sini. Ternyata di banyak kota besar di Morocco yang akan kami kunjungi selanjutnya seperti Fes, Tangier dll, selalu ada komunitas Yahudi yang mayoritas sudah memeluk agama Islam.
Bahia Palace pada masanya merupakan istana yang megah baik dari segi eksterior maupun interior nya. Memiliki banyak ruangan seperti ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, kamar mandi dll. Arsitekturnya sangat bagus. Di sini, selain ada cerita sejarahnya, tetapi ada juga cerita romansanya seperti cerita yang melatarbelakangi pembangunan Taj Mahal di India. Itupun kami baru tahu setelah diceritakan oleh lokal guide kami. Jadi Bahia adalah nama perempuan yang sangat dicintai raja, sampai dibuatkan istana khusus untuk Bahia. Kisah cintanya cukup tragis, yang penasaran bisa browsing sendiri ya ceritanya.
Tidak terasa waktu sudah melampaui jam makan siang kami. Kami diajak makan siang (biaya sendiri) di Palais Sebban. Ini hidden gems buat kami karena melalui pasar dan jalan2 kecil di sekitaran Old Medina. Saat kami tiba, pintu masuknya biasa saja layaknya rumah biasa. Tapi begitu masuk ke dalamnya, kita langsung terpukau dengan tempat ini. Ternyata tempat ini adalah hotel dengan eksterior dan interior layaknya sebuah istana. Dan tempat seperti ini ternyata bukan satu2nya di Marrakech, masih ada banyak di sekitaran Old Medina.
Kami bisa pilih sendiri mau makan apa dari menu yang disediakan. Buku menunya bagus, berbahasa Inggris dan Perancis. Akhirnya kami pilih appetizer samosa, menu utama Lamb Tagine dan desert chocolate cake. Ini kali pertama kami mencoba tagine, salah satu makanan khas Morocco yang umum dan terkenal. Makanan di sini ternyata betul2 enak banget. Sesuai dengan suasana istana yg mewah.
Untuk minumannya, kami pesan Moroccan Whiskey alias mint tea. Ini non alkohol ya, betulan hanya teh, kan Morocco merupakan negara Islam. Namanya saja yg pake kata “whiskey”. Mint tea ini juga salah satu minuman yang umum dan sangat mudah ditemui di seluruh Morocco. Cara penyajiannya seperti menuang teh tarik yaitu teko diangkat setinggi mungkin dan dituangkan ke gelas. Setelah makan, kami keliling melihat kamar2 hotel yang ada. Suasananya sangat khas Morocco dan harganya pun tidak terlalu mahal.
Dari Palais Sebban, kami diajak jalan2 di dalam Old Medina yang merupakan pasar terbesar di Marrakech. Tanpa lokal guide, dijamin tersesat karena banyak sekali jalan2 kecil di dalamnya. Di kanan kiri banyak toko yang terbagi sesuai dengan barang yang dijual seperti spice, kerajinan kulit, makanan dan lain2. Kami sempat diajak masuk ke dalam beberapa toko oleh lokal guide kami dan diperkenalkan kepada pemilik tokonya. Nanti mereka akan mempromosikan barang2 khas Morocco yang dijual di sana. Tidak ada paksaan dari para penjual untuk membeli barang mereka. Mereka tetap ramah dan bersahabat kepada kami apalagi setelah tahu bahwa kami dari Indonesia.
Setelah berkeliling dalam Old Medina, kami tiba kembali di Djemaa el Fna Square. Jika tadi siang masih lengang, sore ini sudah lebih ramai apalagi banyak kios2 dadakan yang menjual aneka juice dan aneka seafood. Ada juga beberapa atraksi lokal Morocco seperti tarian rakyat dan ular kobra yang bisa menari jika mendengarkan suara seruling. Kami santai2 di salah satu balkon coffee shop dan menikmati suasana sore di Marrakech. Suasananya sangat ramai baik oleh orang lokal maupun para turis. Ternyata menikmati sore sambil minum kopi atau mint tea, merupakan budaya keseharian warga lokal. Ini seperti pengalaman kami sewaktu mampir di kedai kopi Tung Tau di Bangka 2022 (part 1)
Malam ini kami menginap di Wazo Hotel. Letaknya di kota Marrakech yang lebih modern, sekitar 30 menit perjalanan mobil dari Old Medina. Hotel ini bernuansa modern. Penuh dengan turis asing, kebanyakan dari Eropa. Kita istirahat malam ini karena besok pagi kami akan jalan jauh menuju Quarzazate.
Tips : jika mau menginap di Marrakech, coba carilah riad yang ada di area Old Medina seperti Palais Sebban agar bisa lebih merasakan suasana Morroco tempo dulu
Day 4 : Marrakech – Atlas Mountains – Ait Ben Haddou – Quarzazate
Sama seperti hari sebelumnya, kami breakfast di hotel karena jam 8.30 driver akan menjemput kami. Perjalanan kami hari ini cukup jauh. Kami berjalan menjauhi Marrakech menuju Atlas Mountains melalui jalur Tizi-n-Tikchka Pass. Hari ini adalah hari Minggu dan jalanan sangat lengang. Dari kejauhan, sudah terlihat jejeran Atlas Mountains yang bersalju.
Setelah melewati dataran kering dan berwarna coklat, tiba2 kami sudah mulai memasuki area Atlas Mountains dengan suasana serba putih ! Ini mengingatkan akan pengalaman kami saat mengunjungi Yukon-Canada di April 2023. Wah keren banget, tidak menyangka ada bagian dari Morocco dengan suasana salju seperti ini.
