Prolog
Korea Selatan sebetulnya bukan prioritas dalam bucket list kami. Kami bukan penggemar film/drama Korea atau pun makanan Korea. Tapi ketika kami ingin menikmati daun musim gugur yang warna-warni itu, akhirnya pilihan jatuh pada Korea. Apalagi ternyata kami bisa mendapatkan tiket promo saat Garuda Travel Fair, menjadi hanya 3,8 juta pp per orang. Fantastis. Lebih murah daripada budget airlines. Padahal biasanya harga Garuda mencapai 6 juta pp. Tetapi tetap ada resiko untuk mendapatkan tiket murah, yaitu waktu jadi kurang fleksibel. Tadinya kami cuma mau pergi seminggu, berangkat sabtu dan pulang Minggu supaya hemat cuti. Apa daya, tiket murah hanya tersedia untuk pergi dan pulang di hari biasa. Itu pun tidak tersedia setiap hari, sehingga mencocokkan tanggal pergi dan pulang saja perlu perjuangan. Akhirnya terpaksalah kami beli tiket dengan selisih 10 hari, karena hanya itu yg cocok. Siap-siap diomelin bos karena cuti jadi lama banget. Hiks.
Untuk pembuatan visa Korea, jika datang mengurus sendiri biayanya Rp.600.000/orang. Tapi kami harus cuti lagi untuk datang ke kedutaan Korea. Sementara jika mengurus lewat travel agent biayanya Rp.Rp.650.000/orang tanpa harus cuti. Ya sudah, lewat travel agent saja deh kali ini. Visa selesai dalam seminggu dan diberikan untuk 3 bulan sejak tanggal approve. Jadi apply nya jangan jauh2 hari sebelum berangkat ya, cukup 1-2 bulan sebelum berangkat saja. Berbeda dengan visa schengen yang sebaiknya apply 3 bulan sebelum berangkat karena diberikan terhitung tanggal rencana keberangkatan, bukan tanggal approve. Selengkapnya tentang Visa Korea dapat dilihat di http://idn.mofa.go.kr/worldlanguage/asia/idn/visa/step/index.jsp
Karena ingin santai dan menikmati autumn foliage, alias daun warna warni, maka rencana perjalanan kami adalah Seoul, Sokcho (Mt.Seorak), Gapyeong (Nami, Garden of Morning Calm) dan kembali ke Seoul. Beberapa saat sebelum kepergian, situasi politik antara Korea Utara dan Amerika Serikat makin memanas terkait ancaman bom nuklir. Rasanya jadi deg-degan terus, kuatir akan ada perang saat kami berada di Korea Selatan. Maklum, kami tahun lalu mengalami tragedi di Ataturk airport, Istanbul sehingga agak trauma kalo harus menghadapi situasi serupa. Tapi karena hingga hari keberangkatan tidak ada travel warning, akhirnya kami berangkat juga.
Day minus 1
Berangkat pukul 11.20 malam dari Terminal 3 Soekarno Hatta yang baru. Wah, keren banget terminal ini. Desain interiornya mirip Changi dengan taman bunga anggrek di tengah2. Bangga deh sekarang, airport international kita bisa bersaing dengan airport international negara lain. Banyak tersedia restoran dari merk-merk ternama, sehingga tidak usah kuatir untuk cari makan.
Ada tempat bermain anak yang cukup luas, ada kursi untuk tiduran walau cukup keras, hehe.. mau selonjoran di sofa juga bisa sih. Setiap gate sudah dibuat memiliki jalur garbarata permanen untuk disambung ke pesawat. Ada lampu neon ungu gitu lagi di atasnya, keren deh kalo malam hari.
Oke, kami pun berangkat on time. Walau ada turbulence yang cukup kuat dan lumayan bikin perut mules, tapi secara umum perjalanan cukup oke. Biasanya kami naik Garuda Indonesia untuk tujuan domestik. Baru kali ini kami menggunakan Garuda untuk tujuan international. Ada 1x snack dan 1x makan, entertainment lumayan oke walau tidak sebanyak Emirates. Seatnya tipe 2-4-2, jadi kami berdua berada di bagian pinggir alias window. Penumpang cukup banyak walau tidak sampai full.
