Day 7
Hari ini setelah sarapan bersama Mr. Paul dan Mrs. Meisy, kami ikut dengan mereka naik mobil ke kantor mereka. Lokasinya di pusat kota Melbourne, dekat dengan Flinders street dan Melbourne tourism centre. Jadi sekalian kami bisa ke sana. Mobil diparkir di gedung parkir sebelum pusat kota dan setelah itu kami naik tram (gratis) yang mengelilingi kota Melbourne menuju kantor mereka.
Di Melbourne, ada tram dan bis gratis yang mengelilingi kota. Memang disediakan untuk turis. Di dalamnya ada audio guide yang menjelaskan tempat2 atau gedung2 penting sepanjang perjalanan. Sistemnya “hop on hop off” artinya kita bisa berhenti di titik2 tertentu (semacam terminalnya) lalu kita bisa naik juga di titik2 tertentu. Jadinya enak, bisa turun-explore-terus naik lagi-turun-explore-dst. Jadi untuk pengunjung Melbourne jangan kuatir dengan transportasi. Mudah dan gratis !
Di sini ada schedule waktu tiba dan keberangkatan tram yang selalu tepat waktu ! Jadi kita bisa mengukur dengan pasti lama kita pergi dan kapan kita perlu naik tram tersebut.
Wah, kotanya menarik banget. Penataan kotanya rapi. Pedestrian nya luas dan bagus. Gedung2nya nyeni. Apalagi pas melihat banyak pohon gundul… kereeeen… hihi.. Walau harusnya sudah spring, tetapi ternyata cuaca nya masih seperti akhir winter. Makanya pohon2 gundul dan belum bersemi lagi. Hawanya juga masih dingin. Kami pun langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan kota ini.
Tempat pertama yang kami datangi adalah visitor centrenya. Luar biasa banget ! Kami belum pernah masuk ke visitor centre di negara manapun yang pernah kami kunjungi sebesar dan sekomplet yang ada di Melbourne ini.
Brosurnya banyak banget, baik wisata di area Melbourne hingga Victoria (greater Melbourne), termasuk juga info2 tournya banyak banget. Petugas2nya juga banyak banget. Hebat ! Kami menghabiskan waktu hingga 1 jam lebih hanya di dalam visitor centre saja. Abis bingung menentukan pilihan mau ke mana. Bagus2 semua soalnya tapi waktu terbatas.
Kami punya waktu 3 hari di Melbourne. Satu hari untuk lihat festival Tulip di luar kota Melbourne. Satu hari ini kemungkinan kami mau keliling2 kota aja. Nah satu hari lagi mau ngapain yah ? Tadinya mau lihat penguin di Phillip island, tapi lihat brosur2 kok kayanya ke Dandenong menarik juga tuh, alami gitu. Ada juga great ocean road. Bisa ke Ballarat juga liat pertambangan emas dan kota jaman dulu. Masih banyak juga yang lain… waaaa… kacau nih ! Pusing jadinya ! Ya udah, ambil aja semua brosurnya,lalu nanti diputuskan di rumah saja.
Kami pun punya waktu sekitar 1 jam lagi untuk jalan2 seputar visitor centre untuk kemudian balik lagi ke kantor Mr. Paul dan kita mau lunch bareng. Ok deh.. ada jejeran sepeda warna biru yang cantik. Itu disewakan, jadi disediakan buat siapa aja yang mau naik sepeda keliling kota. Nanti bisa dibalikin di terminal sepeda yang ada di beberapa titik di Melbourne.
Di Melbourne pusat kotanya cukup mudah dikenali. Ada Flinders street station sebagai train station yang utama di kota ini. Tentunya ada di jalan Flinders street. Bentuk bangunan yang megah dan bergaya kuno membuat bangunan ini sangat khas dan mudah dikenali. Di sebrangnya ada St.Paul katedral yang besar. Area ini ramai sekali, banyak orang yang hilir mudik memenuhi jalan.
Ada juga gedung Federation Squre (Fed-squre) juga yang bentuknya unik (gambar kanan bawah). Itu semua mempermudah kami mengenali pusat kota Melbourne.
Dimana-mana ada jaringan tram listrik. Jadi di tengah jalan tuh ada seperti rel untuk tram. Naik tram kebanyakan dari tengah jalan (di median jalan) bukan dari tepi jalan. Ternyata memang jaringan tram listrik ini adalah yang terbesar di dunia. Wow !
