Day 4
Tengah malam, kami melewati pergantian hari Sabtu ke Minggu di Perth Airport. Kami seharusnya naik Jet Star jam 24.00 tetapi pesawatnya delay, baru tinggal landas 1 jam kemudian. Tapi hebat nih. Walau delay 1 jam, nyampe di Sydneynya tepat waktu (ternyata pesawat terbangpun bisa ngebut juga di udara). Jeff sempat agak demam, jadi terus minum obat, bawa panadol sih. Rupanya selama di Perth merasa asik dengan udara dingin dan ga pake jacket (malah pake celana 3/4 dan lengan pendek), tapi ternyata tubuh tidak tahan kedinginan.
Kami mengalami sunrise di pesawat, pemandangan yang langka dan menakjubkan. Bisa melihat semburat merah dari jendela pesawat. Senang ketika akhirnya bisa mendarat di Sydney, Jeff sudah lebih segar setelah minum obat dan tidur di pesawat.
Sampai Sydney Airport sekitar jam 06.00, kami langsung beli kartu My Multi 3 di airport untuk penggunaan public transportasi selama di Sydney. Kami pilih my multi supaya bisa untuk naik bis, kereta, dan ferry. Kalo my train penggunaan khusus train saja. Angka 3 menunjukkan kode zone. Kalo hanya untuk pusat kota cukup my multi 1. Kalo kami rencananya mau sampai ke Blue Mountain, jadi beli yang paling luas, mencakup zone 3. Kartu ini ada yang berlaku harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Kami di Sydney 3 hari, jadi beli yang mingguan saja karena kalo dihitung lebih murah daripada beli 3 kartu harian.
Kami dijemput oleh Mr. Wieke dan Mrs. Ira, family Jeff yang tinggal di Sydney. Pulang ke rumah mereka, kami disuguhi sarapan bubur ayam yang menghangatkan badan. Enaknyaaa… Selesai sarapan, kami pun membongkar isi koper dan menitipkan koper di rumah Mr. Wieke karena kami berdua akan meng-explore Sydney selama 3 hari hanya dengan 2 ransel aja (masing2 1 ransel). Biar ga ribet bawa2 koper lah. Toh nanti hari terakhir di Sydney kami akan kembali ke rumah ini lagi, karena memang rumah ini dekat dengan airport.
Dari rumah, kami bersama2 naik mobil ke Hurstville MRT station. Parkir mobil dan lanjut naik MRT ke pusat kota, untuk beribadah di gereja yang letaknya di belakang Paddy’s Market (salah satu pasar yang wajib dikunjungi kalo pergi ke Sydney untuk cari souvenir). Setelah beribadah, kami diajak makan di salah satu restoran Thailand yang terletak di daerah China Town. Restonya kecil tapi yang antri banyak banget sehingga harus ambil nomor antrian. Ga salah memang. Makanannya memang enak dan porsinya lumayan gede buat kami berdua. Setelah makan, kami pamitan sama Mr. Wieke and family karena kami akan mulai menjelajah Sydney berdua saja.
Tujuan pertama adalah Tumbulong Park yang letaknya tidak jauh dari Darling Harbour. Ada air mancur, carousel, dan juga permainan kereta api buat anak2. Karena hari ini adalah hari Minggu, maka di taman tersebut banyak sekali keluarga yang berlibur dan bermain di sana. Ada juga panggung hiburan di mana orang menyanyi dan lain2. Hawa Sydney cukup hangat cenderung panas, seperti di Jakarta.
Setelah muter2 sejenak, kita memutuskan untuk belanja souvenir di Paddy’s Market. Ternyata suasananya rame banget, banyak orang Indonesia yang belanja di situ (sebagai catatan, jumlah WNI di Sydney merupakan yang terbanyak di seantero Australia). Jadi ga heran, kita cukup sering berpapasan dengan orang2 sebangsa setanah air. Bahkan yang jualan juga orang Indonesia jadi lancar bahasa Indonesia 🙂
Dari Paddy’s Market, kami naik bis ke Queen Victoria Building, salah satu tempat belanja paling terkenal di Sydney karena memiliki arsitektur yang cantik. Isinya sih seperti mal biasa, tetapi memang bangunan-nya yang megah karena bangunan kuno. Boleh dong foto2 dulu ya..
