Surabaya : 22-24 November 2015

Prolog

Hotel Zest

Hotel Zest

Kami ke Surabaya karena Jeff ada training di kantor pusat perusahaan yang lokasinya di Surabaya. Pas sesudah dari acara gathering karyawan perusahaan di Bali (bisa baca di Bali trip), kami langsung ke Surabaya. Walau yang bertugas adalah Jeff, tapi Diana ngikut juga ke Surabaya. Lumayan lah sekalian, tinggal nambah biaya tiket buat Diana aja.

Ini pertama kalinya Jeff ke Surabaya. Buat Diana, ini kedua kalinya, setelah yang pertama kalinya dulu dalam rangka kerjaan juga. Karena lokasi kantor Jeff yang ada di kawasan industri Brebek-Sidoarjo, maka kami diinapkan di hotel Zest area Jemursari. Hotel Zest adalah budget hotelnya Swiss Belhotel. Jadi penampakannya minimalis seperti waktu kami menginap di Hotel Amaris (bisa baca di Cirebon trip). Jika sekedar untuk tidur, breakfast, dan kerja, hotel ini sangat oke.

Day 1

Sebelumnya, kami sudah diinformasikan oleh teman Jeff di Surabaya, bahwa di sana, jam 5 pagi itu sudah terang. Benar saja. Jeff terbangun jam 5 pagi dan ternyata langit di luar sudah terang. Berbeda dengan di Jakarta yang masih gelap. Jadi Surabaya itu mataharinya mirip di Bali tapi hitungan waktu ngikut Indonesia Barat, jadi gini deh.

Breakfast di hotel ini cukup sederhana tapi rasanya enak dan variasinya pas menurut kami. Ada roti, cereal, susu, bubur, nasi dengan 4 macam lauk, dan buah. Minuman standard teh, kopi, air putih dan 1 macam minuman rasa. Ga berlebihan tapi cukup memuaskan.

Hari ini, Jeff akan training di kantor pusat daerah industri Berbek, Sidoarjo.  Walaupun namanya daerah Sidoarjo, tapi dari Jemursari ke kantor tidak sampai 15 menit. Ternyata area ini adalah perbatasan Surabaya dengan Sidoarjo. Hanya dibatasi oleh sungai.

Nah, selama Jeff di kantor, Diana juga kerja di hotel. Pagi ini ada beberapa kerjaan yang mesti diselesaikan melalui jaringan internet. Untungnya hotel ini hotel bisnis, jadi wifi di kamar kencang. Lancar deh urusan kerjaan.

Sate kelopo yang legendaris

Sate klopo yang legendaris

Siang ini Diana janjian ketemu dengan Mr.Maynard, kenalan dari komunitas Liburan Murah. Kebetulan rumahnya ga jauh dari Jemursari. Siang hari, Mr.Maynard dan istrinya Mrs. Desy menjemput di hotel. Kita makan siang dulu aaah. Diana diajak makan sate klopo (bahasa Jawa dari kelapa). Sate apa tuh ? Sate sapi yang dibalur dengan parutan kelapa dan kemudian dibakar. Trus dimakannya nanti sama nasi atau lontong, dengan taburan serundeng yang gurih. Rasanya enaaaak banget ! Kedai sate ini ternyata sangat terkenal di Surabaya, namanya Sate Klopo Ondomohen Ibu Asih. Harganya 22 ribu per porsi (10 tusuk).

Sudah kenyang, mampir dulu pe pasar Genteng untuk beli oleh2. Hari pertama udah beli oleh2 ya ?! Ga papa lah, mumpung ada yang mau nganter dan ngasih tau tempatnya, hehe.. Banyak banget toko oleh2 di sini dan di dalam toko pun jenis oleh2nya buanyaaaak banget. Sampe bingung mau beli apa dan akhirnya malah beli satu kardus isi macem2, hihi..

Habis itu Diana diajak muter2 di pusat kota Surabaya, sambil Mr.Maynard dan Mrs.Desy cerita tentang landmark apa saja yang kami lewati itu. Asik ya, kaya city tour. Setelah itu Diana pun diantar kembali ke hotel. Terima kasih ya Mr.Maynard & Mrs. Desy atas waktu dan kebaikan hatinya mengantar Diana jalan2 menikmati Surabaya. Sayang mereka belum bisa ketemu Jeff kali ini karena sorenya sudah ada urusan lain.

