Day 2
Rencananya pagi ini kami mau breakfast di hotel karena sudah termasuk harga yang kami bayarkan. Kami turun jam 06.30. Sampai di restoran, sudah penuh sekali dengan orang antri sampai makanannya tidak terlihat. Ternyata ada rombongan yang mau check out dan makan pagi dulu. Jumlahnya sekitar 100 orang memadati ruang makan kapasitas 50 orang. Kebayang kan kacaunya ?!
Akhirnya kami memutuskan untuk sarapan di luar hotel saja. Nanti jika pulang sebelum jam 10.00, kami masih bisa breakfast di hotel. Sarapan bubur ayam saja yuuuk, di daerah Simpang Lima. Katanya cukup terkenal dengan para pedagang buburnya di pagi hari. Pesan grab, eh ternyata drivernya punya langgangan bubur di Simpang Lima yang katanya enak. Ya udah, kami ikutan minta ditunjukkan saja. Soalnya yg jualan bubur kan banyak tuh di Jalan Erlangga, dekat kampus Undip.
Namanya bubur ayam Parahyangan. Bentuknya warung tenda sederhana, tapi cukup besar dan pembelinya tidak berhenti2. Baik yang makan di tempat, dibawa pulang, maupun driver go food yang ambil pesanan. Wuiih.. hebat. Menu utama pastinya bubur ayam, trus bisa ditambah telur coklat, jeroan, ati, ampela atau yang lainnya. Harga berkisar antara Rp. 12.500 hingga Rp. 14.500. Teh di sini gratis. Rasa buburnya beneran enak banget ! Kalo ga inget bahwa nanti masih mau sarapan di hotel, pasti kami sudah nambah.
Kenyang makan bubur, kami naik grab lagi ke daerah kota lama. Mau melihat gereja blenduk, yg atapnya menyerupai kubah. Gereja ini masih dipakai hingga sekarang untuk beribadah, namanya GPIB Immanuel. Di sampingnya ada taman Srigunting. Tamannya tidak luas, tapi rapi dan bersih. Ada beberapa sepeda hias di sudut2 taman yang bisa digunakan untuk objek foto. Di samping masing2 sepeda tersebut ada kotak tempat orang bisa memberikan uang sukarela jika sudah menggunakan sepeda tsb untuk berfoto.
Di area ini ada Pasar Seni Padangrani (paguyuban pedagang barang seni). Cuma masih tutup karena masih pagi, gedung Spiegel, gedung Jiwasraya dengan arsitektur Belanda yang kental, restoran ikan bakar Cianjur yang menempati gedung tua yang dijadikan cagar budaya, gedung bank Mandiri, dll yang semuanya berupa gedung tua peninggalan jaman Belanda. Ada juga gedung untuk wahana baru seperti 3D trick art, dsb.
Saat menunggu grab buat kembali ke hotel, kami menemukan tugu SEMARANG NOL KILOMETER. Lokasinya ada yang di tengah2 jalur hijau, ada yang di depan kantor BPPD daerah. Lurusan dari Kota lama ke arah Jl.Pemuda. Sebelum Kantor Pos.
Jam 8.30 pagi kami sudah tiba di hotel kembali. Cepat ya. Situasi restoran sudah sepi. Jadilah kami sarapan lagi untuk yg kedua kalinya. Oke, sekarang lanjut jalan2 lagi nih. Tujuannya beli Lumpia Gg.Lombok. Ternyata sudah jauh2 ke Gg.Lombok, eeh.. toko lumpia nya tutup. Kata toko sebelahnya, baru buka Senin. Rupanya karena long weekend ini liburan Imlek. Belum rejeki berarti mencicipi lumpia yang terkenal ini. Kami akhirnya jalan2 ke kelenteng Tay Kak Sie yang terletak di sebelahnya. Kelentengnya cukup besar dan ada pujaseranya.
Lokasi gang Lombok ini ada di Pecinan, di jalan kecil sebelum jalan Gang Warung tempat Semawis semalam diselenggarakan. Kalo siang ternyata jalanan ini sepi, beda banget suasana nya dengan malam hari pas weekend. Dari situ kami jalan kaki menyusuri kali kecil seberang depan gang Lombok dan akhirnya tiba di penampungan pedagang pasar Johar yang terbakar waktu lalu.