Karena ga doyan shopping, kami melanjutkan perjalanan ke Circular Quay. Itu pusat transportasi dan terminal ferry paling sibuk di Sydney. Dari sana, terlihat jelas Sydney Opera House dan Harbour Bridge yang menjadi icon terkenal dari Sydney. Rasanya kalo ke Sydney ga mungkin ga foto dengan background Opera house dan harbour bridge deh.
Dari situ kami berjalan ke arah The Rocks. Daerah pemukiman orang2 Eropa pertama kali tiba dan tinggal di Sydney. Lokasinya tidak jauh dari salah satu ujung Harbour Bridge. Sambil jalan, masih dooong… foto2 dengan kedua ikon Sydney itu, Eeeh.. ada kereta kuda yang cantik lewat. Kayanya buat turis tuh.
Di The Rocks, kami menyusuri daerah tersebut, di mana ada rumah2 penduduk, toko, restoran, dan juga penjara lengkap dengan replika alat2 yang biasa dipakai di penjara seperti borgol dan bola besi. Saat kami jalan2 di sana, ternyata sedang ada Sunday market, semacam bazaar yang jual barang2 seni dan juga makanan. Salah satu yang terkenal dan banyak dijual adalah nougat & fudge (sejenis coklat tapi lebih legit). Kami sempat icip2 sampel gratis. Enaaaak…. !!
Walaupun hanya bazaar, tetapi barang2 yang dijual di sini bagus2 dan unik2. Beberapa malah belum pernah kami temui di sini. Karena barang2nya cukup lumayan mahal harganya, kami hanya beli beberapa barang yang cukup murah menurut ukuran kami. Dari The Rocks, kita balik ke terminal ferry buat naik ferry ke Darling Harbour.
Sambil menunggu ferry datang, kami sempat beli es krim dan menonton sekelompok orang Aborigin (suku asli benua Australia) yang mengadakan tradisional music performance mereka lengkap dengan alat musik khas mereka. Keren !
Sore itu, kami menikmati Sydney dengan menggunakan ferry, melintasi kolong Sydney Harbour Bridge. Melihat Luna Park-nya Sydney, salah theme park/taman bermain terkenal yang pintu masuknya berbentuk wajah seperti badut dalam ukuran raksasa dan bisa dilihat dari kejauhan. Ada perbukitan yang mana rumah2 di perbukitan tersebut dimiliki oleh orang2 kaya Australia.
Dari ferry kita bisa foto-foto 2 ikon Sydney dengan leluasa. Ferry nya kosong sih. Lagian foto dari arah perairan justru lebih mantap kayanya.
Cuaca agak mendung saat kami berkeliling dengan ferry, tetapi untungnya tidak hujan. Menjelang gelap, akhirnya kami tiba di Darling Harbour.
Dari sana kami kembali ke daerah sentral untuk ketemuan dan dinner dengan teman2 Diana di Sydney. Akhirnya kami makan bersama di pizza di resto Italia, Macchiato. Pizzanya enak karena tipis dan dipanggang dengan kayu bakar. Menyenangkan bisa bertemu dan ngobrol dengan teman SMA dan SMP yang sekarang tinggal di Sydney. We have a lovely dinner with you guys, thanks !
Malam ini Jeff mulai demam lagi karena panadolnya sudah habis. Sudah diminum dari semalam, tadi pagi & siang. Rupanya belum sembuh. Jadi teman2 menyarankan agar kami segera pulang dan istirahat. Malam ini kami akan stay di rumah Ms. Dwina, jadi kami pun pulang mengikuti dia ke rumahnya. Kita naik train ke St. Leonards, salah satu suburbnya Sydney. Di rumah kami ketemu juga dengan Mr.Kim, suami Dwina yang sudah duluan sampai rumah. Sempat ngobrol2 karena ternyata Kim & Dwina juga suka traveling. Mantap !
Jeff pun dikasih obat demam sama Dwina dan langsung tertidur pulas. Ga tau obat apa, percaya aja, hehe.. Sementara Diana masih melanjutkan chatting dengan Dwina sampai tengah malam. Nice chat !