Ada transportasi lain yang unik juga nih. Kereta kuda. Semacam delman lah… cuma di sini keretanya bagus dan kudanya dihias. Lihat, pake jambul warna warni.. hihi… lucu ! Keliatannya sih khusus buat turis.
Wah, baru muter2 di pusat kota dan foto2 saja ternyata sudah menghabiskan banyak waktu. Pas kami balik dan ketemu Mr.Paul dan Mrs. Meisy ditanyain “udah kemana aja dari tadi ?” jawaban kami “hm..baru ke visitor centre dan muter2 pusat kota aja” sambil cengar-cengir. Hehe.. Terlalu menikmati nih.
Siang itu, kami lunch bareng di resto Vietnam (pho). Asli, enak banget + gede banget porsinya . Tamu2 yang berkunjung ga ada abis2nya. Di dekat situ, ternyata selain China Town, ada juga Vietnam Town. Pemukiman orang Vietnam yang cukup banyak jumlahnya di Melbourne. Wah, hangat dan mengenyangkan. Mantap !
Sambil ngobrol, mereka bilang bahwa sebetulnya petugas wisata itu ada di dalam gedung visitor centre maupun berdiri di persimpangan2 jalan dengan pakaian bertanda khusus. Rata2 mereka adalah senior citizen (lansia) dan bersifat volunteer. Mereka siap membantu turis yang berkunjung ke Melbourne. Jadi seandainya kami tersesat atau mau tanya apa saja, bisa langsung mendatangi mereka di pinggir jalan. Keren banget yah.
Abis lunch, kami pun memisahkan diri. Mereka kembali bekerja dan kami lanjut mengeksplore kota. Ayoo.. lihat Yarra River yang cukup terkenal itu. Ooowww… ternyata airnya coklat, ga jernih seperti bayangan kami. Kok bisa beken yah ? hmm… kalo dari jauh sih agak lumayan ga keliatan coklatnya. Pantes aja, di foto sih jadinya bagus.
Jalan terus… sangat jelas bahwa ini adalah kota seni. Dimana2 ada arsitektur dan dekor yang bernuansa seni. Di sini sih foto2 terus deh. Abis memang keren2 buat berfoto ria nih.
Sambil jalan, kami melihat ada National Gallery of Victoria. Masuk ah… isi2nya benda2 seni yang keren abis, gedungnya juga besar dan bagus. Kami cukup lama berada di situ. WC nya juga mewah dan bagus banget !!
Melbourne sangat kental dengan suasana Eropa, baik arsitektur gedung2nya maupun suasana jalanannya. Beda banget dengan Sydney yang modern.
Sempat hujan sebentar, jadinya kami berteduh di katedral St. Paul sekalian lihat2 ke dalam gereja. Melbourne memang terkenal sebagai kota 4 musim. Maksudnya, dalam sehari bisa tiba2 hujan, tiba2 terang lagi, tiba2 dingin, dan tiba2 panas. Cuacanya betul2 tidak bisa diprediksi, berubah-ubah terus. Kami pun mengalaminya. Sebentar gerimis, sebentar terang, lalu angin kencang, lalu gerimis lagi. Haduh…
Terus kami maen ke Fitzroy Garden, taman besar yang di dalamnya ada rumah kapten James Cook. Ini merupakan bangunan tertua di Australia di mana sang kapten ini yang memetakan pantai timur Australia.
Bangunan nya buat kami sih biasa saja, tidak ada yang special. Lebih ke arah sejarahnya sih yang membuat ini menarik. Hanya rumah, taman kecil dan ada patung James cook nya.
Fitzroy Garden nya sendiri sangat besar dan rapi. Kami suka sekali menikmati public park yang ada di tengah kota. Umumnya di negara maju, ada taman2 seperti ini buat bersantai. Sayang di Jakarta public park seperti ini langka dan biasanya kecil serta kurang terpelihara sehingga tidak nyaman.
Ada bangunan Conservatory tuh, tapi sudah tutup karena sudah sore. Waktu kami ngintip ke dalamnya kayanya bagus deh. Kami pun sepakat bahwa besok kami harus balik ke sini lagi saat belum tutup supaya bisa masuk ke dalam. Di depannya ada patung “Diana & the Hounds”. Wah, harus diabadikan nih… ada kesamaan nama soalnya !
Kami janjian bertemu dengan Mrs. Nina di Fitzroy Garden. Nina adalah teman sekolah Diana dan juga ex-tetangga waktu di Jakarta. Sekarang Nina sudah tinggal di Melbourne bersama suaminya. Waktu sms-an, kami janjian ketemu di dekat air mancur.
