Danau Toba-Medan : 1 – 5 Juni 2023 (part 3)

Day 4 : Simalem Resort, Brastagi, Medan

Bangun pagi jam 05.30 di Simalem, ternyata cuacanya cukup bersahabat yaitu sekitar 16 derajat celcius saja. Langit berawan cukup tebal sehingga tidak terlihat sunrise.

Taman Simalem Resort di pagi hari

Kami breakfast di Teahouse, restoran yang sama seperti semalam kami dinner. Hanya saja pagi ini bisa pilih kursi sendiri. Kami memilih duduk di luar sehingga bisa menikmati keindahan danau Toba.

Breakfast di Taman Simalem Resort

Setelah menikmati breakfast, kami naik mobil ke One Tree Hill, yang merupakan titik tertinggi di Taman Simalem Resort ini. Jalanan ke sana sepi banget… tidak terlalu besar dan tidak mulus. Melewati hutan di kanan kiri, tapi cuma 1 jalan jadi ikuti saja.

One Tree Hill

Setibanya di puncak One Tree Hill, ada lapangan parkir yang luas. Sesuai namanya, ternyata beneran ada loh satu bukit kecil dengan satu pohon kecil di atasnya seperti gambar di atas.

Kapal di atas bukit

Di atas One Tree Hill, terdapat juga 1 replika kapal laut utuh yang menghadap danau Toba. Replika kapal laut ini menjadi titik foto yang sangat menarik di atas sini.

Kapal di One Tree Hill dengan latar belakang Danau Toba

Setelah check out dari Taman Simalem Resort, kami segera bergegas menuju kota Brastagi. Kami lunch di Restoran Asia yang menyajikan Chinese Food non halal. Dulu katanya kota ini dingin, tapi pas kami sampai siang hari sih panas terik ya.

Taman Alam Lumbini

Setelah lunch, kami menuju Taman Alam Lumbini. Di sini terdapat pagoda tertinggi di Indonesia dan kedua tertinggi di luar Myanmar. Inspirasinya diambil dari Shwedagon Pagoda di Myanmar. Kami berfoto2 di luar pagoda ini di tengah siang yang sangat terik.

Dari sini, kami melanjutkan perjalanan ke Medan dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam. Mobil kami ngebut karena memang jaraknya sangat jauh. Masuk kota Medan, kami tidak langsung ke hotel melainkan ke Graha Maria Annai Velangkanni yang merupakan gereja Katolik dengan arsitektur yang sangat luar biasa indah, memadukan arsitektur Indo-Mughal.

Gereja katolik gaya India

Gereja ini merupakan gereja yang bisa dikunjungi oleh masyarakat umum dan tetap digunakan oleh umat Katolik keturunan India yang tinggal di kota Medan ini. Saat kami datang berkunjung haru Minggu sedang berlangsung misa. Pengunjung boleh masuk ke bagian dalam gedung gereja ini selama tidak mengganggu misa yang sedang berlangsung.

Di sepanjang dinding tangga luar yang menuju lantai 2, terdapat kutipan doa salam Maria dalam berbagai bahasa, baik bahasa Indonesia, bahasa lokal Sumatera Utara (Karo, Batak Toba, Simalungun, Dairi dll) hingga bahasa asing (Ibrani, Yunani, Arab, dll)

Salam Maria dalam berbagai bahasa

Selanjutnya kami mampir ke tempat oleh2 markisa, salah satu oleh2 khas dari Sumatera Utara. Oleh driver, kami dibawa ke industri rumahan Rumah Markisa Noerlen yang terletak di jalan Sei Tuan Medan. Tempatnya benar2 rumah tinggal yang sebagian sudah dirombak menjadi usaha pembuatan sirup markisa.

Kepada kami diperlihatkan mesin dan proses pembuatan sirup markisa. Buah markisa yang digunakan ternyata berbeda dengan yang selama ini kita temui di pasar atau toko buah yang warnanya orange dan besar. Di sini buah markisanya berukuran lebih kecil dan berwarna lebih gelap. Di sini juga tersedia aneka kopi giling yang memang menjadi andalan oleh2 dari Sumatera Utara selain sirop markisa.