Day 1 ( Free Hanbok, Myeongdong, Namsan )
Pesawat mendarat pukul 08.30 di Incheon International Airport. Namun ternyata kami masih harus mengantri untuk imigrasi hampir satu jam. Lama ya. Jangan lupa isi form kedatangan yang biasanya dibagikan di dalam pesawat sebelum mendarat.
Setelah itu masih harus beli T-Money sebagai alat pembayaran transportasi dan belanja selama kami di sini. Belinya di minimarket yang ternyata antri juga. Karena hampir semua turis perlu beli kartu ini dan hanya ada 1 minimarket yang melayani. Harga per kartu standard yang kami beli adalah KRW 4.000 dan harus segera di-isi dana nya.
Untuk menuju Seoul, kami memilih naik subway yang “all stop train”. Harganya KRW 3.950 per orang dari Incheon Airport ke Seoul Station, lebih murah jauh daripada yang ekspres. Perjalanan dari airport ke kota memakan waktu satu jam, jauh ya ternyata. Dari Seoul Station kami sambung subway ke Sinseol-dong, tempat hostel kami.
Ternyata kami kesulitan menemukan hostel kami, Sunrise Inn Dongdaemun. Sambil geret2 koper di siang bolong kami muter2 ke arah yang menjauh dan ga ketemu2 karena petunjuk orang-orang lokal yang semuanya berbeda. Padahal ternyata hostelnya deket banget sama station subway, untung saja akhirnya ketemu.
Untuk masuk hostel ini, kami sudah diberikan password sebelumnya untuk bisa masuk pintu utama. Saat kami menginap di Xian, China juga begitu, kamarnya tidak pakai kunci tapi pakai password. Kalo di sini, hanya pintu utama masuk hostel yang pakai password. Kamar masih pakai kunci biasa.
Waktu kami masuk, tidak ada siapa2. Dalam email memang disebutkan untuk kami bisa taro koper dulu di hotel dan kembali lagi untuk check-in jam 4 sore. Oke deh, kami taro saja koper kami di ruangan dan kami kembali keluar untuk jalan2. Itinerary yang awalnya mau start jalan2 jam 11 siang pun molor jadi jam 2 siang baru bisa jalan2.
Tujuan kami pertama adalah ke K-Style Hub yang terletak di dalam KTO (Korean Tourism Organization) Office Building. Stasiun terdekat adalah Euljiro (1) Sta. exit 2. Dan lagi2, kami mengalami kesulitan menemukan gedungnya. Sempat tanya2 orang lokal, tapi tidak ada seorangpun yang tahu dengan pasti. Aneh juga. Agenda hari ini penuh dengan nyasar euy.
Karena kelelahan, kami memutuskan makan siang dulu di KFC di seberang exit stasiun. Ternyata di depan KFC terletak Cheongyecheon stream, yang menjadi salah satu daya tarik turis di Seoul. Orang2 bisa duduk santai menikmati suasana sambil merendam kaki. Jadi setelah makan, kami jalan2 ke sungai kecil itu. Pas lagi ada pameran instalasi seni oleh seniman lokal Seoul. Jadi ada banyak booth non permanen di pinggir sungai.
Kembali kami mencari KTO Office. Harusnya sih petunjuk yang diberikan mengarah pada 1 gedung, tapi gedung itu ditutup (tampak depan) karena sedang ada pekerjaan renovasi. Walau bingung, kami akhirnya coba mencari jalan ke balik gedung tersebut. Dan ternyata.. ada petunjuk mungil bahwa KTO Office tetap buka lewat pintu belakang. Astaga !!
Ternyata KTO Office ini menempati lantai 2 hingga 5. Awalnya kami hanya pengen foto gratis pakai hanbok (pakaian tradisional Korea) di sana. Namun ternyata kami sangat menikmati setiap lantainya. Dimulai dari lantai 2, ada tourist information centre beserta brosur wisata Korea yang sangat lengkap. Bahkan ada konter khusus untuk tujuan medis, entah pengobatan atau operasi plastik ? hehe..
Kita juga bisa buat foto digital bareng artis2 Korea. Ada juga Korea 360 Virtual Tour, kita menggunakan google mata khusus, dan bisa merasakan berada di berbagai destinasi wisata Korea secara real. Bisa mengarahkan tubuh kemana saja dan pemandangan 360 derajat bisa dinikmati. Keren banget !!
