Day 3 (Gwanghwamun, Gyeongbokgung)
Tempat pertama yang kami tuju adalah Gwanghwamun Square yang terkenal itu. Lokasinya tepat di depan Gyeongbokgung (Istana Gyeongbok). Keluar station Gwanghwamun line 5 exit 2, terdekat, kami langsung berhadapan dengan dua patung raksasa, yaitu Admiral Yi Sunshin dan King Sejong, dua tokoh yang paling dihormati dalam sejarah Korea.
Di area tersebut sedang ada exhibition untuk memperingati korban meninggal akibat tragedi tenggelamnya ferry Sewol tahun 2014 yang beritanya mendunia. Ada juga booth penyewaan hanbok, panggung acara, dan bazaar orang lokal dengan booth2 penjualan makanan dan barang. Ramai sekali.
Karena hari ini hari Minggu, setelah dari Gwanghwamun Square, kami mau beribadah di Saemoonan Presbyterian Church yang memiliki kebaktian dalam bahasa Inggris dan lokasinya di pusat kota. Di samping gereja ini ada kedutaan besar Oman yang bangunannya sangat unik.
Ternyata untuk kebaktian Inggris diadakan bukan di gerejanya tapi di gedung lain yang jaraknya 5 menit dari gedung gereja. Jumlah yang ikut kebaktian hanya sekitar 30 orang, sudah termasuk paduan suara dan petugas kebaktian. Bulenya hanya 1 orang, ada 4 turis termasuk kami, dan sisanya orang Korea. Berbeda seperti waktu kami kebaktian di Tokyo yang jemaatnya berasal dari mancanegara dan pengunjungnya banyak. Bisa baca di Japan trip 2014.
Di dekat gereja ada taman yang sempat kami singgahi iseng-iseng. Menarik juga, ada alat-alat olahraga yang bisa dipakai bebas. Mirip yang ada di Bondi beach pas kami menyusur tebingnya. Bisa baca di Sydney trip.
Selesai ibadah, kami menuju Gyeongbokgung, istana pertama dan terbesar dari dinasti Joseon yang paling terkenal dalam sejarah Korea. Pas kami datang jam 13.00 sedang ada acara Gate Guard Duty Performance. Dilakukan pk.11.00 dan 13.00 tiap hari, di luar gerbang Gwanghwamun. Ini gerbang utama dari arah Gwanghwamun square menuju Gyeongbokgung. Jadi bisa dilihat secara gratis oleh siapa saja yang melintas. Mirip acara pertukaran jaga saat kami ke istana di Oslo dan Stockholm.
Selain itu ada juga Changing of the Palace Guard Ceremony, jam 10.00 dan 14.00. Yang ini diadakan di bagian dalam Gwanghwamun Gate. Kami ga sempat lihat yang ini. Tiket masuk Gyeongbokgung KRW.3000 per orang. Ternyata ada free guided English tour jam 13.30 dengan durasi sekitar 1 jam. Pas deh, langsung nongkrong di depan tanda berkumpulnya.
Tour Guide nya perempuan menggunakan hanbok. Inggrisnya cukup bagus, dia menjelaskan fungsi dan sejarah dari tiap bangunan yang ada di kompleks istana ini. Group kami terdiri dari berbagai bangsa, terlihat ada yang kulit putih dan kulit hitam, ada juga yang Asia.
Di istana ini terdapat banyak sekali orang yang menggunakan pakaian tradisional Korea. Kenapa ? Karena dengan itu mereka bisa gratis masuk ke istana. Asyik yah. Di halaman belakang istana, kami melihat satu pohon yang daunnya berwarna merah, cantik sekali. Kontras dengan pohon lain yang berwarna hijau-kuning.
Di luar belakang istana, ada jalan menuju ke Cheong Wa Dae Sarangchae atau Blue House yang merupakan kediaman presiden Korea Selatan. Seharusnya ada free guided tour untuk jalan2 di dalamnya. Bisa reserve melalui website. Namun entah mengapa belakangan ini website tersebut tidak membuka reservasi. Kami hanya bisa memotret Blue House dari seberang jalan yang sudah dibatasi barikade polisi. Ada banyak polisi berpakaian dinas dan preman yang mengawasi tingkah laku para wisatawan.