Kami sempat turun di salah satu titik dan rest area untuk merasakan hujan salju dan dingin dari tiupan angin yang sangat kencang. Kami sampai kesulitan berjalan karena kencangnya angin. Driver kami, Abdel mengatakan bahwa tidak tentu ada salju di bulan Desember. Jadi dia pun ikut menikmati suasana salju di sini.
Dari Atlas Mountains, kami turun ke arah perhentian kami selanjutnya yaitu Ait Ben Haddou. Perjalanan kami melewati kota-kota yang bangunannya didominasi oleh warna tanah dan juga landscape yang indah. Kombinasi dari pegunungan, lembah, kota dan juga oase.

Kanan atas : couscous, Kanan bawah : meat ball tagine
Lewat tengah hari, akhirnya kami tiba di ksar Ait Ben Haddou, sebuah kasbah atau desa kuno yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1987. Nah sebelum menjelahinya, kami makan di dulu di salah satu restoran terbesar yang ada di sana. Banyak sekali turis yang makan di sana. Untuk lunch, kami bayar sendiri dengan harga per orang sekitar 150 Morocco dirham, di luar tips. Ini sudah set menu bentuknya, satu harga, tinggal pilih mau set menu mana. Kali ini kami mau mencoba couscous, salah satu makanan khas Morocco juga dan juga meat ball tagine.
Seperti biasanya, selalu disuguhkan roti2 keras dan tebal ala Perancis. Appetizer salad atau sup, kemudian main coursenya yaitu couscous dan tagine, terakhir ditutup dengan dessert (bisa berupa buah/kue). Kebanyakan buah yang disajikan selama kami di Morocco adalah pisang dan buah jeruk. Jadi tagine itu secara umum rasanya gurih dengan bumbu kental seperti bumbu rendang. Lalu sup maroko itu seperti goulash rasanya, jadi bukan cream soup.
Selesai makan siang, kami dipertemukan dengan Hasan, lokal guide akan menemani kami serta menerangkan sejarah tentang Ait Ben Haddou ini. Dalam perjalanan menuju puncaknya, di kanan kiri akan dijumpai beberapa rumah penduduk, baik yang masih dihuni maupun workshop / toko yang menjual aneka souvenir. Semua bangunan di sini dibuat dari tanah merah. Ada beberapa rute menuju ke atas dan arah pulang, tapi sama2 mudah untuk dijalani.
Ternyata sejak tahun 1954, Ait Ben Haddou ini sudah dijadikan lokasi syuting film2 terkenal seperti tabel di atas, Ayo siapa yang pernah nonton salah satu judul film di atas, pastinya bisa melihat Ait Ben Haddou di film tersebut.
Dari puncak Ait Ben Haddou, kami bisa melihat pemandangan spektakuler landscape di area ini termasuk Atlas Mountains di kejauhan. Makanya tidak mengherankan banyak film yang dibuat di sini. Tempat yang menarik untuk menjadi lokasi syuting film.
Dari Ait Ben Haddou, kami menuju kota Quarzazate yang akan menjadi tempat kami bermalam hari ini. Dalam perjalanan memasuki kota tersebut, kami melihat ada studio film besar di kiri jalan. Ternyata Quarzazate adalah kota perfilman Morocco. Di sini ada studio besar dan banyak film dunia yang dihasilkan di sini seperti Lawrence of Arabia, The Mummy, Kingdom of Heaven, Babel dll. Juga lokasi dari beberapa acara televisi seperti Amazing Race episode 10 dan Game of Thrones season 3. Tapi sayangnya tour kami tidak ada ke tempat lokasi studio filmnya.
Untungnya kami sudah pernah ke Warner Bros Studio di Los Angeles USA part 7 May 2022. Jadi sedikit banyak sudah kebayang seperti apa dalamnya.
Di Quarzazate, kami menginap di Rose Valley Hotel. Kami menjadi satu2nya tamu di hotel tersebut pada malam ini. Karena masih sore, seperti biasanya kami mau mencoba mengeksplore kota ini. Entah apakah karena hari ini hari Minggu sore, namun suasana kota dan jalanan sangat lengang. Hampir semua toko tutup. Bahkan tidak ada toko makanan / supermarket di area hotel kami. Tidak banyak juga warga lokal yang beraktivitas di luar. Akhirnya kami kembali ke hotel untuk persiapan makan malam.

Kanan atas : chicken tagine with french fries
Kanan bawah : dessert (kue dan jeruk)
Walaupun hanya kami tamu hotel malam ini, tapi untuk makan malamnya tetap dilayani dengan full service. Seperti biasa, yang muncul pertama kali adalah roti tawar khas Perancis. Kali ini kami memilih chicken tagine. Ternyata penyajiannya bersama dengan french fries. Wah ini tagine ketiga yang kami makan di Morocco dan rasanya enak. Rasanya seperti kari ayam dengan bumbu kental. Sebagai hidangan penutup, ada kue dan buah jeruk yang bisa kami makan di tempat bahkan bisa kami bawa ke kamar.
Rose Valley Hotel ini memiliki balkon di atapnya dengan pemandangan bisa melihat Atlas Mountains yang indah di kejauhan seperti gambar di atas. Oke.. saatnya melanjutkan perjalanan menuju gurun pasir sahara yang terkenal itu. Waaah… bakal seru nih, kemain salju, sekarang mau ke gurun pasir. Kira2 bakal panas apa dingin ya gurunnya ? Nantikan cerita selanjutnya ya.
Bersambung ke Morocco part 3
Cerita sebelumnya ada di Morocco part 1

