Masalahnya, ternyata di dalam taman itu spot air mancurnya banyak. Haha… jadi ga jelas tuh kami di mana dan Nina di mana. Akhirnya daripada bingung, kami pun janjian ketemu di St.Paul katedral. Oke, aman dah. Pusat kota yang kami sudah cukup familiar.
Malam itu, kami dinner bareng Mrs. Nina di daerah China Town. Senang juga bisa ketemu dan ngobrol, udah lama banget ya ga ketemuan. Selesai dinner, kami jalan menyusur river bank ke arah Docklands. Nina menemani kami berjalan dan menunjukkan beberapa gedung di situ. Ada juga Southgate pedestrian bridge (kanan bawah). Di Melbourne jembatan2 nya juga unik2, keren2 deh pokoknya. Ga cuma fungsi aja, tetapi seni dan keindahannya juga diperhatikan.
Kemudian kami menyempatkan diri jalan ke kasino terbesar di Melbourne yaitu Crown. Di luarnya, ada obor2 raksasa yang setiap malam jam 20.00 menyemburkan api yang cukup besar dan tinggi sehingga menghangatkan suasana di sekitarnya.
Malam semakin larut, kereta terakhir dari central ke Deer Park adalah jam 21.55. Kami naik dari stasiun Southern Cross. Beda jauh arsitekturnya dengan Flinders street station. Southern cross ini stasiun kereta terbaru dan modern arsitekturnya. Bagus banget bentuk bangunannya.
Untung masih terkejar nih last train nya. Gara2 keasikan jalan di Melbourne nih, sampe lupa bahwa train ke rumah di suburb itu ga sampai tengah malam.
Saking capeknya, kami terkantuk2 sepanjang perjalanan ke Deer Park. Musibah hampir saja terjadi ketika kami nyaris tidak berhenti dan turun di stasiun Deer Park. Dipikir masih jauh. Mata Jeff yang tinggal 5 watt ini, sontak terbelalak melihat tulisan Deer Park di luar jendela kereta dan dengan semangat tinggi, kami berlari sekencang2nya ke arah pintu kereta. Untung masih bisa turun di sana. Jika tidak, bakal nyusahin Mr. Paul untuk jemput kami di stasiun berikutnya deh.
Walau sudah malam, tapi kami masih sempat berdiskusi dengan Mr. Paul untuk menentukan acara esok hari. Jadi karena besok festival Tulip sudah buka, kami rencana ke sana. Itu di daerah Tesselaar yang ternyata searah dengan area Dandenong. Wah, sip deh kalo gitu. Kami pun diajari rutenya karena Mr. Paul juga ternyata suka jalan2 ke area situ. Malam itu, kami merasa adalah tidur paling enak selama kami ada di Australia. Zzzzzz….
Day 8
Hari ini, pagi2 sekali kami sudah bangun karena kami akan memulai petualangan panjang kami ke luar kota Melbourne. Karena ramalan cuaca hari ini cukup dingin, apalagi kami akan pergi ke daerah dataran tinggi, maka kami pun dipinjami jacket winter milik Mr. Paul dan Mrs. Meisy. Thank you.
Betul saja, begitu kami keluar rumah hawa dingin sudah menyergap. Badan sih hangat karena sudah pakai jacket winter. Sarung tangan juga sudah. Tapi muka ini loh, serasa ditabokin sama angin dingin. Beku deh. Makanya sering tutup kuping karena ga tahan kuping ini kena angin dingin. Brrr….
Sepanjang jalan setapak menuju Deer Park station, kami melewati hamparan wild flower yang ditimpa sinar matahari. Duh, cantik sekali. Jadi keemasan gitu. Ini betul2 lukisan Sang Pencipta yang tidak ada duanya. Betul2 kagum dengan karya Tuhan yang Maha Besar itu.
Dari Deer Park, kami naik kereta ke Southern Cross, Di sini berbaur dengan banyak orang yang kerja di pusat kota. Kami harus pindah platform agar bisa naik kereta ke arah Belgrave. Itu kereta keliatan di depan mata kami, tapi kami kan ga bisa seenaknya naik turun platform. Jadi kami harus naik ke lantai 2 stasiun terus turun lewat escalator baru kemudian sampai di platform tujuan kami. Wuih, nyaris saja kami ketinggalan kereta.
Kereta ini membawa kami ke Belgrave, salah satu daerah terujung yang dapat dicapai di jalur ini. Pemandangan sepanjang perjalanan ke Belgrave begitu cantik, karena memang memasuki kawasan pegunungan dan hutan.