Di lantai 3 terdapat semacam museum yang berisi berbagai informasi mengenai food culture Korea Selatan. Ada display visual mengenai makanan dan bahan makanan khas Korea. Cukup unik dan menarik ya menurut kami. Nah, sesudah menjelajah museum tersebut, pengunjung akan diberikan 3 voucher yang bisa digunakan di lantai 5 :
- Untuk foto hanbok
- Untuk main simulator ski, karena tahun 2018 mendatang, kota PyeongChang di Korea akan menjadi tuan rumah Olimpiade musim dingin.
- Untuk melukis
Di lantai 4 terdapat ruangan untuk belajar membuat masakan Korea dan tentunya bisa langsung dimakan. Kami pun langsung menuju lantai 5. Untuk foto hanbok, tersedia berbagai ragam pakaian, topi dan sepatu yang dapat dipilih. Kami akhirnya menggunakan kostum raja dan ratu supaya cocok dengan latar belakang Gyeongbokgung Palace. Fotonya pakai kamera sendiri, jadi dibantu foto oleh staf di situ. Bisa juga kita foto2 sendiri.
Selesai foto hanbok, kami ke sebelahnya. Apa ya ini ? Di meja pendaftaran, ada 4 gambar khas Korea yang sangat bagus di dalam gulungan kertas kaya pengumuman kerajaan di film2 gitu. Awalnya kami pikir voucher tersebut bisa ditukar dengan salah satu lukisan tersebut. Ternyata kami harus melukisnya sendiri ! Jadi voucher itu adalah untuk “belajar” membuat lukisan Korea. Nanti hasil lukisan tersebut bisa dibawa pulang sebagai souvenir.
Kami diminta memilih salah satu gambar dan nanti guru lukisnya akan mengajari. Betul saja, guru tersebut mengajarkan langkah-langkahnya, lancar sekali, memadukan warna di palet dan melukisnya di atas kertas. Nah, sekarang giliran kami. Waduh, gimana ini.. ternyata susah ya. Maklum, kami ga pernah melukis nih. Bahkan menggambar biasa aja tidak berbakat. Warnanya jadi belepotan, kebanyakan air, dan lain2. Silakan latihan terus di kertas yang tersedia. Nanti kalo sudah bisa, baru akan diberikan kertas bagus di gulungan tersebut untuk dilukis. Sudah ada sketsanya sih.. jadi harusnya lebih mudah.
Karena merasa latihan sampai kapan pun ga akan banyak perubahan, maka kami nekad saja lagsung meminta kertas aslinya. Iyalah, agenda wisata masih banyak ini, harus buru2 keluar dari sini. Setelah jadi, tentu saja dengan hasil ala kadarnya, kertas gambar lalu diberi cap KTO, seperti cap kerajaan, digulung, diikat dengan pita, diplastikin dan siap dibawa pulang. Cihuy !!
Setelahnya kami pindah ke simulator ski. Kaki kami diletakkan pada alat seperti ski dan mata menggunakan google khusus untuk visualisasi 3 dimensi seperti di lantai bawah tadi. Betul2 serasa main ski. Silakan menggerakkan kaki sesuai jalur di tantangan yang ada. Karena kami berdua ga pernah main ski, ya.. amburadul lah.. nabrak kanan kiri. Tapi ya lumayan sih buat seru-seruan.
Kami sangat merekomendasikan kunjungan ke KTO Office ini karena banyak pengalaman yang bisa didapatkan secara gratis. Alokasi sekitar 1 jam deh di tempat ini.
Myeongdong
Setelah itu, kami berpindah ke area Myeongdong. Di sini ada kantor Myeongdong Tourist Information Centre. Di dalamnya, selain ada staf yang akan membantu dan brosur tentang wisata Korea, ada juga foto gratis dengan hanbok. Di sini fotonya secara digital dan self service. Jadi latar belakang kami hijau polos namun kami bisa memilih beragam back ground yang ada di layar sentuh. Kamera juga sudah ditanam di dinding depan kami. Waktu untuk berfoto di tempat ini dibatasi 10 menit dengan timer. Hasil foto nanti akan dikirim ke alamat email kami. Kali ini kami memilih kostum putri dan bangsawan, supaya beda dengan foto yang tadi.
Kami lalu melewati area Myeongdong yang bebas dari kendaraan. Di kanan kiri banyak sekali toko kosmetik dengan para pramuniaganya yang berteriak2 mempromosikan produk mereka. Tidak ketinggalan street food di gerobak2 makanan yang sangat menggoda. Kami beli Korean Fried Chicken (Yangnyeom Koldak) seharga KRW 5.000. Hidangan ayam goreng dalam cup gaya Korea ini cukup banyak terdapat di jalanan mana pun. Rasanya enak, manis-gurih-spicy, saosnya agak lengket gitu. Lalu selain ayam ada juga berupa kenyal2 putih tepung beras gitu di dalam cup nya. Kami juga beli banana milk yang katanya sangat terkenal di Korea. Wah betul, rasanya unik dan enak !! Di beberapa titik ada panggung dengan artis lokal yang sedang beraksi. Menarik juga melihat K-Pop di negara asalnya.
Namsan Park & N Seoul Tower
Perjalanan ke Namsan Park, melalui jalanan menanjak dan perumahan penduduk. Terlihat pula N Seoul Tower yang terletak di atas Mt. Namsan. Sampai di atas, suasana taman di bagian itu sangat indah. Mulai terlihat pohon2 dengan aneka warna daunnya, karena ini sudah musim gugur.
Untuk menuju N Seoul Tower bisa jalan kaki, naik bus maupun naik cable car. Karena sudah cukup lelah, kami pilih naik cable car saja. Harganya per orang KRW 6.000 untuk one-way dan KRW 8.500 untuk round trip. Mahal ya ?! Ya sudah, mau gimana lagi.. kami beli juga untuk roundtrip.
Untuk masuk cable car, antriannya cukup panjang dan lama karena kapasitasnya adalah 48 orang sekali jalan. Tiba di N Seoul Tower, ada pelataran dasar yang cukup hits di kalangan anak muda, yaitu tempat mengabadikan cinta melalui gembok cinta. Jadi ada pagar2 yang penuh berisi dengan ribuan gembok cinta. Ga perlu repot2 bawa gembok ke sini. Sudah ada penjual gembok di sini dengan beragam bentuk dan ukuran. Harga termurahnya sekitar KRW 4.000. Ada juga vending machine yang berisi hand bouquet. Romantis banget ya !
Jika ingin naik ke observatory (puncak tower) kita harus membayar lagi. Maka kami putuskan tidak naik ke atas. Cukup menjelajah di pelataran bawah saja, toh sudah cukup tinggi dan bisa melihat kota Seoul dari atas. Di bagian bawah juga ada semacam pusat belanja dengan berbagai macam restoran dan berbagai pilihan menu. Kami jalan2 di sini sampai hari sudah gelap. Saatnya kembali ke hostel dan berisitirahat.
Di dekat hostel terdapat toko roti “Tous Le Jours”, yang outletnya juga banyak di Jakarta. Ternyata toko roti ini dimiliki oleh CJ Group, salah satu grup bisnis terbesar di Korea. Ragam rotinya lebih banyak daripada di indonesia. Bentuknya juga bukan sekedar toko roti tapi berupa cafe. Roti isi kacang merah nya, lebih terasa potongan kacang merahnya daripada yang di Indonesia. Kami beli beberapa untuk besok sarapan.
Sampai di hostel, kami masuk dan tetap tidak ada siapa2. Namun di meja resepsionis, sudah ada nama kami + kunci kamar. Sudah deh, kami masuk dan beres2 di dalam kamar. Tak lama, pemiliknya datang dan meminta pembayaran. Lha dia ada di mana sebelumnya ?
Day 2 ( DMZ tour, Lotte Mart, Banpo Hangang Park )
Hari ini kami mau ke perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara nih, namanya area DMZ. Jadi sejak perjanjian perdamaian perang Korea tahun 1953 dibuatlah zona 2 km dari perbatasan ke wilayah masing-masing negara yang disebut DMZ (De-Militerized Zone). Dimana artinya tidak boleh ada kegiatan militer di area tersebut. Panjang DMZ ini adalah 250 km. Namun ironisnya, wilayah ini justru paling banyak dijaga oleh tentara militer dan diangap paling berbahaya di dunia era modern saat ini.
Hal ini justru menjadi daya tarik turis yang pergi ke Korea Selatan, sehinga dibuatlah 2 macam tour bagi yang ingin menginjak wilayah DMZ.
- DMZ tour. Mengunjungi Imjingak & Bridge of Freedom, 3rd infiltration tunnel & DMZ Theatre, Dora observatory, Stasiun kereta Dorasan
- JSA tour (Joint Security Area). Mengunjungi Camp Bonifas, Freedom house-Conference room (tempat dimana bisa bertemu militer Korea Utara)
Ada juga yang menggabungkan kedua tour tersebut. JSA tour tentu sensasinya lebih seru daripada DMZ karena bisa masuk ke perbatasan dengan Korea Utara. Syaratnya juga lebih banyak dan ketat daripada DMZ.
Awalnya kami mau ikut JSA tour yang diselenggarakan oleh tentara militer USA http://www.koridoor.co.kr Sudah reserve secara online dengan mengirimkan scan passport. Tinggal bayar 4 hari sebelum tour dilakukan. Namun karena sedang ada ketegangan di antara Korea Utara dan Korea Selatan + USA, maka kami memutuskan untuk membatalkan JSA tour tersebut. Terlalu beresiko. Asal tau saja, semua peserta yang ikut tour JSA harus menandatangani kontrak yang menyatakan bahwa peserta sudah mengetahui resiko perjalanan ke daerah perbatasan dan bersedia menanggung sendiri semua resikonya. Ngerti dong resiko yang dimaksud ?!
Akhirnya sebagai pelipur lara, kami ambil tour DMZ saja yang resikonya jauh lebih minim. Kami memilih tour dalam bahasa Inggris dari www.seoulcitytour.net Pembayarannya bisa on the spot. Untuk pendaftaran, silakan email ke : mail@seoulcitytour.net dan nantinya akan mendapatkan konfirmasi dari mereka.
Syarat utama baik DMZ maupun JSA tour adalah membawa passport fisik asli. Bukan fotocopy, apalagi digital (disimpan di android). Jika lalai, maka peserta akan dikeluarkan dari tour ini dan uang tour tidak akan dikembalikan. Passport dibutuhkan untuk pemeriksaan identitas di area DMZ
Di itinerary yang dikirimkan lewat email, kami dijanjikan dijemput jam 07.15. Namun karena harus menjemput yang lain, kami baru dijemput jam 07.30. Kami naik mobil van berukuran sedang. Di dalamnya sudah berisi beberapa orang namun tidak bisa berbicara bahasa Inggris. Akhirnya kami tiba di depan suatu minimarket di pinggir jalan besar. Sudah banyak peserta tour. Ternyata di sini, peserta tour dari berbagai tempat di Seoul, dikelompokkan sesuai pilihan bahasa tour yang sudah dipilih sebelumnya.
Untuk peserta bahasa Inggris, kami naik satu bis besar. Semua peserta didata ulang. Buat yang belum bayar, termasuk kami, pembayarannya dilakukan di atas bis sebelum berangkat. Bayarnya bisa pakai credit card. Harga paket yang kami ambil adalah KRW 40.000 per orang, tidak termasuk makan siang.
Kami bergabung dengan peserta dari antara lain dari Malaysia, Indonesia, Singapore, Philipines, Peru, USA, UK, India dll. Mungkin sekitar 50 orang dalam 1 bis besar. Yang bikin seru ternyata tour leader kami adalah seorang tentara Korsel yang masih aktif dan berseragam militer. Namanya Hans. Dia bergabung dalam pasukan khusus, pasukan terjun payung dan telah banyak dikirim negaranya ke berbagai negara dengan tujuan yang berbeda2.
Karena itu, sejak awal Hans meminta dia tidak difoto, baik sendiri maupun bersama peserta tour. Ada juga tempat2 dimana kami dilarang mengambil gambar. Misalnya aktivitas, sarana, dan kendaraan militer di area DMZ. Jika ketauan, kamera bisa diambil oleh tentara. Agar mudah diidentifikasi, seluruh peserta memakai name tag dengan nama Hans + nomor HP nya. Wah bakalan aman nih pergi bareng Hans
Perjalanan menuju DMZ cukup jauh dan lama. Menjelang DMZ, di sebelah kiri bis, terlihat kawat berduri standard NATO yang membatasi Korea Selatan dan Korea Utara. Semakin mendekati DMZ, makin banyak pos penjagaan tentara Korea Selatan. Imjingak Park dan Bridge of Freedom adalah tempat pertama yang kami kunjungi. Mengupas masa lalu hubungan antar Korsel dan Korut yang dramatis. Kisah ribuan keluarga yang terpisah karena masalah ideologi.
Bridge of Freedom yang menjadi saksi pertukaran ribuan tawanan perang saat perang Korea berakhir. Tempat ini adalah tempat umum, banyak wisatawan yang ke sini dan belum termasuk area DMZ. Belum puas menjelajah, sudah harus balik lagi ke bis. Ini yang menyebalkan jika ikut tour yang waktunya ketat.
Dari situ kami menuju 3rd infiltration tunnel. Sebelum masuk ke area tunnel, ada pos pemeriksaan tentara Korsel. Semua kendaraan baik pribadi maupun bis tour akan dihentikan dan diminta surat identitas diri dan lainnya, jadi antri cukup panjang. Ada satu tentara naik ke atas bis kami dan semua penumpang harus menunjukkan passport.
Akhirnya kami tiba di satu area yang terdapat DMZ theatre, museum dan 3rd Infiltration Tunnel. Terorongan ini adalah terowongan ketiga dari empat terowongan ditemukan. Dibangun oleh pihak Korea Utara untuk invasi ke Korea Selatan lewat jalur darat dan diinfokan oleh seorang pembelot dari Korea Utara kepada pemerintah Korea Selatan pada tahun 1974.
Terowongan ini letaknya yang paling dekat dengan Seoul dibandingkan dengan 3 terowongan yang lain, hanya 44 km saja letaknya dari Seoul. Dari sejak di bis, Hans sudah mengingatkan bahwa yang mau masuk terowongan harus memiliki badan sehat : tidak darah tinggi, penyakit jantung, penyakit pinggang, tidak gampang sesak nafas dll. Semua peserta dilarang membawa tas dan perlengkapan dokumentasi. Semua harus disimpan di locker2 yang sudah disediakan. Jadinya tidak ada foto satupun dari kami. Yang ingin tahu bisa buka http://www.theseoulguide.com/day-trips/the-dmz/3rd-infiltration-tunnel/
Untuk masuk terowongan, kami diwajibkan memakai helm proyek. Awalnya kami menuruni turunan sepanjang 358 meter, dengan derajat kemiringan 11 derajat serta diameter lubang 3 meter, jadi sangat lebar. Turun sih ga masalah ya. Namun dari arah bawah, kami melihat perjuangan orang2 yang naik dari arah bawah. Banyak wajah kelelahan. Tinggal tunggu waktu saja kami akan menjalani hal kayak gitu pas pulangnya ha..ha.. Terowongannya diterangi lampu, ada telp emergency, kotak berisi senter, kotak dengan tabung oksigen dan beberapa bangku untuk duduk. Sampai di bawah, ada drink fountain yang airnya bisa diminum.
Dari situ, dimulailah petualangan seru selanjutnya : menyusuri terowongan sepanjang 265 meter. Jalurnya memang mendatar, namun lobangnya cukup sempit. Hanya muat untuk 2 orang berpapasan. Jadi kami harus tetap berada di jalur kanan, jalu kiri untuk arah sebaliknya. Tingginya antara 160-200 cm. Baru di sini terasa manfaat helm proyek. Jika tidak menunduk, kepala bisa terbentur dinding batu. Kami sih tidak terlalu masalah, tapi kalo orang Barat yang tinggi, wah cape deh jalannya bungkuk terus.
Tiba di ujungnya, kami berhadapan dengan Blokade, tidak bisa lanjut. Ada lubang buat mengintip di Blokade tersebut, sehingga kita bisa melihat Blokade lain di perbatasan Korsel dan Korut. Blokade ini jaraknya hanya 170 meter saja dari Korea Utara ! Setelah itu kami balik arah lagi untuk keluar. Benar saja, perjalanan menanjak betul2 membuat kami kelelahan sampai harus duduk istirahat beberapa kali.
Setelah mengambil barang di loker, kami pergi ke gedung seberang di mana terdapat DMZ Theather dan Exhibition Hall. Di Exhibiton Hall, terdapat museum terkait sejarah DMZ dan perang Korea yang pernah terjadi. Sayang, baru sebentar di sini paling juga 10 menit, kami langsung digiring menuju DMZ Theather untuk menonton film dokumenter singkat terkait DMZ dan perang Korea di masa lampau. Habis nonton film, mau balik lagi ke exhibition hall sudah tidak bisa. Harus langsung naik bis. Ga suka banget dengan nasib peserta tour yang selalu diburu-buru, hiks.
Sekarang bis menuju Dora Observatory. Dari Dora Observatory, kita bisa melihat Korea Utara. Jika ingin melihat dengan lebih jelas, disediakan teropong dengan biaya KRW 500. Dengan teropong, kami bisa melihat The Kaesong Industrial Complex (KIC), kota industri yang terletak di Korea Utara. Kota industri ini awalnya didukung oleh perusahaan2 Korea Selatan. Namun karena ketegangan politik, untuk sementara aktivitas di kota ini dihentikan sementara.
Di samping observatory, ada speaker raksasa yang mengarah dari Korea Selatan ke Korea Utara yang memperdengarkan lagu2 K-Pop. Seru ya. Di pihak lain, kata Hans tour leader kami, Korea Utara pun memperdengarkan propaganda mereka. Masing-masing pihak sangat jelas memberitakan identitasnya kepada negara tetangga nih, terutama di perbatasan seperti ini.
Lanjut ke Dorasan Station. Station ini merupakan satu2nya train station yang menghubungkan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Awalnya, station ini dipakai untuk mengangkut para insinyur Korsel dan material untuk mensupport keberadaan kota Industri Kaesong di Korea Utara. Namun, lagi2 karena ketegangan politik dan dengan ditutupnya kota Industri Kaesong, maka train station ini berhenti beroperasi. Kami dapat masuk ke dalam station dan membayangkan suasananya saat train mengangkut ratusan tenaga ahli dari Korsel untuk membantu kemajuan saudara mereka di Korea Utara.
Saat mau keluar area DMZ, lagi2 passport kami diperiksa oleh tentara yang menjaga ketat. Perjalanan ke Seoul cukup panjang karena situasi lalu lintas yang padat. Sesuai jadwal, acara terakhir adalah tempat belanja. Kami diajak ke Korean Ginseng Shop. Di dalamnya tidak diperkenankan mengambil gambar.
Kami diperkenalkan dan diceritakan tentang ginseng, pengolahan, dan manfaatnya bagi manusia. Selanjutnya, kami digiring ke dalam suatu ruangan tertutup, untuk mendengarkan presentasi penjualan produk mereka. Ada rupa2 ekstrak ginseng yang dijual : berupa bubuk, tablet, dsb. Kami diberikan sample minuman ginseng gratis. Enak loh rasanya. Dari situ, kami turun ke lantai 1 di mana ada toko yang menjual beragam olahan ginseng seperti snack, permen, coklat, minuman, dan lain2.
Di dalam bis kami lunch sendiri berupa samgak gimbap, gimbap yang berupa segitiga. Mirip onigiri di Jepang. Harganya sekitar 800-1200 won. Murah, enak dan kenyang. Perjalanan menuju Seoul cukup macet. Seluruh peserta diturunkan di dekat station City Hall. Enaknya karena tour guide militer, maka ia tidak meminta tips. Hanya ada pesan terakhir dari Hans yang menarik untuk disimak : bayarlah pajak kepada negaramu, maka negaramu dan militernya akan melindungi kamu dari musuh. Good point, karena militer dibayar dari pajak.
Dari city hall station, kami naik subway ke Seoul station dan menuju Lotte Mart yang ada di atasnya. Pilih exit 2 dan Lotte Mart ada di sebelah kiri. Ternyata di Lotte Mart, sangat ramai suasananya. Di lantai satu, ditawarkan produk personal care dan juga makanan. Yang menarik adalah di bagian makanan. Nyaris hampir di setiap lorong, di depannya ada pramuniaga yang menawarkan sample makanan dan minuman gratis ! Gile bener. Ada berbagai keripik, rumput laut, mie, jelly, permen, kopi, dsb dari berbagai merk.
Ternyata sedang ada food fair dan banyak produk discount. Wah, pas banget. Akhirnya kami belanja untuk oleh2 dan dimakan sendiri. Di tengah-tengah supermarket, ada juga kedai makanan jadi. Kami mampir di satu kedai mie dan pesan Bukchon Village Noodle. Rasanya enak dan porsinya pun banyak ! Harganya KRW 5.500, satu porsi untuk berdua tanpa side dish.
Yang menarik adalah di Lotte Mart ini, jika nilai pembelanjaan kami mencapai KRW 30.000 atau lebih, maka kami berhak mendapatkan tax refund langsung di kasir. Tidak perlu tax refund di airport saat akan meninggalkan Korsel. Wah mudah dan praktis. Cukup pilih kasir dengan tanda yang dapat menerima tax refund (tidak semua kasir terima). Tunjukkan passport dan nilai belanja kami sudah langsung dipotong oleh tax.
Hati-hati, di sini tidak disediakan kantong belanjaan. Di pintu keluar, sudah disediakan kardus2 bekas yang dapat dipakai customer untuk mengangkut barang belanjaan. Bahkan jika memang niat ngeborong, ada turis2 yang langsung memasukkan belanjaan ke koper. Praktis !
Nah, sekarang kami mau malam mingguan di Banpo Hangang Park, salah satu dari sekian banyak taman yang ada di Seoul di pinggir sungai Han. Sungai Han ini adalah sungai yang membelah kota Seoul. Ada atraksi Banpodaegyo Bridge Moonlight Rainbow Fountain, atraksi permainan air dan cahaya. Buka bulan April hingga Oktober. Dicatat di Guiness Book of World Records sebagai ‘world’s longest bridge fountain’.
Petunjuk ke tempat ini agak ga jelas. Awalnya kami mengikuti petunjuk menuju Hangang Park. Tiba2 petunjuk itu hilang, gantinya floating islang. Jadinya banyak bertanya ke orang lokal deh. Ternyata itu sama saja. Aaah… bikin bingung aja.
Tiba di sana, suasana sangat ramai, banyak orang lokal, baik keluarga maupun yang pacaran. Maklum, malam minggu sih. Ada taman dan lapangan yang sangat luas. Di dekat bridge lebih banyak lagi orang yang duduk di sekitar sungai. Ternyata sedang ada atraksi dari Rainbow Fountainnya. Menurut kami sih, atraksinya sangat biasa. Ada lagu yang diputar dan ada air mancur dari bridge ke arah sungai yang disinari lampu. That’s it.
Di lapangan di sampingnya, ternyata ada puluhan food truck yang sangat ramai antriannya. Ga ada food truck yang antrinya pendek. Rata2 antriannya lebih dari 20 orang. Macam2 makanan ada. Korean food, western food, snack, minuman, dsb. Ada yang menjual gulali dan ada cahaya flourescent nya. Jadi glow in the dark. Baru liat nih dan lucu banget, apalagi saat hari gelap seperti ini. Ada juga stand2 yang menjual aneka barang pernak pernik. Untuk urusan sampah, di sini patut dipuji. Semua pengunjung membawa sampah mereka ke suatu titik di lapangan di mana aneka jenis sampah langsung dipisahkan. Ada banyak staf yang akan membantu di sana untuk mengklasifikasikan sampah.
Di dekat Banpo Bridge ini, ada yang namanya Some Sevit, sebuah kompleks yang terdiri dari 3 pulau buatan manusia yang terapung (Floating Islands). Kompleks ini diciptakan dengan tema : “Flowers of the Hangang River”. Ada tempat BBC News, beberapa tempat makan, tempat conference dan lain2. Ada juga wisata sepeda air yang berlampu, jadi kelihatan bagus saat malam hari. Kami senang sekali bisa berbaur dengan keramaian warga lokal di malam Minggu ini.
Bersambung ke part 2 – Seoul