Day 5
Good morning ! Pagi ini, Jeff sudah segar. Obatnya tokcer tuh. Great ! Soalnya perjalanan masih jauh nih, ga boleh sakit dong… ga asik. Pagi2 Dwina sudah berangkat kerja. Tidak lama setelah itu kami pun pamitan dengan Kim dan melanjutkan perjalanan kami menjelajah Sydney.
Daerah suburb ini cukup menyenangkan. Sebetulnya rumah Dwina itu bentuknya mirip apartemen, tetapi cukup luas dan satu bangunan itu tidaklah tinggi, hanya beberapa tingkat saja. Mirip town house gitu yah. Jadi sepanjang jalan banyak blok2 apartemen seperti itu.
Sempat lihat kucing di jendela (aneh &lucu, gimana dia masuk situ yah ? terjebak antara kaca dan tirai). Sepanjang jalan sepi dan tenang. Tempat sampah pun berderet sesuai klasifikasi sampahnya (beda warna tutupnya). Kami pun breakfast dengan jajan roti dan kue di dekat St. Leonards station.
Hari ini adalah hari Senin, hari orang kerja. Oleh karena itu, kami berbaur dalam kepadatan penduduk suburb Sydney akan pergi kerja di Central.
Wow… Train kami melintasi Sydney Harbour Bridge ! Keren ! Dari dalam train, kami bisa melihat antrean kendaraan roda empat di sepanjang Harbour Bridge dari arah luar kota yang menuju Central. Persis kayak orang Bekasi/Tangerang masuk ke Jakarta di pagi hari. Oya, train di sini bertingkat loh… ada 2 tingkat untuk penumpang. Kalo jaraknya agak jauh dan pengen lihat pemandangan yang keren cobalah naik ke tingkat atas.
Kami turun di Circular Quay, tempat kemaren sore kami naik ferry. Dari situ, kami pun berjalan kaki menuju icon Sydney yaitu Sydney Opera House. Melewati pertokoan dan jalan yang rapi, tidak lama kami pun tiba di Opera House.
Walaupun hari kerja, ternyata banyak juga turis perorangan maupun berkelompok yang berfoto ria di seputaran gedung ini termasuk kami berdua. Kami bisa mendekati lengkungan2 Sydney Opera House untuk mengetahui jenis material apa saja yang dipakai untuk membentuk gedung fenomenal ini. Dari sini terlihat jelas pemandangan Harbour Bridge, kota Sydney, dan juga Botanic Garden yang terkenal itu.
Dari Sydney Opera House, kami berdua menyusuri perairan menjauh dari Opera House menuju Botanic Garden. Jalan nya juga mudah dan lebar, semua sudah disiapkan untuk turis. Menyenangkan bisa jalan2 di situ saat cuaca cerah. Area ini jarang dikunjungi oleh turis yang biasa ikutan group travel. Jadi kami sangat menikmati perjalanan yang sepi ini. Ada sejenis burung2 liar yang menikmati garden juga tuh, cari makan. Ada juga gerombolan burung putih di langit biru, seperti titik putih di tengah kanvas biru. Cantik. Di perjalanan pun ada air minum yang tersedia jika anda haus. Kami pun bisa mengisi botol minuman kami.
Kami melintasi sisi luar Botanic Garden menuju Mrs Macquaire ‘s Chair, salah satu spot terkenal bagi para turis terutama grup tour travel untuk bisa mengabadikan foto dengan back ground Sydney Opera House dan Harbour Bridge. Tak kami sangka, perjalanan menuju spot tersebut jauhhh bangettt. Kaki pegel banget dan punggung serasa mau patah. Ransel kami sering kami pindah2, dari belakang punggung, kemudian jadi di depan perut kami atau kadang dibawa dengan tangan kami untuk mengurangi beban punggung kami. Pernah juga dilempar2 ke depan, haha… apa aja deh supaya ga pegal.
Saat itu kami masih memakai backpack biasa, belum yang backpack trolley. Berdasarkan pengalaman tsb, barulah kami membeli backpack trolley untuk pergi ke Eropa tahun 2012.