Sesampai di Belgrave (kereta sudah kosong, hanya kami dan beberapa penumpang), kami berjalan kaki ke arah Puffing Billy, wisata naik kereta api tua (bertenaga uap) keliling hutan. Menarik, tetapi karena waktu terbatas, terpaksa kami melewatinya.
Dari stasiun kereta, kami naik bis ke arah Calista, kota perlintasan di daerah Mt. Dandenong. Daerah sekitar sini cantik dan menarik. kami mampir ke rumah gallery yang penuh dengan tanaman (bunga2) dan barang2 unik dan lucu. Ada patung kepala Buddha juga tuh.
Di Calista, kami leyeh2 di café kecil sambil menyeruput hot chocolate dan pie. Yummy ! Di sini penduduknya terlihat saling kenal dan tegur sapa, layaknya kebanyakan kota/desa yang penduduknya sedikit.
Lanjut maen ke lapangan rumput di samping jalanan kota. Eitss… ada sakura lagi. Wah, seperti di Blue Mountain kemaren itu. Berarti di daerah pegunungan Australia itu banyak sakura mekar yah.
Dari situ ada jalan setapak ke arah hutan. Jika kita beruntung, kita bisa memberi makan burung langsung dari tangan kita. Waktu itu, kami kurang beruntung. Hanya ada sedikit burung, itu pun tidak menghampiri kami. Tapi kami bisa melihat burung2 itu dan bulu2nya berwarna warni. Malah kami melihat peternakan ayam, hihi… kaya di Indonesia ini sih.
Dari halte bis Calista, kami naik bis gandeng ke arah Tesselaar. Jadi 2 bis digabung gitu, panjang deh. Ternyata hanya kami berdua penumpangnya. Supir bisnya, seorang senior citizen (lansia). Tau kami berdua turis, dia berbaik hati memperlambat laju kendaraannya sehingga kami bisa menikmati daerah Dandenong yang cantik ini. Di kiri kanan jalan, banyak perkebunan anggur serta pembibitan buah dan bunga.
Akhirnya, kami tiba juga di Tesselaar Tulip Festival. Ini merupakan hari pertama festival digelar. Tiket masuk diperiksa oleh seorang anak muda tinggi besar berpakaian ala nelayan Volendam, Belanda. Tesselaar ini sebenarnya merupakan perusahaan perkebunan bunga tulip yang dikelola secara bisnis professional, tetapi ada season2 tertentu seperti saat ini yang dibuka secara komersial.
Wah.. senangnya… pertama kali bisa lihat ladang tulip ! Ternyata tulip itu pendek yah. Jadi kalo mau foto barengan tulip kita mesti jongkok. Bukan hanya tulip saja di sini, tapi ada juga pohon dan jenis bunga2 yang lain. Semuanya bagus menurut kami, hehe..
Saat kami tiba, baru sebagian kecil bunga2 tulipnya yang berkembang. Tapi kami bisa melihat keanekaragaman warna tulip yang luar biasa. Wah indahnya ! Ga perlu jauh2 ke Keukenhof, Belanda yang terkenal dengan festival tulipnya itu.
Tapi ternyata, di tahun 2012, tanpa kami bayangkan sebelumnya, Tuhan memberikan berkat dan kesempatanNya kepada kami sehingga kami berdua bisa sampai di Keukenhof. Thanks God ! Bisa dilihat foto2 tulipnya dalam kisah perjalanan kami di Belanda dan dibandingkan sendiri yah.
Di tengah ladang tulip tersebut, ada patung dan benda2 seni yang dipajang di situ. Menarik sih buat turis. Sepatu kami pun kotor dengan tanah yang lengket karena menginjak tanah kebun tulip.
Selain bunga2 tulip yang cantik, ada juga binatang Alpaca, sejenis Lamma yang lucu banget. Liat aja foto2nya. Yang lucu, Alpaca ini bisa jadi binatang peliharaan jinak layaknya anjing atau kucing. Tapi jangan coba2 elus2 kepalanya. Dia akan sangat tersinggung sekali dengan cara menggeleng2kan kepala dan lehernya dengan keras.
Kami sangat menikmati perjalanan di ladang tulip ini. Walau hawa dingin, tapi mata ini rasanya segar sekali. Tulip di mana2. Kayanya kalo datang di bulan Oktober bakal lebih bagus lagi deh. Udah pada mekar semua tulipnya. Sayang besok sudah hari terakhir kami di Melbourne.