Diteruskan lagi dan tembus ke daerah kota lama yang kami singgahi tadi pagi. Diteruskan lagi jalan kaki ke Jl.Pemuda dan masuk ke lumpia Mba Lien yang kemarin kami makan. Ceritanya buat dibungkus bawa pulang ke Jakarta. Dari situ baru pesan grab untuk pulang ke hotel. Lumayan nih, jalan pagi yang cukup jauh keliling2 kota Semarang.
Jam 10, kami janjian ketemu dengan Lia dan Erina. Karena Lia belum sarapan, jadilah mampir Pecel Bu Sumo yang katanya terkenal di Semarang. Kami pergi ke yang cabang Jl. Kyai Saleh no 8. Berbentuk warung pada umumnya dan bisa makan di sana. Ikutan coba juga aaah, karena pedas jadi hanya Jeff yang bisa makan. Seperti biasa, ada beberapa sayuran dan bumbu pecel yang ditaro dalam wadah besar. Yang menarik, ada tambahan lauk seperti telur, mie goreng dan nasi tentunya jika mau kenyang.
Di meja juga ada beberapa makanan ringan lainnya seperti baso goreng, tempe, tahu, cilok, dsb. Silakan diambil dan dimakan terlebih dahulu, baru nanti bilang ke kasirnya. Harga pecel tanpa nasi dan lauk hanya Rp. 7.000 per porsi. Murah luar biasa.
Setelah kenyang, perjalanan lanjut ke Kampoeng Kopi Banaran (www.kampoengkopibanaran.co.id) Wisata agro ini, dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara IX, letaknya di areal perkebuanan kopi kebun Getas Afdeling Assinan, Jl. Raya Semarang Solo km 35. Bisa diakses lewat jalan biasa melalui Ungaran maupun tol Semarang Solo. Perginya kami melalui jalan tol Semarang Solo, dan keluar di pintu Bawen. Dari pintu tol kurang dari 1 km. Saat kami datang, sudah ramai pengunjung, bahkan ada beberapa bis wisata di sini.
Di sini fasilitasnya ternyata lengkap sekali. Ada Restoran, toko souvenir menjual kopi, out bound buat anak2, arena bermain, dll. Pertama2, kami mau menjelajah perkebunan kopi. Mungkin mirip kayak wisata kebun teh di Gunung Mas Puncak, Bogor. Nah kalo ini kebun kopi. Untuk masuk area perkebunan kopi, kami harus bayar tiket masuk Rp.5.000 per orang. Selain mendapatkan tiket masuk, kami juga diberikan gelang kertas bentuk stiker. Kata penjaganya, dengan gelang ini bisa keluar masuk gratis pada hari yang sama.
Asyik, kami belum pernah liat tanaman kopi secara langsung. Ada 2 cara menjelajah. Pertama naik mobil wisata dan berbayar. Cara kedua jalan kaki. Jaraknya ga sampai 5 km, dan ada jalur yang menanjak. Kami pilih jalan kaki dan cara ini rupanya tidak popular karena tidak ada orang lain yang memilih cara ini saat kami datang.
Kami jalan kaki berlawanan arah dengan mobil wisata. Jadi sering berpapasan dengan pengunjung yang naik mobil dan menyemangati kami yang memilih jalan kaki. Pertama, kami melihat tanaman coklat/kakao untuk bahan baku coklat. Warnanya sudah coklat matang. Keren. Lanjut lagi lihat area tanaman kopi, namun buahnya masih hijau. Belum siap panen.
Ternyata perjalanannya cukup nyaman dan tidak terlalu sulit. Awalnya ada jalur mendaki. Tiba di puncak bukit, kami bisa melihat Rawa Pening, sebuah danau alam yang ada di kabupaten Semarang. Rawa itu artinya danau, bukan rawa-rawa ya. Pemandangannya bagus dengan background pegunungan. Di puncak ini, kami banyak bertemu dengan mobil wisata yang berhenti sejenak dan memperbolehkan para penumpangnya berfoto dengan background Rawa Pening.
Nah setelah dari puncak tertinggi baru deh perjalanan pulang dengan menuruni bukit. Tidak sampai 1 jam, kami sudah tiba kembali di titik kami naik. Sudah lelah, sekarang waktunya makan siang. Banyak rupa2 makanan khas daerah yang menarik di sini. Kami pesan bandeng asam manis, mie goreng Jawa, dan juga beberapa snack. Bandeng asam manis nya enak, durinya sudah tidak ada. Di Jakarta, kami hanya mengenal Gurame atau Kakap asam manis, tidak pernah Bandeng. Untuk minuman, yang pasti ada beberapa jenis kopi dan minuman tradisional seperti beras kencur. Setelah makan, kami mampir ke toko souvenir untuk membeli kopi hasil perkebunan Banaran.
Pulang ke Semarang, kami memilih jalan biasa, melalui Ungaran. Dalam perjalanan menuju Ungaran, kami mampir di Hortimart Agro Center, salah wisata agro yang lain. Konsepnya mirip dengan Taman Buah Mekarsari di Cibubur. Ada mobil wisata yang akan membawa kita keliling perkebunan (berbayar). Kami memilih belanja di tokonya saja yaitu Agro Mart. Di sini jual berbagai jenis sayur dan buah hasil panen perkebunan di sana termasuk berbagai macam hasil olahannya. Perjalanan menuju Semarang melalui Ungaran ternyata cukup lancar.
Sampai di Semarang kembali, kami mampir ke restoran lumpia Delight yang ternyata sama saja dengan Lumpia cik Me Me. Salah satu gerai lumpia yg terkenal di Semarang, selain gang Lombok dan Mba Lien. Letaknya di jalan Gajahmada 107. Tempatnya luas dan ada 2 lantai. Selain bisa makan lumpia, ada banyak sekali jenis oleh2 yang dijual. Kami membeli bakso bandeng dan memesan lumpia untuk dibawa pulang. Ternyata bisa bayar dulu, sementara lumpianya besok diambil di gerai mereka di airport. Wah praktis juga. Kalo langsung beli di airport, hanya tersedia lumpia goreng saja. Karena kami mau lumpia basah, maka harus pesan. Oya, ada yang menuliskan lunpia, loenpia, lumpia, sama saja ya.
Restoran lumpia cik Me Me ini menarik karena banyak sekali foto artis dan pejabat yang pernah makan di sini. Ada juga sejarah dan silsilah dari generasi pertama hingga generasi sekarang yang tetap menjaga kelestarian makanan lumpir ini tetap ada. Selain itu, sedang diselenggarakan undian berhadiah moge. Wah keren juga restoran yang satu ini, promosinya hebat.
Selesai makan lumpia, kami bergegas menuju ke jalan Kemuning no 30 untuk membeli pia Kemuning yang terkenal itu. Ternyata lokasinya di rumahan seorang dokter gigi yang masih aktif praktek. Hati-hati, pia di sini mengandung babi alias non-halal. Kemasannya ada yang dari ¼ kg dan ½ kg. Ada varian isi aren, coklat, nanas, kacang hijau, babi, keju, dan durian. Kalo ga mau repot ke sini, di tempat oleh2 Bandeng Pandanaran juga dijual kok pia ini, cuma harganya lebih mahal aja. Kami diantar kembali ke hotel, karena Lia dan Erina mau lanjut ke tempat lain. Thank you so much guys, betul2 menyenangkan bisa jalan2 bersama kalian. Seru banget.
Setelah istirahat sebentar, kami ke Zangrandi yang letaknya di jalan Ade Irma Suryani. Jalan kaki hanya 400 meter dari hotel kami. Ya, es krim Zangrandi yang terkenal di Surabaya itu. Ini cabang di Semarang. Karena belum pernah coba pas ke Surabaya, kami coba sekarang saja pas di Semarang.
Kami pesan tahu kemul, yaitu tahu goreng tepung rasa mendoan. Enak juga. Harga per porsi Rp. 16.000 isi 20 tahu. Lalu pesan es krim The Love Deal, enam scoop es krim berbagai rasa dan warna yang ditempatkan dalam mangkok yang berbentuk hati. Rasanya : lychee, chocolate, mocha, raspberry, strawberry, dan coconut. Harganya Rp. 66.000. Rasa es krim nya enak dan lembut, otentik deh. Suka banget.
Sebagai penutup, malam ini kami menuju Paragon City Mall. Salah satu mall besar dan baru di Semarang, terletak di Jalan Pemuda, yang bisa ditempuh jalan kaki dari hotel. Lokasinya jadi satu dengan Crowne Plaza hotel Semarang. Isinya sama saja seperti mall di Jakarta. Mall sangat penuh orang dan acara. Hampir semua tempat makan penuh.