Walaupun sangat melelahkan, tetapi di sepanjang perjalanan kami menemui banyak hal baik yang menyemangati untuk tetap berjalan dan berjalan. Tracknya hanya bisa dilintasi dengan berjalan kaki, kalo mau naik public transportation agak memutar. Langit biru membentang dengan bersihnya. Kumpulan burung2 silih berganti terbang di atas kepala kami. Bahkan ada orang lokal yang memancing di situ. Kami pun sempat saling membantu memotret dengan seorang turis asal India yang berjalan sendirian. Karena dialah, kami mendapatkan foto kami berdua dengan background Sydney Opera House dan Harbour Bridge yang bagus banget. Original, bukan dari spot yang biasa dipakai turis untuk foto.
Perjalanan diteruskan melewati batuan yang unik. Seperti setengah gua, menarik. Ooh.. ini lokasi Mrs. Macquaire’s Chair. View dari sini katanya paling top untuk melihat 2 ikon Sydney.
Bener aja, naik sedikit ke atas, sudah banyak rombongan turis yang datang dengan menggunakan berbagai bis wisata yang besar2. Acara mereka foto bersama dengan dengan background Sydney Opera House dan Harbour Bridge. Ada juga orang bisnis fotografi yang hasilnya bisa ditunggu. Kalo kami sih seperti biasa, mencari orang yang bisa dimintai bantuan untuk mengambil foto kami berdua.
Tips buat minta tolong orang lain mengambil gambar kita : cari yang punya kamera yang lebih canggih atau lebih mahal daripada kita punya. Ada 2 keuntungan : kecil kemungkinan mereka membawa lari kamera kita yang lebih murah daripada yang mereka punya dan yang kedua, biasanya hasil jepretan mereka bagus2 karena mereka kemungkinan besar belajar dan jago dalam hal fotografi.
Dari sana, kami jalan kaki lagi mencari jalan keluar, agar bisa naik bis ke Bondi Beach, pantai paling terkenal di Australia. Perjalanan cukup teduh dan melewati berbagai hal menarik. Sebetulnya bisa naik bis dari spot Mrs. Macquaire’s Chair ke tengah kota. Tapi karena nuggu bis nya lama, kami putuskan jalan kaki saja keluar. Ternyata… ooooowww… jauuuuuuh….
Akhirnya kami naik bis dari salah satu terminal bis ke Bondi. Kami menikmati perjalanan kami ke Bondi Beach. Bis yang kami tumpangi berukuran besar dan panjang. Tapi hebatnya, ini bis rutenya melewati perumahan di daerah perbukitan Sydney yang jalannya tidak terlalu lebar. Jagoan deh supirnya. Bis melewati daerah elite Sydney, terlihat dari gaya rumah dan mobil yang diparkir di sepanjang jalan.
Bis kami tiba di Bondi Junction dan di sana kami harus berganti bis agar bisa melanjutkan perjalanan sampai ke Bondi Beach. Hanya butuh waktu 15 menit untuk tiba di pantai paling terkenal se-Australia ini.
Bondi Beach pantainya cukup luas dan saat kami tiba, tidak banyak pengunjung yang bermain di Bondi Beach. Pasirnya putih, halus dan bersih. Tidak banyak yang berselancar apalagi berenang, lebih banyak orang yang berjemur. Di Bondi Beach ada juga team rescuenya, mirip Bay Watch. Kehidupan life guard Bondi Beach malah menjadi serial di salah satu chanel TV kabel.
Ternyata hari sudah makin siang dan kami makin lemas. Sudah waktu lunch, jadi kami buru2 mampir di Pot Thai, resto sederhana di seberang jalan Bondi Beach. Untung kami makan siang dulu, karena setelah ini, rute kami jauh lebih berat dan lebih panjang daripada jalan di Sydney.
Di tepi Bondi beach ada Bondi Iceberg, semacam pusat kebugaran di mana ada kolam renangnya. Asik juga nih kayanya berenang sambil liat pantai Bondi dan lautnya. Serasa berenang di laut. Apalagi poolnya itu air asin loh.. iya.. saltwater… mantap banget deh !
Yang menarik di pantai ini adalah Coastal Walk. Dimana pengunjung bisa berjalan di pedestrian sepanjang tepi laut yang menghubungkan Bondi Beach, Tamarama Beach, Bronte Beach hingga ke Coogee (baca : Kuji) Beach yang letaknya berurutan. Kata orang viewnya bagus dan jalannya juga gampang cuma agak jauh. Hmm.. berani terima tantangan berjalan coastal walk ini ? Let’s try !
Berjalan menyusuri Coastal Walk ternyata sangat menantang sekaligus indah. Indah karena di kanan kami banyak rumah2 mewah tepi pantai, tebing2 tinggi, dan juga wild flower. Menantang karena rutenya naik turun. Kami berhenti berkali2 karena harus mengatur nafas yang udah ga karu2an.
Kesempatan itu, kami manfaatkan juga untuk berfoto2. Padahal siang itu, banyak orang yang lalu lalang jongging di sepanjang Coastal Walk. Malu deh kalah ama mereka.
Kayanya kalo mau coastal walk ini mesti pagi2 deh, saat tenaga masih full. Kami udah setengah harian jalan kaki terus, sehingga saat coastal walk energi kaki udah terkuras. Belum lagi teriknya matahari saat jam 12 siang sampai jam 3 siang, serta bawaan ransel kami yang lumayan berat juga. Untung aja pemandangannya cantik…
Ada yang menarik nih. Di pinggir jalan (sebelum Tamarama beach) ada fitness circuit. Jadi di sini disediakan beberapa peralatan yang bisa digunakan untuk olah tubuh. Mungkin supaya segar yah, bisa fitness sambil melihat view laut yang cantik.
Coba2 ah, ada hand rail. Wah.. melatih kekuatan tangan nih. Ada petunjuknya lengkap di situ, cara penggunaan, tujuannya apa, dsb. Good information. Ada juga tempat melatih kekuatan kaki. Lancar… berarti sehat dong ya kami, hehe..
Setelah lebih dari 1 jam, kami baru tiba di Tamarama Beach. Padahal jarak Bondi-Tamarama itu 2 km. Sedangkan Bondi sampai Coogee itu 6 km dan biasa ditempuh dalam 2 jam. Walah, lambat banget yah kami. Hm.. biasanya sih orang jalan sampai Bronte beach. Walau sebetulnya Bronte itu jaraknya ga jauh dari Tamarama, hanya beberapa ratus meter, tetapi kami rasanya udah ga kuat jalan nih.
Akhirnya setelah dipikirkan dengan akal sehat, kami putuskan untuk berhenti sampai di sini dan segera mencari bus stop terdekat yang bisa membawa kami keluar dari tempat ini dan kembali ke city centre. Daripada menyiksa diri, kami terpaksa menyerah deh. Toh, kami sudah melihat view yang cantik dari tadi.
Keluar dari Bondi Beach, kami naik bis kembali ke Circular Quay. Masih sore, hm.. ke Manly aja yuk. Kami pun naik ferry ke arah Manly yang sebenarnya tidak ada dalam rencana kami.
Ternyata daerahnya bagus, sepi, dan lebih cantik daripada central Sydney. Sayang, kami tidak bisa berlama2 karena harus segera kembali ke central sebelum malam. Jadi kami tidak sampai main ke Manly beach. Nanti malam kami sudah ada janji ketemuan dengan teman di daerah suburb juga untuk menginap di sana. Rumah mereka terletak tidak jauh dari Blue Mountain, destinasi kami untuk esok hari. Cocok.
Dalam perjalanan pulang naik ferry dari Manly ke Circular Quay, sunsetnya cantik sekali. Banyak turis yang tidak menyia2kan moment ini untuk memotret saat sunset. Terutama dengan objek foto Opera House. Sayang, mendekati Opera House langit sudah gelap. Kami juga memotret Opera house saat gelap, bagus juga.. dengan nuansa lampu jadi berbeda dengan foto siang hari.
Karena masih ada waktu sedikit, kami berdua main ke daerah Kings Cross, daerah red districtnya Sydney. Sekedar ingin tau saja. Memang benar di sana ada deretan sex club, sex shop dan sebagainya. Karena kami datang sekitar jam 7 malam, maka belum terlihat adanya aktivitas “pekerja malam” di daerah ini. Malah kami ketemu toko yang menjual macam2 barang dengan harga AU$ 1. Bagus2 loh barangnya. Kami beli kaos kaki dan lem super di sini karena memang butuh, apalagi ditambah murah. Pas.
Selanjutnya, kami lanjut ke Seven Hills untuk bertemu Mr. Alex and family, teman lama kami di Bandung. Sebelum pulang ke rumah mereka, kami makan malam bersama di Outback Steakhouse. Makan steak dengan porsi super besar (ukuran bule). Butuh perjuangan untuk menghabiskan porsi kami. Ampun dah.
Malam itu, kami menginap di rumah Mr. Alex & Mrs. Ella di Seven Hills, daerah tengah2 yang menghubungkan Sydney dengan Blue Mountain, tempat wisata kami esok hari. Dari Sydney central butuh waktu 2 jam dengan train hingga tiba di Blue Mountain, tapi kalo dari Seven Hills cukup 1 jam saja.
Sebelum tidur, kami membuka internet untuk mengecek prakiraan cuaca esok di Blue Mountain, cara bagaimana pergi ke sana dari Seven Hills. Di Australia, rute perjalanan dapat diketahui hanya dengan memasukkan tempat asal dan tempat tujuan pada website sistem transporatasi Australia dan nanti akan mensimulasikan beberapa rute. Tidak kalah pentingnya mencek platform train kami ketika esok sore tiba di Sydney Central karena banyaknya platform di sana. Sydney Central termasuk yang paling besar di Australia. Malam itu kami tidur dengan sangat nyenyak karena sudah kelelahan berjalan sepanjang hari.
Day 6
Pagi hari jam 5.30, kami berdua sudah harus pergi bersama Alex ke Seven Hills station. Dia berangkat kerja ke arah Sydney, kita menjauhi Sydney. Dari Seven Hills kami harus naik train dahulu ke Black Town dan dari sana baru ganti train non stop ke Katoomba, lokasi Blue Mountain.
Nah, sebelum kereta berangkat, kami beli sarapan dulu. Coba yang menarik nih, ada kebab (kayak gorengan bentuk sate panjang banget) dan beli roti pakai ham & telur.
Hampir sepanjang perjalanan, kami di train ditemani serombongan anak sekolah yang berceloteh dan bercanda dengan serunya. Kami juga melewati puluhan kota kecil dan desa2 di pedalaman Sydney. Beautiful.
Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan dari Black Town, akhirnya kami tiba di Katoomba. Dinginnya ? Jangan ditanya. Liat aja dari kostum & ekspresi kami di foto…
Kotanya sepi banget. Nyaris ga ada orang dan mobil. Kami beli tiket Trolley Tours yang kantornya terletak tidak jauh dari keluar lorong underground stasiun. Eh… sambil jalan2 ternyata ada sakura loh. Ga cuma di Jepang, di sini juga ada. Karena belum ke Jepang, foto dulu ahh… Menarik !
Walaupun hari kerja biasa, ternyata ada juga beberapa turis yang berkunjung ke Blue Mountain ini. Kami akan akan pergi berkeliling kota Katoomba dengan menggunakan mobil berbentuk trolley. Trolley ini akan berhenti di point2 wisata yang sudah tertera dalam peta wisata Blue Mountain.
Kami berangkat dari point start trolley, yaitu di hotel yang ada di pinggir jalan utama. Wah, bunga di sini cantik2 yah. Betul2 deh, bunga2 di negara 4 musim tuh lain, warnanya cerah2 dan bentuknya menarik. Mungkin karena ga ada di Indonesia yah, jadinya kami tertarik.
Di Blue Mountain ada kawasan Scenic World, dimana ada 4 experience yang bisa ditempuh yaitu :
Skyway, kereta gantung tertinggi di Australia. Menyeberangi jurang sedalam lebih dari 270 meter.
- Railway, kereta paling curam di dunia.
- Cableway, kereta gantung terbesar di Australia. Bisa menampung 84 penumpang di dalamnya.
- Walkway, jalan kaki mengitari kawasan hutan lindung. Terletak antara railway dan cableway.
Kalo ke Blue Mountain, pastikan anda menikmati semua scenic ride ini. Bisa mulai dari skyway, rutenya : Skyway-Railway-Walkway-Cableway. Ini yang kami lakukan. Atau sebaliknya : Cableway-Walkway-Railway-Skyway.
Perhatikan bahwa kereta gantung untuk skyway lebih kecil daripada untuk cableway. Jadi siap2 untuk antri dan berdesakan jika anda naik skyway belakangan.
Pertama, kami stop di point untuk naik skyway. Cuma sebelum naik skyway, kami jalan2 dulu di jalan setapak ke arah lembah. Dari situ kita bisa melihat pemandangan tebing dan lembah yang ada. Bisa lihat three sisters, batu bentuk mirip kerucut yang jumlahnya ada 3 (lihat gambar di bawah). Konon ceritanya dahulu itu adalah 3 orang gadis yang disihir menjadi batu.
Ada Cliff View lookout. Dari situ bisa melihat Jamison Valley. Pagi ini cukup mendung, jadi tidak terlalu jelas kelihatan, tetapi lumayan deh bisa melihat pemandangan yang menakjubkan ini.
Dari situ kami buru2 naik cable car untuk menikmati Scenic Skyway. Mumpung masih pagi, masih sepi nih. Ga perlu ngantri dan satu cable car hanya beberapa turis saja. Lantai dasarnya ada yang transparan sehingga kita bisa melihat dalamnya jurang tersebut. Bahkan memberanikan diri melangkah di atas kaca itu seakan2 berdiri di atas jurang tersebut. Kami juga bisa melihat icon terkenal dari Blue Mountain yaitu 3 Sisters (3 gunung batu yang menjulang berdampingan dengan background lembah2 yang begitu luas dan dalam) serta water falls.
Menyenangkan sekali naik cable car ini. Keretanya luas dan sepi, jadi bisa jalan2 mondar mandir dan mengambil foto dari berbagai sudut pandang. Tibalah kami di pusat scenic world. Ada souvenir shop dan ada juga patung 3 sisters sebelum disihir menjadi batu.
Patung 3 sisters ini adalah yang terakhir bisa kami lihat dengan jelas sebelum kemudian tiba2 turun kabut yang sangat pekat. Betul2 putih, ga bisa lihat apa2 lagi. Wah, rupanya mulai hujan dan artinya di gunung seperti blue mountain ini jadi berkabut. Hm.. ga bakal bisa lihat pemandangan apa pun kalo gini sih.
Kami pun coba pergi ke Chocolate Company (ada dalam buku Mrs Elok) dulu. Maksudnya sambil menunggu kabut menipis dan menghangatkan badan juga. Yup, kami berhasil menemukannya ! Ga salah memang. Tempat ini harus jadi salah satu yang wajib dikunjungi waktu ke Blue Mountain.
Salah satu yang unik dari tempat ini adalah penyajian hot chocolate yang tidak ada di tempat lain. Butiran2 coklat dan susu cair dimasukkan dalam gelas stainless steel yang dipanaskan. Ada lilin kecil yang ditaro di bawah gelas itu. Jadi nanti butiran2 coklat itu akan meleleh dan menyatu dengan susu putihnya. Rasanya bisa diatur tergantung banyak sedikitnya butiran coklat yang masuk. Hm… nikmaaaaat bgt !
Keluar dari Chocolate Company, kami jalan kaki di sekitar situ, daerah pemukiman yang sepinya luar biasa. Rumah berjejer tapi selama kami di sana, ga orang sama sekali. Hanya 1 atau 2 mobil sesekali melintas. Lagi2 jalan2, tiba2 kami melihat something beautiful ! Bunga sakura yang lagi mekar ! Ga hanya 1 pohon, tapi banyak ! Didominasi oleh warna pink. Wah ternyata ga perlu2 jauh2 pergi ke Jepang nih.
Kami pun kemudian kembali ke scenic world untuk naik kereta menikmati scenic railway. Kami pilih turun menggunakan kereta ini dan nanti naik menggunakan cable car. Bisa juga sebliknya sih, tapi kan kalo kereta turun rasanya lebih seru daripada kereta naik. Hehe..
Kereta luncur ini dulunya membawa para pekerja tambang batu bara dari puncak bukit ke lokasi tambang yang jauh ada di bawah. Kami bisa membayangkan masa2 kejayaan ketika tambang batu bara itu masih buka. Tidak seram sih ternyata. Jangan bayangin seperti naik jet coaster di theme park yah… Ini lebih ke pemandangan yang bisa dilihat dan experience nya.
Sampai di bawah, kami disambut dengan jalan dari kayu yang cukup luas, ini yang disebut scenic walkway. Selain mengitari hutan dengan pohon2 yang unik, kita bisa melihat lubang2 bekas tambang batu bara yang sudah lama ditinggalkan. Ada juga beberapa gubuk dan rumah para penambang itu, lengkap dengan perabotnya.
Karena hujan, maka walkway dilakukan dengan cepat dan agak terburu2 supaya tidak kebasahan terlalu parah. Terakhir ride yang kami nikmati adalah scenic cableway. Ride ini yang membawa kami dari bawah (setelah naik railway) kembali ke atas. Sayang, ketika kami naik cableway, kabut putih kembali turun menyergap sehingga kami tidak dapat melihat suasana di luar cableway. Semuanya putih !
Kami pun hanya bisa membayangkan indahnya pemandangan yang diceritakan oleh petugas cableway. Hiks.. sedih juga sih, hanya bisa lihat putih dari kaca di sekeliling cable car. Untung saja tadi pagi sudah sempat lihat view dari cable car yang pertama. Itulah namanya cuaca, tidak bisa ditebak. Saat traveling, memang tidak semua terjadi sesuai rencana dan harapan. Jadi yah, nikmati saja !
Selesai jalan2, sebelum kembali ke Sydney, kami makan siang di restoran Chinese Food, tepat di seberang stasiun Katoomba. Udah lewat waktu makan, jadi udah laper banget nih. Porsinya gede dan enak. Ditambah cuaca dingin, mantap banget makan di sini.
Seusai makan, kami bergegas ke stasiun. Oh, ternyata keretanya delay. Bagian dalam stasiun jadi penuh sesak karena orang tidak mau kedinginan menunggu di luar stasiun. Ternyata ada juga beberapa turis Indonesia, kami sempat ngobrol2.
Perjalanan sampe ke Sydney memakan waktu sekitar 2 jam. Sampe di Sydney Central yang gede banget, kami sempat bingung sebentar mencari platform yang menuju ke Hurstville. Di bawah Sydney Central udah kayak labirin. Orang lalu lalang ke sana ke mari. Masalahnya, nomor platformnya tidak berurutan sehingga harus diliatin satu per satu. Untung nomor platformnya udah diketahui waktu di rumah Alex (lihat malam sebelumnya) sehingga sedikit menghemat waktu.
Dari stasiun Hurstville kami menuju rumah Mr. Wieke untuk beres2 koper. Kan kopernya ditinggal di situ selama kami jalan2 di Sydney, hehe.. Dari situ tadinya kami mau ke airport naik train. Tapi ternyata mereka bisa mengantar kami naik mobil ke airport. Ya sudah, ga jadi naik train deh. Thanks Mr. Wieke & Mrs. Ira for your hospitality, see you !
Malam ini, kami berangkat ke Melbourne menggunakan Virgin Blue, salah satu budget airlines yang melayani antar kota di Australia. Ga salah pilih nih. Pesawatnya keren, ada personal TV dan head set gratis. Padahal ini penerbangan domestik loh. Pramugara dan pramugarinya fun serta funky.
Penerbangan ke Melbourne hanya membutuhkan waktu lebih kurang 1 jam saja. Kami nyampenya hampir jam 23.00 dan mendarat di Tullamarine Airport (khusus domestik) yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Di Tullamarine Airport kami dijemput oleh Mr. Paul dan Mrs. Meisy, family Jeff yang tinggal di Melbourne.
Bersambung ke part 3
Lihat sebelumnya di part 1
lanjut ke part 3 dulu hehe,,,
menarik banget untuk di baca 🙂
just wondering whether Alex you mention above is Alexius Sutandio from Bandung, if yes then it is a small world 🙂
Nope.. our friend is Alex Tjiong but also from Bandung 🙂 You can see his face with Jeff on the picture.