Food Festival Pakuwon City

Food Festival Pakuwon City

Sore harinya setelah pulang kerja, bersama Mr. Santoso teman kerja Jeff di Surabaya, kami diajak pergi untuk mencari makan malam di luar. Kami ditanya, mau makan di mall Galaxy yang letaknya paling dekat dengan daerah Jemursari atau mau cari makanan khas Surabaya. Wah, kami pikir2 kalo ke mall lagi sih sama dengan di Jakarta. Kami kan paling senang kalo bisa mencicipi makanan khas lokal. Akhirnya kami pilih ke Food Festival, yang letaknya di Pakuwon City.

Dalam perjalanan ke sana selama 30 menit lebih, kami menikmati kemacetan khas Surabaya. Mirip Jakarta. Tapi di Surabaya, kami bisa melihat dan menikmati taman2 kota dan jalur hijau yang tertata sangat rapi dan bersih.  Tiba di Food Festival, kami menjumpai area yang luas dengan hiasan lampu2 yang semarak. Ada area food court dengan atap maupun area terbuka yang beratapkan langit. Ada juga arena permainan anak.

Icip2 makanan lokal

Icip2 makanan lokal

Pilihan makanan pun beragam. Mau Chinese food, Western, Japanese, Indonesian ada semua. Tapi kami cari makanan lokal dong. Akhirnya, dengan referensi Mr. Santoso, kami mencicipi banyak sekali makanan. Semua pesan 1 porsi supaya bisa sharing.

  1. Kupang lontong. Kupang itu sejenis hewan laut seperti kerang. Kuahnya manis agak panas/pedas. Jeff suka, tapi Diana ga gitu suka.
  2. Sate kerang. Bumbunya manis kental, seperti bumbu lumpia semarang.
  3. Kelapa muda. Langsung diminum di batoknya. Katanya kalo makan kupang lontong dan sate kerang harus dipadukan dengan minum kelapa muda sebagai penyeimbang.
  4. Sate ayam Tretes. Enak sih, tapi ya seperti sate ayam pada umumnya di Jakarta.
  5. Tahu pong. Tahu goreng bulat, renyah, tengahnya kopong (ga ada isi) dicocol pake bumbu petis.
  6. Sate kelapa. Karena Jeff tadi siang ga sempat makan sate kelapa, dan diceritain Diana bahwa enak banget, maka kali ini penasaran coba. Ternyata menurut Diana rasanya beda dengan yang tadi siang. Enakan yang Ondomohen !
Sate kelapa di food festival

Sate kelapa di food festival

Wah mantap sudah makan malam kali ini. Enak2 dan murah menurut kami yang biasa hidup di Jakarta.

 

Day 2

Hari ini Jeff ngantor lagi seperti kemarin. Agenda Diana siang ini adalah ketemu dengan teman semasa kuliah yang memang tinggal di Surabaya, namanya Ms. Leny. Karena Leny tinggal di Surabaya Barat yang letaknya cukup jauh dari Jemursari, jadi janjian ketemu di tengah. Di Tunjungan Plaza saja yang gampang.

Diana pun naik taxi ke Tunjungan Plaza (TP). Ternyata depan hotel itu adalah pangkalan taxi blue bird, jadi sangat mudah untuk cari taxi. TP sekarang sudah berbeda jauh dengan waktu Diana pertama kali ke Surabaya. Sekarang TP sudah lebih modern dan terus berkembang hingga pembangunan TP 5. Wow. Dulu sih rasanya paling cuma ada TP 1 dan TP2. Sudah seperti mal di Jakarta saja isinya. Lengkap dengan berbagai brand ternama dan makanan2 internasional.

Sambil nunggu Leny, Diana jalan2 muter TP. Eh, ada tempat makan yang menarik tuh. Namanya Selera Suroboyo. Oke, nanti coba tanya Leny. Pas ketemu Leny, dia bilang bahwa tempat makan itu lumayan oke, segala ada. Sip deh, kita ke situ saja.