Atas : markisa Noerlen, Bawah : hotel Emerald Garden

Di Medan kami menginap di hotel Emerald Garden yang lokasinya cukup strategis dalam arti dekat ke tempat2 yang akan kami kunjungi. Malam ini kami akan dinner di jalan Selat Panjang. Tempat ini sudah lama ada di Medan, makanya ini juga atas usulan ortu Diana yang dulu sempat tinggal di Medan dan ingin nostalgia makan di sini.

Wisata kuliner di jalan Selat Panjang

Jalanannya tidak terlalu panjang, lebarnya hanya bisa dilewati 1 mobil saja. Di kanan kiri banyak resto makanan, mayoritas tidak halal. Kami memilih makan di Kede Bubur 1949 yang ternyata juga sudah punya cabang di Jakarta.

Day 5 : Medan

Ini hari terakhir kami di Medan sebelum kembali ke Jakarta. Pagi2 kami sudah belanja Bolu Meranti langsung di pusatnya. Ada beberapa cabang di Medan ini. Tapi kalo mau ready stok, driver membawa kami ke pusatnya langsung.

Atas : bolu Meranti, bawah : Asan Chasio (non halal)

Dari Meranti, kami brunch (breakfast-lunch) nasi campur Asan Chasio yang direkomendasikan oleh teman kami yang tinggal di Medan. Ini non halal loh ya. Rasanya enak pake banget ! Bahkan mereka bisa melayani pengiriman chasio mereka hingga ke Jakarta.

Setelah itu, kami mampir ke RS Methodist yang memiliki kenangan tersendiri bagi mamanya Diana. Beliau pernah bertugas di sini puluhan tahun yang lalu. Jadi foto2 dulu deh di sini.

Atas : RS Methodist, bawah : restoran Tip Top

Untuk lunch kami memilih restoran Tip Top, sebuah restoran lama yang pada jaman penjajahan Belanda menjadi tempat berkumpulnya orang2 Belanda. Sama seperti restoran Braga Permai di Bandung atau toko Oen di Semarang.

Setelah lunch, kami mengunjungi Tjong A Fie Mansion yang letaknya tidak jauh dari Tip Top, jadi bisa jalan kaki. Tjong A Fie merupakan walikota pertama untuk komunitas Tionghoa Medan pada jamannya. Tjong A Fie juga memiliki aneka usaha dan bisnis yang berkembang pesat saat ini sehingga menjadi sangat populer.

Tjong A Fie Mansion

Selama mengelilingi rumah ini, para pengunjung akan ditemani seorang guide yang akan menceritakan rumah berikut sejarah Tjong A Fie beserta seluruh keluarga dan apa saja yang sudah dilakukannya selama hidupnya untuk kota Medan.

Kualanamu International Airport

Perjalanan kami ke danau Toba dan Medan berakhir di Kualanamu International Airport. Sambil menunggu pesawat yang membawa kami kembali ke Jakarta, kami sempat membeli beberapa oleh2 berupa kopi bubuk yang legendaris seperti Kok Tong, Lim Kok Tong dan Awi Coffee

Epilog

Kami sangat bersyukur bisa melihat kemegahan dan keindahan danau Toba di propinsi Sumatera Utara kali ini. Buat para pecinta jalan2 yang suka melihat keindahan alam wisata lokal Indonesia, wajib mengunjungi dan menjelajahi danau Toba ini. Kekayaan dan kearifan lokal yang ada di masyarakat adat Batak juga menjadi daya tarik bagi yang ingin mengetahui betapa kayanya Indonesia dalam hal budaya.

Wonderful Indonesia !

Cerita sebelumnya lihat di Danau Toba Medan part 2

Categories: 2020-2024, ASIA, INDONESIA, Sumatera | Tags: , , , , , , , | 1 Comment

Post navigation

One thought on “Danau Toba-Medan : 1 – 5 Juni 2023 (part 3)

  1. Reza Rinaldi98

    Lake Toba, who doesn’t know and hear the name! Stories here and there about depictions of natural scenery that are pleasing to the eye, the green expanse of hills and the blue water of Lake Toba collaborate in an epic way to become a presentation of the Creator’s work. As a result of the great eruption at that time, the Toba Caldera was covered in frozen rocks, then water filled the caldera to form a lake. Kawanjo’s beauty is irresistible. Apart from traveling to the base of the waterfall, you can also go to the viewing post to enjoy views of the waterfall plus the enchanting Lake Toba. For clearer information, you can visit our website https://storyups.com/

We love your feedback !

Create a free website or blog at WordPress.com.