Di tengah2 ada semacam hutan kecil yang ceritanya tempat para peri dan kurcaci. Di situ ada wishing well (sumur yang bisa memenuhi harapan). Loh.. kok lucu.. ada tarifnya.
Haha.. ternyata dasar Belanda. Jadi kita mesti lempar duit sejumlah tertentu kalo mau harapannya terkabul. Semakin susah keinginannya semakin besar coin yang mesti dilemparkan ke dasar sumur. Wah, benih2 korupsi dari sini kayanya. Nyogok sumur supaya keinginan terkabul. Haiya… harapan belum tentu terkabul, tapi udah dikasi tarif tertentu. Ampun deh !
Ada beberapa dekor yang khas Belanda, seperti kincir angin dan bangunan2 kotak khas Belanda. WC nya pun pake bahasa Belanda. Awas salah masuk ya… kalo ga ngerti lihat gambarnya aja.
Ada panggung dimana bergaya Belanda dan orang yang menyanyi pun berpakaian Belanda. Ada juga yang jual makanan khas Belanda. Kami pun coba beli poffertjes dan kroket. Rasanya enak ! Tapi pas coba pumpkin soup… rasanya aneh di lidah kami. Lebih pasnya sih bisa dibilang ga enak, hehe..
Cuaca di sini amburadul. Kadang hujan gerimis, panas, mendung, berangin, hujan lagi. Anginnya kencang dan membawa hawa dingin yang menusuk hingga tulang. Walaupun Tesselaar ini jauh banget dari Melbourne, ternyata banyak juga turis Indonesianya. Semua cari tulip rupanya, hehe..
Selama di sini, pengunjung bisa ikut games yaitu mencari 7 nama bunga tulip yang namanya sama dengan 7 patung kurcaci (seven dwarfs). Petunjuknya tersebar di ladang tulip. Taraaaaa… kami berhasil ! Hadiahnya : 3 sweet candy berbentuk buah2an. Lumayan buat hiburan dan kenang2an. Terus kami juga beli beberapa botol selai hasil pertanian di daerah itu. Enak dan segar loh setelah dinikmati.
Dari Tesselaar, kami naik bis hingga Lilydale, kemudian naik kereta hingga Flinder Street Station. Stasiun kereta yang lebih kuno dibandingkan dengan Southern Cross tetapi memegang peranan penting karena dari sinipun banyak sekali perjalanan ke luar kota.
Bergegas kami pergi ke Conservatory di Fitzroy Garden yang kemaren sore sudah keburu tutup. Kali ini masih buka. Waktu masuk, kami ‘memergoki’ pasangan yang lagi bermesraan di situ. Memang sepi sih, ga ada orang lain di situ. Kami pun cuek aja masuk dan foto2 di situ, rupanya pasangan ini ‘gerah’ juga dan keluar dari conservatory itu. Akhirnya tinggal kami berdua ‘menguasai’ conservatory itu.
Ga salah memang tadi pasangan itu bermesraan di tempat ini. Seperti heaven on earth. Semua panca indera kita dimanjakan. Mulai dari mata yang memandang warna warni bunga sangat cantik. Hidung yang mencium aroma sangat wangi dari berbagai bunga yang ada. Telinga yang mendengar gemericik air di kolam. Kulit yang bisa meraba bunga2 indah tersebut. Tinggal lidah saja yang tidak berfungsi di sini, hehe…
Kami sih foto2 melulu kerjaannya. Abis ini tempat bagus banget. Belum pernah liat taman bunga secantik ini yang ada di dalam sebuah ruangan tertutup. Memang sengaja rumah kaca ini untuk membuat bunga2 tersebut terpelihara dengan baik. Karena ruang tertutup, makanya wanginya tersebar ke seluruh ruangan tersebut.
Malamnya, kami dinner di KFC. Kami ingin menikmati perbedaan menu dan rasa KFC di negara luar Indonesia. Abis dari KFC, kami kembali pulang ke Deer Park dan nyasar di tengah2 kompleks perumahan Mr. Paul karena sudah gelap dan banyak jalanan bercabang. Kacau juga, perginya bisa, pulangnya nyasar. Duuuh… Akhirnya Mr. Paul melakukan tindakan penyelamatan terhadap 2 petualang yang udah kelelahan ini. Thank you sir !
Day 9
Last day untuk menjelajah Melbourne karena besok pagi kami sudah harus pulang. Acara kami hari ini pun akhirnya santai saja. Mau muter2 di kota Melbourne dan menikmati cantiknya kota ini. Udah rada betah nih. Sama mau jalan2 ke beach aja, area St.Kilda yang belum sempat dikunjungi.
Pertama, kami mengunjungi Queen Victoria Market, pasar paling gede dan beken buat orang Melbourne. Di sini, pasarnya bersih, rapi, dan teratur. Yang jual makanan matang, ada di dalam ruangan. Yang jualan souvenir, ada areanya sendiri. Pasar ini lengkap sekali jualannya.
Kami beli sosis (wurst) yang enak dan dibuat seperti hotdog. Cheesenya banyak dan berukuran jumbo. Kami juga antre beli ricotta cheese borek, makanan jenis roti turkey. Enak, bo !
Di bagian yang jual keju, ada banyak jenis keju dan kita bisa cobain semuanya kalo ga malu, hehe.. ! Diana coba beberapa dan akhirnya beli blue cheese. Rasanya enak dan berasa keju banget (tajam). Mantap nih ! Terus kami juga beli t-shirt yang penjualnya ternyata orang Jawa. Ah senangnya ketemu sesama anak bangsa di luar negeri. Beli music box juga yang diputar pake tangan untuk menghasilkan lagu. Lagu2 pilihannya banyak banget ampe bingung pilih lagunya.
Siang ini, kami bakal lunch bareng Mr. Willy Adam, teman dari keluarga besar Diana yang sudah lama tinggal di Melbourne. Ternyata juga Mr. Paul kenal dan bahkan cukup akrab dengan Mr. Willy ini. What a small world deh..
Kami pun lunch bareng Mr. Paul dan Mr. Willy di Lygon Street, jalanan di mana kanan kirinya banyak restoran yang menjual makanan Asia. Ada resto Indonesia juga. Kami lunch di Ying Thai restoran, Thai food yang enak dan spicy banget sehingga Diana kepedasan. Hehe..
Kemudian kami didrop dan berpisah di Korong book store, toko buku Kristen. Lengkap juga di situ. Dari sini, kami jalan kaki ke pusat kota Melbourne dan mencari tram untuk jalan2 ke St. Kilda, pantainya Melbourne.
Nah, karena bingung mau beli tiket tram yang jenis apa, kamiu pun menghampiri petugas wisata yang ada di pinggir jalan. Maklum, sistem transportasi di sini agak ruwet. Ada tiket yang berlaku per durasi waktu. Jadi bukan jauhnya jarak tapi berapa lama berlakunya. Ini perlu dikombinasikan juga dengan zona bepergian, seberapa jauh. Lalu ada sistem karcis per ride, ada juga yang per 10 kali ride. Macam2 deh.
Akhirnya sang petugas volunteer ini bahkan mengantar kami ke kios di dalam gedung untuk menemani kami membeli tiket transport yang sesuai. Ia juga memberitahukan gimana cara pakenya. Ramah dan baik sekali.
Setelah beberapa hari kami di Melbourne, kami baru menyadari bahwa pusat kotanya cukup kecil untuk dijelajahi sehingga berasa udah kayak kota sendiri aja. Ke mana2 jalan kaki juga ga terlalu jauh. Kotanya tertata rapi. Blok2 kotanya lurus2, tidak banyak belokan yang aneh kayak di Jakarta yang kadang bikin kami sendiri bingung.
St. Kilda merupakan daerah pantai yang menarik. Kami naik tram ke sana dan menyusuri taman yang banyak pohon palem dan pohon besar. Perjalanan ke arah pantai sangat menyenangkan. Hanya saja saat itu angin bertiup sangat kencang. Maklum, mendekati pantai biasanya memang windy banget.
Akhirnya sampai di pantainya. Bisa melihat banyak kapal berlayar. Saat itu tidak ada yang bermain di pantai atau pun berenang di laut. Karena hawa yang dingin dan angin yang bertiup kencang. Kami justru melihat burung camar yang bermain di tepi pantai. Yang ini kebal dingin rupanya, hehe..
Langit yang berawan dan ditembus sinar matahari merupakan fenomena tersendiri yang kami nikmati saat ini. Sudah sore, air laut pun sudah ditimpa matahari sore. Waktunya kami melanjutkan perjalanan.
Kami berjalan melewati Luna park, theme park yang terkenal di Australia. Di dalamnya ada jet coaster gitu seperti Dufan di Jakarta. Jadi di Sydney ada Luna Park. Di Melbourne juga ada. Gerbang orang/badutnya khas. Katanya sih yang di Sydney itu gerbangnya orang/badut yang cewek. Sementara yang di Melbourne gerbang orang/badut yang cowok. Silakan bandingkan sendiri fotonya yah..