TPJadi di Selera Suroboyo, menunya adalah kumpulan makanan khas Surabaya yang cukup terkenal (kata orang Surabaya, hehe). Contohnya :

  • Soto Ayam Ambengan “Pak Sadi Asli” – yg ini malah ada pikulannya di paling depan.
  • Gado-gado Arjuno
  • Bakso Ketabangkali
  • Sate Ayam Tretes Pak Kumis
  • Mie Kluntung “Pak Mitro”
  • Gudeg Yogya Ibu Sri
  • Sop buntut dari Depot Langgeng Sidoarjo

Dan masih banyak lagi makanan khas Surabaya. Leny menyarankan Soto Pak Sadi, cuma di Jakarta sudah ada kok. Jadi cari yang ga ada di Jakarta saja. Akhirnya Diana nyobain Nasi Krengsengan karena belum pernah tau apa itu. Harganya 24 ribu. Ternyata cuma nasi sama daging sapi manis gitu loh, hahaha… enak sih, cuma kirain lebih khas Surabaya gitu, haiiish. Kayanya lain kali kalo ke sini harus milih menu yg ngetop2 tadi ya. Oke deh, kapan2…

Sambil makan, Diana dan Leny pun banyak bertukar cerita tentang banyak hal. Udah lama ga ketemu sih, jadi ceritanya macem2. Dari mulai kedai ini sepi belum waktu makan, rame pas orang kantoran makan siang sampe jadi sepi lagi. Untungnya ga diusir sih, hehe.. Oke, setelah itu Leny pulang dan Diana tetap nunggu di TP.

Ceritanya sore ini kami mau ke museum Sampoerna, salah satu museum yang bisa dikunjungi sampai malam hari. Karena lokasinya dekat TP, jadi Jeff akan langsung berangkat dari kantornya, jemput Diana di TP dan menuju museum tersebut. Supaya efisien. Ternyata teman kantor Jeff, Mr. Ferdinand mau ikutan juga. Kami juga sudah janjian ketemu Mr.Andy Kristono, pendiri komunitas Liburan Murah yang berdomisili di Surabaya. Ceritanya dia malam ini mau ajak jalan2 wisata kuliner, asyiiiik.

House of Sampoerna

House of Sampoerna

Supaya gampang, Diana nunggu di lobby Sogo, jadi mobil Mr. Ferdinand bisa langsung stop dan Diana langsung naik. Ga pake parkir lagi. Dari TP ke museum “House of Sampoerna” ga jauh, sekitar 15 menit. Wah, tiang yang ada di gedung depan dilukis sehingga mirip batang rokok. Iya, walau pun kami ga merokok dan ga suka dengan asap rokok, tapi boleh dong ke museum rokok. Di museum ini ga ada yg merokok soalnya, hanya ada rokok nya saja, hehe.. Tiket masuknya gratis. Buka hingga jam 10 malam.

Masuk ke gedung museum seperti masuk ke rumah tinggal yang sudah disulap jadi museum. Di sinilah awal rokok legendaries Dji Sam Soe berawal. Lantai satu berisi koleksi barang-barang pribadi Liem Seeng Thee, pendiri Sampoerna dan juga alat-alat produksi yang pernah dipakai untuk memproduksi rokok. Termasuk ada display bahan baku utama rokok yaitu tembakau dan cengkeh dari berbagai daerah. Ada juga perangkat marching band Sampoerna (A-Mild) yang legendaris tersebut.

sampurna2

Di lantai dua, ada juga koleksi  lainnya seperti perangkat alat pemadam kebakaran yang digunakan di pabrik Sampoerna.  Ada toko souvenir juga. Yang suka fridge magnet, ada koleksi menarik di sini. Ada beberapa fridge magnet dengan foto kota Surabaya tempo dulu dengan harga terjangkau.