Keluar dari Gyeongbokgung, ternyata di sampingnya terdapat National Museum of Korean Contemporary History. Tiket masuknya gratis, wah boleh juga nih. Kami pun masuk. Ada free guided tour jam 14.00 tapi hanya hari Selasa-Kamis. Isinya tentang sejarah Korea modern dimulai dari abad ke 19. Bagus loh menurut kami, banyak display benda-benda kerajaan, juga ada display mobil yang digunakan raja Korea jaman dulu.
Untuk belanja souvenir, kami mendapatkan rekomendasi untuk belanja di toko Arirang karena harganya relatif murah. Lokasinya di lantai 6 gedung Migliore, sebelah Doota Mall, di area Dongdaemun. Kedua gedung ini lokasinya berseberangan dengan Dongdaemun Design Plaza yang memiliki arsitektur unik. Kami naik subway dan turun di Dongdaemun History and Culture Park Station.
Benar saja, segala produk souvenir ada, dari pernak-pernik, kaos, kosmetik, lengkap dah. Ada pegawai yang merupakan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Seoul. Di sini ga usah pake tawar menawar. Sudah ada label harganya semua, dan otomatis pegawai nya akan bilang harga diskon nya. Misal tertulis KRW.8000 maka jadinya KRW.6000. Begitu. Untuk pembayaran harus pakai cash dan tanpa bon (tidak bisa buat tax refund). Kalo bayar pakai kartu kredit, berlaku harga normal. Sekedar info, gedung Migliore setiap Senin libur.
Di area Dongdaemun Design Plaza ini sedang ada Euljiro Light Way 2017. Jadi ada display lampu berbentuk bunga yang jumlahnya ratusan dan dibentuk bergelombang seperti aliran sungai berliku. Kereeen banget pas malam hari ! Jalan2 di sini juga menyenangkan karena banyak yang bisa dilihat, ada taman, display art, dsb.
Untuk makan malam, kami mau mencoba kedai lokal yang direkomendasikan oleh pemilik hostel. Letaknya dekat dari hostel dan buka 24 jam. Ibu pemilik resto tidak bisa berbahasa Inggris, tapi sangat ramah. Ada buku menu bahasa Inggris untuk membantu kami memesan makanan. Kami pesan dolsot bibimbap serta rice with pork.
Harga masing2 menu KRW 5.500. Untuk air minum, bisa ambil sendiri gelasnya di dalam lemari steril lalu airnya nya dari dispenser. Berbagai side dish juga bisa diambil sendiri. Ada kimchi pastinya (dan kami ga doyan), lalu ada myulchi bokkeum (stir fried dried anchovies) – enak nih dan ada macam2 jenis lain.
Porsi makanan utama buat kami besar banget. Tak lama, pengunjung pria sebelah kami (yang pastinya tau kami bukan orang lokal) membawakan kami satu mangkok kecil berisi kuah berwarna coklat. Kami bingung kirain itu teh. Pria itu pake bahasa isyarat menyuru kami memakan nya. Oke deh, nurut aja. Oalaaah… ternyata itu adalah kuah kaldu, enak banget dan kami bisa ambil sendiri di deretan side dish ! Karena awalnya kami pikir itu dispenser teh, jadinya tadi ga ambil. Ternyata itu dispenser buat kuah. Terima kasih pak..
Eh, habis itu si ibu pemilik memberikan kami side dish yeongeun jorim (sweet soy glazed or candied lotus root) buatannya yang baru saja selesai dimasak. Wah, Diana doyan ini. Di Jakarya ga ada. Mantap deh makan di sini, puas, harganya cukup murah dan makanannya enak ! Oya, di resto Korea tidak disediakan garpu, jadi hanya ada sendok dan sumpit. Ternyata memang orang Korea kalo makan begitu, beda dengan kita yang pakai sendok garpu.
Day 4 (Ewha Woman University, Bukchon Hanok Village, City Wall)
Hari ini agak santai, jadilah kami pergi ke EWHA WOMANS UNIVERSITY. Bukan tujuan utama, tapi iseng aja sih.. pengen tau seperti apa. Berdiri sejak tahun 1886. Ga ada mahasiswa di sini, adanya mahasiswi alias wanita semua. Merupakan kampus wanita terbesar di dunia dan salah satu yang terbaik di Korea Selatan. Ga heran waktu turun dari train hingga jalan kaki menuju kampusnya, hampir semuanya wanita. Pria jadi kaum minoritas.
Area kampusnya luas dengan landscape yang cantik. Ternyata ada museum nya juga loh di sini dan gratis. Museum ini sudah ada sejak tahun 1935 dan menjadi bagian dalam pelestarian budaya Korea. Koleksinya sangat lengkap dan bagus penataannya. Sepi sekali di museum ini, sepertinya hanya kami berdua pengunjungnya.
Selanjutnya, kami menuju Bukchon Hanok Village. Area ini sebenarnya merupakan perumahan penduduk lokal biasa yang masih dihuni hingga sekarang. Namun rumah2 di sini memiliki gaya arsitektur Korea kuno yang sering ada di film-film tuh, sehingga menarik bagi para turis. Banyak sekali tanda yang mengingatkan para turis tidak berisik di area ini.
Area Bukchon Hanok Village ini cukup luas dan jalannya menanjak. Perlu kesiapan fisik yang cukup untuk menjelajahinya. Silakan ambil Tourist Map of Bukchon di Information Centre. Ada 8 viewpoints yang terkenal di Bukchon, tapi berkungjung ke beberapa titik saja sudah cukup menggambarkan lah. Kami sempat bertemu dengan beberapa orang dari Tourist Information yang standby di area Bukchon. Berpakaian dan bertopi warna merah. Bahasa Inggrisnya bagus (ada yang bisa bahasa mandarin juga) dan sangat jelas dalam memberikan petunjuk arah. Rupanya banyak turis bingung dan nyasar yah di sini.
Seoul juga memiliki peninggalan City Wall yang tersebar di beberapa titik. Kalo city wall yang di Xian China masih utuh melingkar. Kami memilih Dongdaemun Gate, salah satu gate Seoul City Wall yang masih ada. Lokasinya keluar Dongdaemun Station gate 6 atau 7. Di seberangnya, ada bagian city wall yang temboknya tampak sudah direnovasi dengan batu bata yang baru dan meninggalkan sedikit contoh batu bata aslinya. Kami sebenarnya mau mampir ke museum Seoul City Wall ,tapi karena ini hari Senin, maka museumnya tutup.
Dekat Dongdaemun station, ada Dongdaemun Stationary and Toys Store. Lokasinya di Changsin-dong, exit 4 dari Dongdaemun Station. Mirip2 pasar Asemka kalo di Jakarta. Kanan kiri banyak toko mainan dan stationary yang lucu2. Di atas jalanan, ada rangkaian bendera dari berbagai negara. Katanya sih harga barang di sini lumayan miring. Banyak barang made in China juga.
Di tengah2 area ini, ada satu toko mainan besar yang cukup mencolok dengan patung beruang dan gorila serta tulisan LEGO. Wah favorit Jeff nih. Begitu masuk, beda banget dengan yang di Kopenhagen Denmark. Ini mah toko mainan biasa. Memang mainan LEGO nya asli, namun jumlahnya hanya sedikit. Lebih banyak mainan lain, termasuk tiruan LEGO, baik buatan Korea maupun China. Campur2 mainannya.
Di jalan, kami beli snack lokal. Kue kecil berbentuk ikan dengan isi kacang merah. Harganya KRW 1.000 dan dapat 4 pcs. Namanya Bungeoppang (di gerobaknya sih pakai aksara Korea semua). Jeff suka sekali, enak apalagi baru matang, masih hangat.
Day 5 (Bus ke Sockho dan Mt. Seorak)
Hari ini kami akan pindah kota menuju Seoraksan atau Gunung Seorak. Untuk ke Mt. Soerak, kami hanya akan membawa 2 ransel. Jadi koper kami perlu dititipkan di Seoul Station. Satu2nya tempat penitipan koper untuk jangka waktu berhari-hari. Kami akan titip selama 5 hari, dari Seorak kami akan terus lanjut ke daerah Cheongpyeong dan stay di sana 2 malam baru kembali lagi ke Seoul. Di Seoul Station ada kios TRAVEL CENTER. Salah satu layanannya adalah Baggage Storage.
Seoul station adalah station subway terbesar di Seoul. Karena banyak sekali turis berkoper yang melewati station ini, maka disediakan ban berjalan di samping tangga. Sangat membantu, jadi saat mau naik tangga, koper ditaro di ban berjalan. Kita selesai naik/turun tangga, tinggal menunggu kopernya sampai. Ga perlu repot angkat koper deh.
Untuk penitipan koper, harga berdasarkan ukuran (berapa inch) dan berapa lama dititipkan. Ada harga per jam dan harga per hari. Waktu kami datang, hanya ada 1 staf wanita di situ. Tampaknya dia kurang paham dengan ukuran koper dan bilang koper kami ukuran XL (lebih dari 28 inches). Padahal kami sudah lihat label koper kami waktu sebelum berangkat, adalah ukuran L (24 inches). Akhirnya dia bisa terima. Jadi pastikan ukuran koper kita, jangan sampai bayar kemahalan gara-gara salah memperkirakan ukuran koper. Untuk info lengkap silakan klik http://safex.kr
Setelah titip koper, kami pun menuju Dong Seoul Terminal. Itu terminal bus untuk menuju kota-kota di luar Seoul. Terletak persis di seberang Gangbyeon subway Station exit 4. Terminalnya penuh dengan bis yang terparkir dengan sangat rapi. Kami masuk gedung terminal, untuk membeli tiket bis ke Sokcho Intercity Terminal. Loketnya ada di lantai 1 dan hanya bisa menggunakan uang cash atau credit card Korea. Harga tiketnya KRW 13.300 per orang. Di tiket tercantum tanggal keberangkatan, jam, nomor tempat duduk dan nomor platfom tempat bis akan berangkat.
Kami dapat yang jam 11, padahal saat ini baru pukul 9 lebih. Wah cukup lama menunggu. Untung ada toko daiso di terminal ini yang sangat besar dan lengkap. Jadi asyik deh lihat2. Ada juga lounge militer di lantai atas terminal ini. Jadi banyak wamil yang jalan2 di area terminal ini.
Perhatikan bahwa di Sokcho ada 2 terminal bis : Intercity Bus Terminal dan Express Bus Terminal. Yang express terminal terletak di dekat pantai dan lebih dekat ke Seoraksan. Jika tujuan adalah Sokcho Intercity terminal maka beli tiket bus yang di lantai 1. Jika tujuan adalah Sokcho Express Bus Terminal maka beli tiket bus yang di lantai 2. Harga untuk bus Express adalah KRW.16.700 Kedua jenis bus ini hanya berbeda lokasi terminal busnya saja. Jarak tempuhnya sama dan tujuannya sama2 Sokcho.
Mesin bis dan pintu bis kami ke Sokcho baru disiapkan dan dibuka 5 menit sebelum jam 11. Ransel kami masukkan ke bagasi bus. Karcis penumpang disobek petugas di pintu bis dan bis langsung tancap gas jam 11 kurang sedikit karena penumpang sudah masuk semua. Sangat cepat prosesnya.
Perjalanan ke Sokcho 2 jam 20 menit, tepat. Perjalanan lancar dan tidak membosankan. Pemandangan alam saat musim gugur di kanan kiri bis sangat luar biasa. Kombinasi bukit, lembah, sungai dengan pepohonan warna warni… ah, menakjubkan !! Sayang ketika dipotret tidak sebagus apa yang dilihat mata. Bis juga melewati banyak sekali terowongan yang membelah bukit. Ada beberapa terowongan yang lampunya kayak lampu pelangi warna warni berderet. Di tengah perjalanan, bis sempat berhenti sekitar 10 menit di rest area agar penumpang bisa ke toilet atau sekedar meluruskan kaki.
Bersambung ke part 3-Mt.Seorak, Sokcho
Kisah sebelumnya di Part 1-Seoul
halo, thankyou reviewnya sangat membantu!
aku mau tanya mengenai bus ke sokcho. Kalau yg lebih dekat ke soeraksan menggunakan express terminal kenapa kalian beli yang tujuan intercity? aku sedikit bingung. terima kasih!
Intercity dan Express itu adalah jenis bus ya, bukan tujuan. Pertimbangan kami :
1. Bus intercity lebih murah daripada bus Express
2. Hotel di Sokcho tempat kami menginap (setelah dari Seoraksan) lebih dekat dengan terminal bus intercity. Lalu kami dari Sokcho (setelah dari Seoraksan) melanjutkan perjalanan juga menggunakan bus dari intercity terminal. Jadi dari awal memang pilih intercity supaya sudah familiar dengan lokasi terminal bus nya di Sokcho.