Di lantai paling atas ada food court Eat and Eat, seperti yang ada di Jakarta. Kartu Eat and Eat edisi Jakarta ternyata bisa digunakan di sini. Kami akhirnya makan lontong Cap Gomeh Istana Wedang (sejak tahun 1979) dan bebek sangan di Bebek Rempah khas Semarang. Menariknya menu bebek sangan diolah tanpa menggunakan minyak goreng. Dua2nya enak. Malam ini ditutup dengan perut yang sangat kenyang.
Day 3
Setelah sarapan di hotel, kami beribadah di GKI Beringin yang jaraknya 100 meter dari hotel. Rupanya ini gereja yang besar di Semarang, jemaatnya banyak sekali.
Agenda kami di Semarang sebenarnya sudah beres. Kami check-out dan titip lumpia di kulkas hotel dekat resepsionis. Tinggal bertemu dengan kerabat Jeff yang memang tinggal di Semarang. Kami dijemput di hotel dan diajak makan soto Kudus di Ventura Taman Kuliner.
Di taman kuliner ini sebenarnya banyak pilihan makanan, namun yang tempatnya paling besar dan laku adalah Soto Ayam khas Kudus Mbak Lin. Tentu saja menu utamanya soto Kudus. Sotonya sudah disajikan bersama nasi dalam mangkok. Ada mangkok setengah porsi dan mangkok satu porsi. Tapi kami rasa bedanya tidak terlalu banyak. Seperti di tempat2 makan sebelumnya, di meja ada menu tambahan lainnya seperti tempe, perkedel, paru goreng, sate ayam, otak goreng, pastel ayam (seperti sosis solo), sate telor, sate kerang dll. Nanti jangan lupa dihitung berapa yang dimakan dan disampaikan di kasir.
Setelah itu, kami ngobrol di rumah mereka, daerah Candi, Semarang Atas. Daerahnya lebih tinggi dari pusat kota Semarang, sejuk, bisa lihat pemandangan kota. Mirip suasana Puncak, Bogor. Kembali ke hotel, ambil koper plus lumpia dan kemudian berangkat ke airport menggunakan grab. Selain tarif grab, kami juga harus membayar tambahan uang Rp. 6.000 untuk masuk ke halaman parkir bandara. Setelah turun, kami bergegas ke gerai lumpia Cik Meme untuk mengambil pesanan. Selain pesanan kami, ada juga pesanan orang lain.
Sudah semangat mau makan lumpia bersama orangtuanya Diana di Jakarta, eeeh.. pesawat kami delay 2,5 jam. Kacau nih Lion Air. Akhirnya baru tiba larut malam sementara besok masih harus kembali kerja.
Epilog
Di Semarang kemana-mana dekat bagi kami orang Jakarta. Tapi menurut Lia, orang Yogya yang datang ke Semarang mengeluh kemana2 jauh. Jadi jauh-dekat memang relatif ya. Hotel Ibis Budget tempat kami menginap menurut kami sangat strategis. Kami bisa jalan kaki ke Zangrandi, Mal Paragon, Toko Oen, Lumpia mba Lien, bahkan sampai kota tua juga bisa. Mau jalan kaki ke Lawang Sewu dan Pandanaran pun bisa. Jaraknya hanya 1-2 km kok. Jika agak jauh, naik grab saja dengan argo sekitar 9-15 ribu. Taxi dan becak hanya mangkal di tempat tertentu, uber ada tapi masih jarang, sedangkan gojek/gocar banyak tapi kami memang ga pakai.
Karena tempat wisatanya sedikit dan berdekatan, maka 1-2 hari sudah cukup untuk menjelajah Semarang. Jika punya waktu lebih, bisa main ke luar kota Semarang seperti kami ke perkebunan Kopi Banaran. Kuliner lumayan banyak, tapi perlu perhatikan waktunya. Ada yang hanya buka pagi hari, ada yang hanya malam hari, ada yang hanya weekend.
Kamis sih puas memanfaatkan waktu liburan weekend kali ini di Semarang. Tentunya dengan bantuan Lia, kenalan dari CS yang bersedia mengantar kami ke berbagai tempat dan menjadi tour guide lokal, hehe.. Jadilah selain mengenal tempat2 baru, kami juga punya teman baru Lia dan Erina. Till we meet again !
Kisah sebelumnya di trip Semarang (part-1)
Keren 😎
Asyik jalan2. Makasih yah jadi ada info tentang Semarang nih. Btw cara pasang iklan di blog gimana mba?
Sip.. email saja ke pasangantravel@gmail.com