Dari lantai dua, pengunjung bisa melihat bagian belakang museum yang ternyata area pelintingan/produksi rokok. Sayang, waktu kami datang, sudah tidak ada kegiatan di situ. Kalo mau lihat pelintingannya harus sampai jam 3 sore saja. Di situ ada 234 orang pekerja rokok yang akhirnya membuat angka 234 menjadi identik dengan produk Sampoerna.

samp4

Jika di museum Sampoerna ini, jangan lewatkan ‘wisata’ ke toiletnya ya, baik yang pria maupun wanita. Ada hal menarik pada dinding toiletnya. Silakan amati sendiri. Ada juga historis lengkap tentang perusahaan Sampoerna ini yang ternyata saat ini sahamnya 100% sudah dimiliki oleh perusahaan asing.

samp3

Museum ini kecil, tapi cukup oke. Salah satu alternatif wisata di Surabaya, terutama jika hanya punya waktu di sore-malam hari.

Setelah bertemu Mr. Andy, kami pun siap wisata kuliner lokal. Pertama, kami diajak ke jalan Pengampon, jalan kecil yang berupa gang. Ada tempat makan yang terkenal dengan bubur ayam dan nasi empalnya. Kami pesan itu nasi empalnya saja. Daging empalnya (seperti gepuk) yang disuwir2 disajikan bersama dengan sayur dan keripik kentang. Porsi besar, empal yang banyak dan harga terjangkau, Rp.26.000 saja.

Kuliner Surabaya

Kuliner Surabaya

Kedua, kami diajak ke seberang pintu masuk pasar Atom Surabaya. Di jalan waspada, ada warung tenda kaki lima yang menjual nasi cumi-cumi. Ya, menu utamanya adalah cumi2 yang dimasak lengkap dengan tinta hitamnya ! Kami pesan nasi campur cumi, selain cumi ada rempeyek udang, telor dan empal. Cumi nya enak dan harganya cukup 20 ribu saja.

Warung ini buka 24 jam loh, udah kaya Mc.Donald aja nih. Jeff sempat melihat cumi-cumi yang dipanaskan dan diaduk terus menerus dalam api kecil. Lihat warna makanannya yang hitam memang tidak terlalu menggugah selera. Apalagi membayangkan harus makan tinta cumi. Tapi jangan terkecoh dengan penampilannya yah. Ga menyesal makan di sini pastinya he..he…

Tepat di sebelahnya, ada warung jualan es kacang hijau. Namanya es kacang ijo goyang lidah. Mr. Ferdinand yang mencobanya. Harganya cuma 6 ribu perak dan rasanya bikin dia happy banget ! Patut direkomendasikan.

Wisata kuliner selesai, tapi ternyata masih ada 1 tempat lagi yang mau ditunjukkan oleh Mr.Andy. Kami diajak mengunjungi Museum Surabaya. Museum ini relatif baru karena baru diresmikan oleh ibu Risma, wali kota Surabaya tanggal 3 Mei 2015. Mr. Andy sendiri belum pernah berkunjung jadi sekalian ingin tahu juga apa saja isinya.

museum2Muesum Surabaya bertempat di bekas gedung pertokoan Siola, jalan Tunjungan. Masuknya gratis. Hanya isi buku tamu saja. Bisa pinjam blangkon, khas Jawa Timur-an, buat foto2 selama di dalam museum.

Koleksi paling depan adalah foto deretan tokoh2 yang pernah menjabat wali kota Surabaya sejak dari jaman dahulu. Ternyata pernah ada orang Belanda dan Jepang yang menjadi wali kota Surabaya. Tapi yang paling menonjol tentu saja foto bu Risma, wanita pertama yang menjadi wali kota Surabaya saat ini.

Selama di museum ini, ada staf yang akan mendampingi kita dan menjelaskan isi koleksi museum ini dan kisahnya. Secara umum, isi koleksi museum ini adalah benda2 yang pernah dipakai pada masa-masa awal lahirnya Surabaya khususnya pada jaman Belanda.

Ada koleksi terkait pendidikan, ekonomi, rumah sakit, pemadam kebakaran dan lain-lain. Ada juga alat transportasi seperti becak dan helicak. Dipamerkan juga berbagai piala penghargaan yang pernah diraih oleh kota Surabaya baik dari dalam maupun luar negeri.

museumKoleksi museum ini masih belum banyak, tapi yang membuat salut adalah niat untuk mengajak warga kota Surabaya agar bisa lebih menghargai kotanya melalui sejarah dalam museum ini.