Tujuan kami adalah Acland Street. Di situ banyak sekali toko kue dan roti yang buatan sendiri alias home made. Katanya sih enak2 dan harus coba. Oke dech, mari kita akhiri perjalanan Melbourne dengan sesuatu yang manis.
Hm.. Banyak macam dan besar2 sekali ukurannnya. Eh, bener loh. Rasanya enak dan nagih. Wah, Jeff sampai nambah. Untung bayang2 nilai tukar mata uang $AUS terhadap rupiah yang bikin bangkrut, menghentikan kami mencoba dalam jumlah lebih banyak 🙂 Tapi kenyang loh makan kue2 itu.
Sebelum balik ke pusat kota, kami mampir ke Mc D yang ada dekat situ. Beli Angus burger, menu yang belum ada di Indonesia buat lunch besok di pesawat. Sampai di pusat kota, kami mampir (lagi) di KFC. Mumpung di sini, karena menurut kami rasa makanan KFC di sini berbeda dengan yang di Indonesia dan enak.
Malam ini kami pulang ke Deer Park melalui stasiun Southern Cross. Dari dalam train, kami bisa menyaksikan pertunjukan api dari obor2 raksasa di The Crown. Wush keren ! Good bye beautiful Melbourne..
Day 10
Akhirnya kami harus meninggalkan benua kangguru ini. Setelah sarapan pagi bersama Mr. Paul dan Mrs. Meisy, kami pun foto bersama. Iya nih, udah beberapa hari bersama tapi belum sempat foto bersama. Thanks a lot for your hospitality. Sebelum berangkat ke airport pun kami masih dibekali lunch box buat di pesawat. Waduh, luar biasa deh Mrs. Meisy ini.
Kami diantar ke Melbourne International Airport. Airport yang beda dengan yang Tullamarine waktu kami tiba di Melbourne. Ternyata, walaupun masih pagi, jalan menuju airport tersendat (persis seperti di Cengkareng). Akibatnya, kami turun sebelum mencapai pintu terminal supaya tidak terlambat.
Di dalam terminal, sudah banyak banget orang dengan berbagai macam rute. Kami tidak langsung pulang ke Jakarta karena kami menggunakan Air Asia X yang mendarat di Kuala Lumpur. Pesawatnya ternyata besar dan lega, tidak seperti pesawat Air Asia yang biasa kami naiki. Pesawat berangkat pukul 09.35 waktu setempat dan direncanakan tiba di KL pukul 15.50 waktu setempat.
Setelah penerbangan yang cukup panjang, kami tiba di LCCT, terminal khusus maskapai Air Asia. Terminal ini saat kami mendarat, jauh lebih modern dan lebih besar bila dibandingkan dengan waktu pertama kami tiba di sini tahun 2006 silam. Kami makan sore/malam di Marry Brown dulu, baru kemudian maen2 ke Kuala Lumpur International Airport (KLIA) yang bisa dicapai dengan shuttle bus (masih sama seperti tahun 2006).
Baru pertama kali itu, kami menjelajah di KLIA yang besar dan megah. Dulu kan karena tergopoh2 kejar pesawat, ga bisa menikmati KLIA. Silakan baca journey kami Singapore-Malaysia (2006). Karena pesawat kami dari KL ke Jakarta baru terbang esok subuh, pukul 04.30 pagi. Jadi sore hingga malam ini kami menghabiskan waktu di KLIA saja lah. Setelah sudah waktunya, kami bergegas kembali ke LCCT dengan shuttle bus terakhir.
Sampe LCCT, kami segera mencari tempat duduk yang bisa dipakai untuk bisa beristirahat dan tidur. Hey ! Makin malam ternyata makin banyak calon penumpang yang pesawatnya baru berangkat besok pagi. Dan ternyata, sebagian dari mereka dengan santainya mengikat tali2 ransel mereka entah di tangan atau kaki mereka bahkan ada yang menjadikan ransel mereka bantal tidur agar tidak dicuri orang. Mereka pun tidur deh dengan nyenyaknya ! Ikutan ah. Seru juga juga di tidur bareng2 penumpang lain. Alhasil, lantai LCCT penuh dengan calon penumpang bergelimpangan untuk tidur malam dan petugas keamanan bandara pun tidak bisa berbuat apa2. Sudah biasa dan maklum rupanya.
Day 11
Pesawat ke Jakarta dijadwalkan terbang jam 4.30 pagi. Jadi kami sudah harus check-in sekitar pukul 2.30 subuh. Hm.. masih malam sih sebetulnya. Makanya tidur kami pun hanya sekedar melepas lelah. Tidak terlalu nyenyak dan kami pun tidur bergantian.
Akhirnya tibalah waktu berangkat. Ternyata delay cukup lama, tapi kami sudah berada di atas pesawat. Rupanya banyak pesawat Air Asia yang antri untuk terbang. Lucu juga pemandangannya. Hihi..
Oke… bye LCCT… Saatnya pulang. Berakhir sudah perjalanan Australia kami kali ini. Banyak kenangan indah yang kami rasakan di sana. Tentu ini membuat semangat kami untuk memikirkan destinasi selanjutnya. Hm.. apa ya kira2 ??
==================================================================================================
Epilog
Hasil dari trip kami ke Australia ini (efektif 9 hari untuk explore Australia) adalah lebih dari 1600 foto + memory yang sangat indah mengenai Australia. Dari tiga kota yang kami kunjungi, masing-masing punya ciri khas tersendiri. Perth yang sepi dan cantik. Sydney yang ramai dan modern. Melbourne yang penuh seni dan nuansa Eropa.
Total biaya yang dihabiskan untuk trip ini sekitar 20 juta untuk kami berdua (sesuai budget). Excluded : akomodasi (karena stay di family & friends), beberapa kali makan (karena ditraktir), dan transport dari/ke airport (karena dijemput/diantar). Included : Pengurusan visa, tiket pesawat (ke Aussie, antar kota di Aussie dan pulang ke Jakarta), makan, souvenir, dan transportasi dalam kota. Secara umum sih sudah hemat, tetapi sebetulnya masih bisa lebih murah kalau saja tiket antar kota di Aussie ini dibeli saat promo. Kami waktu itu beli dengan harga cukup mahal untuk domestik Aussie karena kepepet waktu antara selesainya visa dan waktu berangkat.
Stay di rumah family & friends ada beberapa keuntungan : akomodasi gratis (sangat signifikan terhadap budget), bisa ngobrol soal destinasi lebih mendalam karena mereka tentu tau sangat banyak, bisa sekalian reuni atau justru mengenal lebih dekat family jauh yang selama ini jarang ketemu, bisa tambahan diantar-jemput atau ditraktir, hehe.. Kerugiannya : Kalo cuma semalam sebetulnya ga enak, jadi nyusahin doang karena waktu ngobrol ga banyak. Kalo kelamaan juga namanya ga tau diri. Nah, kalo jadwal eksplorasi padat, juga ga enak karena pagi2 sudah keluar rumah dan larut malam baru pulang. Jadi coba pertimbangkan baik2. Kalo memang stay di rumah family & friends yah harus “meluangkan” waktu untuk ngobrol dan menghargai acara tuan rumah. Biasanya mereka juga punya rencana untuk “menyambut” kita kan.
Secara umum Australia sangat mudah untuk dikunjungi oleh traveler mandiri yang ingin berhemat. Informasi bisa didapatkan dengan mudah, Minum gratis (bisa dari tap water). Transportasi kota yang gratis di Perth dan Melbourne. Atmosfer dan suasana yang “berbeda” dari Indonesia padahal jaraknya dekat dari Indonesia. Biaya untuk ke Australia pun relatif tidak mahal selama ada tiket promo dan tidak ikut tour.
Yang berkesan buat kami dalam trip ini : Pinnacles, Koala, Kangguru, Alpaca, Tulip dan gaya Belanda di Festival Tulip Tesselaar, ride dan chocolate di Blue Mountain, Sakura, kota Melbourne yang penuh seni, kota Perth yang cantik, suasana spring yang lebih mirip akhir winter, serta kehangatan family & friends yang kami temui bahkan memberi tumpangan selama trip ini.
Let’s go ! Enjoy Australia ! We did it !
Lihat sebelumnya di part 2
* Informasi, panduan lebih detil, alternatif akomodasi dan harga terbaru tentang trip Australia terdapat pada buku Pasangan Traveling, bersama dengan destinasi lain di domestik, Asia dan Eropa.*
Way cool! Some very valid points! I appreciate you writing this article and also the rest of the website is extremely good.
blog nya panjang dan lengkapppp ^_^
saran aja, buat yang lagi pengen ke melb pake aja jasa tour guide lokal.
cek blog nya dia di tourkotamelbourne.blogspot.com
orangnya asik.