Sebelum berpisah dengan Mr. Andy, kami minta tolong agar difoto di bawah nama jalan Tunjungan. Mumpung ada fotografer profesional dengam kamera bagus nih. Betul saja, hasil fotonya cakep banget. Thanks a lot Mr. Andy !

Sepanjang perjalanan ke hotel, kami melewati beberapa tempat penting dan bersejarah seperti hotel Oranje (tempat bendera Belanda disobek warna birunya agar menjadi bendera merah putih), kantor wali kota, dan bahkan museum kapal selam yang menarik. Namun karena keterbatasan waktu, kami melewatinya saja. Mungkin lain waktu, kami bisa mampir ke tempat2 lain.

 

Day 3

Ini hari terakhir kami di Surabaya. Nanti malam kami naik pesawat Citilink kembali ke Jakarta. Supaya ga repot bolak balik, nanti sore Diana akan ke kantor Jeff dan dari kantor baru sama2 ke Airport. Dari pagi Jeff sudah membawa 1 bagasi ke kantor dan nanti sore Diana akan bawa 1 bagasi lagi.

Jeff kembali training danDiana nganggur hari ini. Udah ga ada janjian sama siapa2. Tadinya mau main ke mall, tapi kok malas yah. Mau main ke tempat wisata di Surabaya kalo sendirian rasanya males. Ya sudah, kali ini santai2 aja deh di kamar hotel, nonton TV kabel, tidur2an, menikmati hari terakhir liburan. Sudah  minta late check-out juga sih, jadi bisa stay di hotel sampai jam 6 sore.

Diana cuma keluar sebentar pas makan siang, ke restoran Kapulaga yang ada di dekat hotel. Jalan kaki aja. Tempatnya bagus dan luas. Makan nasi rames, enak, porsinya banyak, ayam nya aja ada 2 potong dengan 2 macam bumbu. Mantap sih, cuma harganya ga terlalu murah. Sama deh sama di Jakarta, 30 ribuan gitu.

Sore hari, Diana naik taxi ke kantor Jeff. Wah, ternyata sore2 ke area industri macet banget. Lumayan deh, sekitar 30 menit baru sampe. Sama saja waktunya kaya kemaren ke TP, padahal ini lebih dekat.

Ternyata ada pemberitahuan bahwa penerbangan kami ditunda 1 jam. Buat sebagian orang, hal itu menyebalkan, tapi buat kami itu hal yang menyenangkan karena artinya kami masih punya waktu yang cukup untk jalan2 lagi di Surabaya. Mr.Ferdinand yang akan mengantar kami ke airport pun bilang bahwa perjalanan ke bandara itu cuma sekitar 10 menit. What ?! Sedekat itu kah ?

Bebek Sinjay

Nasi Bebek Sinjay

Oke, kalo gitu malam ini kita jalan2 lagi deh. Kali ini Mr.Ferdinand yang memandu. Dari kantor kami menuju Tempat Makan Nasi Bebek Sinjay. Makanan ini terkenal di Madura, jadi banyak yang menyarankan kalo nyebrang ke Madura, harus makan Bebek Sinjay. Ternyata di Surabaya pun sudah ada cabangnya. Jadi ga usah jauh2 ke Madura.

Di sini menu nya ya hanya nasi+bebek goreng. Harganya 25 ribu saja sudah termasuk minuman. Waktu kami tiba baru jam 6 sore, tapi yang makan sudah banyak. Kelihatan juga banyak kardus untuk pesanan yang dibawa pulang.

Cara pesannya di sini adalah seperti resto fast food. Kami datang ke meja pemesanan, pesan berapa porsi, nanti para karyawan di sini yang akan menyiapkannya dan tinggal dibawa ke meja. Katanya kalo siang hari, ramainya luar biasa sampai antri2. Rasa bebeknya memang enak ! Ditambah lagi dengan taburan bumbu kremes dan sambal mangga nya, wuiiih… mantap !

Surabaya Carnival

Surabaya Carnival

Masih ada waktu sedikit lagi. Sebelum ke airport, kami mampir ke Surabaya Carnival. Secara umum, tempat ini seperti pasar malam yang ada arena bermain seperti Dufan mini. Untuk masuk ke area permainan harus bayar 60 ribu/org. Kami hanya berkeliaran di area depannya saja. Di bagian depan juga ada beberapa permainan yang disediakan serta toko para pedagang usaha mikro dan lain2. Konsepnya bagus dan menarik. Tempat wisata murah meriah untuk mengakomodir warga kota dalam berekreasi.

Setelah itu kami pun langsung masuk pintu tol yang letaknya persis sesudah Surabaya Carnival. Jadi bisa melihat lampu2 permainan dufan tadi dari jalan tol. Tol nya benar2 sepi, jarang kendaraan lewat. Berbeda sekali dengan tol bandara Cengkareng he..he..

Di bandara Juanda, kami sempat makan rawon. Dagingnya besar2, empuk dan rasanya enak. Cuma harganya mahal banget, 60 ribu bo ! Duuuh… lain kali mending beli di kota dan bekal aja deh ke airport.

Pesawat kami tiba di Bandara Halim, bukan di Bandara Soekarno Hatta. Ini pertama kalinya kami ke bandara Halim, karena rumah kami kan di Tangerang lebih dekat ke bandara Soekarno Hatta. Tapi ternyata karena Halim adalah bandara kecil, jadi semua prosesnya lebih ringkas. Cari taxi juga sangat mudah dan cepat di sini. Ada 3 taxi yang tersedia : Express, Blue Bird dan Cipaganti. Semua taxi yang cukup bisa diandalkan dan taxi terus berdatangan tanpa henti. Beda dengan di Soekarno Hatta (terminal 1 dan 2) yang taxi Blue Bird nya datang dengan dijatah, jadi sangat lama.

Karena kami tiba sudah malam, pk.11.30 maka jalanan juga sangat lengang. Dari Halim langsung masuk tol dalam kota. Perjalanan ke rumah hanya memakan waktu 30 menit, luar biasa lancar !

 

Epilog

Walaupun Surabaya disebut sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, yang kami rasakan tetap kota yang mudah dijangkau ke mana2. Buat yang biasa macet2an di Jakarta, macetnya Surabaya ga ada apa2nya deh.

thanks Mr.Maynard-Mrs.Desy & Mr. Andy

thanks Mr.Maynard-Mrs.Desy & Mr. Andy

Yang kami suka adalah suasana kotanya. Banyak taman kota dan jalur hijau yang tertata dengan sangat apik dan bersih. Jalur hijaunya juga lebar2, sehingga berkesan teduh. Pantas saja Surabaya pernah meraih Adipura saat bu Risma masih menjadi Kadis Pertamanan.

Untuk transportasi selama di Surabaya, kami mengandalkan kebaikan teman2 kami maupun naik taksi.  Ada bis wisata untuk keliling kota tua Surabaya dan bisa diakses dari museum Sampoerna. Gratis loh, tapi operasionalnya dari pagi hingga siang hari. Tempat wisata juga sebetulnya cukup banyak, tapi kami tidak sempat mengunjungi karena memang tujuan utama ke Surabaya kali ini adalah urusan kantor Jeff.

Bila ingin berwisata di Surabaya bisa akses www.surabayarek.com yang dibuat oleh Mr.Andy Kristono. Lain kali ingin berkunjung lagi ah ke kota ini, terutama untuk menyaksikan keindahan jembatan Suramadu. Tentunya juga menikmati kuliner khas Surabaya yang masih belum sempat dicicipi.

Rek ayo rek, mlaku mlaku nang Tunjungan..

Rek ayo rek, rame rame bebarengan..

 

Advertisement
Categories: 2015-2019, ASIA, INDONESIA, Java, Jawa Timur | Tags: , , , , , | 1 Comment

Post navigation

One thought on “Surabaya : 22-24 November 2015

  1. Kassie Broscious

    I am not real good with English but I come up this real easygoing to interpret.

We love your feedback !

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: