Manado-Bunaken : 5-8 May 2016

Prolog

Biasanya kalo ada long weekend itu kami tidak pergi jauh2. Entah menikmati sepinya Jakarta atau kalau pun ke luar kota yang bisa dicapai mobil saja. Tapi kali ini cukup istimewa, karena long weekend nya 4 hari : Kamis-Jumat-Sabtu-Minggu dan tidak perlu cuti sama sekali. Wow ! Sayang banget ya kalo cuma di rumah. Sayangnya sampai 2 bulan menjelang long weekend, kami masih bingung mau kemana.

Tau sendiri, kalo long weekend tiba2 semua harga tiket pesawat jadi mahal. Tiket kereta api habis. Mau pergi naik mobil kalo agak jauh pasti kena macet parah. Akhirnya setelah berusaha browsing2 berbagai alternatif, terpilihlah Manado-Bunaken sebagai tujuan liburan kali ini. Yeay !

Alasannya :

  1. Harga tiket pesawat pp masih cukup terjangkau : 1,9 jt pp/org (harga long weekend)
  2. 4 hari mestinya cukup untuk explore Manado & Bunaken (walau ternyata sangat ga cukup)
  3. Kami belum pernah menginjakkan kaki di pulau Sulawesi
  4. Kami suka snorkeling, dan belum pernah menikmati Taman Laut Bunaken yang terkenal itu.

Awalnya kami ingin menginap di Bunaken karena pengalaman orangtua Diana menginap di resort Bunaken sangat menyenangkan. Bisa langsung snorkeling dari pantai. Sayang, karena waktu sudah agak mepet maka resort2 yang kami incar sudah full book, tinggal ada beberapa pilihan yang kami belum yakin kualitasnya.

Tanpa diduga, ada teman kami yang mereferensikan hotel Grand Luley (d/h hotel Santika). Letaknya agak jauh dari pusat kota Manado, tetapi sangat dekat dengan Bunaken. Teman kami memang bekerja di grup hotel tersebut dan mengatakan kepada GM terkait bahwa kami sedang ingin berlibur ke Manado. Hasilnya, kami pun mendapatkan special rate.  Hotel mewah dengan harga murah, kapan lagi ?! Yuuuk….

Ada adik teman kami juga yang tinggal di Manado karena menikah dengan orang Manado. Jadi kami sudah janjian, akan dijemput dan jalan2 sama dia. Asiik…

Day 1 – Tiba di Manado

airport

Semboyan kearifan lokal, artinya : manusia hidup untuk menghidupi (menjadi berkat bagi) manusia lainnya

Pesawat kami (Lion Air) seharusnya lepas landas pada pk.08.15 namun baru boarding pada pk.08.30. Pada saat sebagian penumpang sudah naik ke pesawat, ternyata diminta turun dan kembali ke ruang tunggu boarding karena ada masalah teknis dengan pesawat dan sedang berusaha dibereskan. Dibilang kesal karena bakal nunggu lebih lama jelas iya. Tapi bersyukur juga karena masalah teknis ini diketahui ‘sebelum’ terbang. Coba bayangkan kalo sampai ada masalah saat sudah terbang. Eh, jangan dibayangin deh.. kita positif thinking aja ya.

Akhirnya para penumpang diminta kembali naik ke pesawat dan pesawat lepas landas sekitar pk.09.00. Tujuan penerbangan kami memang ke Manado, namun rute pesawat ini mengharuskan kami transit dulu di Ujung Pandang (Makassar). Ternyata ini sangat membuang waktu. Rute Jakarta-Manado yang bisa ditempuh dalam waktu 3 jam, harus kami tempuh dalam waktu 6 jam dengan menunggu di Makassar. Mending kalo menunggunya di dalam airport, ini menunggunya di dalam pesawat loh. Sekitar 1 jam lah duduk di pesawat ga bisa apa2.

Tips : Disarankan pilih penerbangan dengan rute direct Jakarta-Manado. Walau harus berangkat subuh atau harga lebih mahal sedikit tidak apa-apa. Transit di Makassar cukup membuang waktu soalnya. Apalagi ada perbedaan waktu 1 jam antara Indonesia Barat (Jakarta) dengan Indonesia Timur (Makassar & Manado). Perhitungkan ini baik-baik.

Kami pun tiba dengan selamat di Manado pk.15.00 (delay 1 jam). Sampai sana sudah ada Dimas, adik teman kami dan juga Vian, temannya yang orang asli Sangir (Talaud). Oke, mari kita menjelajahi Manado. Perjalanan melewati jajaran pohon kelapa yang melambai-lambai, gunung di kejauhan dan suasana yang sejuk karena habis hujan, membuat kami sangat bersyukur bisa menginjakkan kaki di ibukota Sulawesi Utara ini.

yesusDari airport kami dibawa ke Monumen Yesus Memberkati di kawasan Citraland yang berada di ruas Jalan Ring Road Trans Sulawesi. Diresmikan pada November 2007, patung ini merupakan patung Yesus tertinggi di Asia dan kedua tertinggi di dunia setelah patung Yesus di Rio de Janeiro, Brazil. Tingginya 50 meter dari permukaan tanah atau 150 meter dari permukaan laut. Pas deh, sekalian memperingati hari Kenaikan Tuhan Yesus nih yang jatuh pada hari ini 😉

Setelah itu kami lanjut ke rumah makan ala Minahasa di jalan raya yang menghubungkan Manado dan Tomohon. Manado dan Minahasa adalah dua hal yang berbeda. Minahasa adalah sebutan untuk daerah2 gunung yang mengelilingi Manado seperti Tomohon, Tondano dan sebagainya.

Sebenarnya banyak sekali rumah makan ala Minahasa namun salah satu yang paling ramai namanya rumah makan Heng Mien. Sampai di dalam, pelayan bertanya untuk berapa orang. Kami jawab 4 orang dan kami berempat pun duduk. Tak lama, datanglah para pelayan mengantarkan mangkok2 berisi lauk + nasi sebakul dan air minum. Total ada sekitar 17 mangkok makanan, disusun di meja seperti rumah makan Padang.

Apakah bayar yang dimakan seperti makan di rumah makan Padang ? Ternyata tidak. Semua bisa dihabiskan karena sistem bayarnya bukan per piring tapi per orang ! Astaga… Rupanya model all u can eat, tapi terbatas yang ada di meja saja. Sangat menarik !

Katanya, jika menunya lengkap maka mangkok lauknya akan lebih dari 20 mangkok. Biasanya ada paniki (daging kelelawar) dan tikus hutan. Ternyata ketersediaan makanan tergantung hasil buruan hari itu. Hari ini menu makanan tidak ada yang ekstrem. Syukurlah ! Ada daging ayam (sate, kuah santan, dsb), daging babi (sate ragey, tinoransak, dsb), sayuran, kacang, bihun, tempe dan yang pasti ada sambal dabu-dabu.

Makan seru ala Minahasa

Mari kita coba makanan ala Minahasa ! Ternyata rasanya cukup kuat karena banyak bumbu rempahnya, tapi tidak terlalu pedas. Sayurnya juga enak. Olahan nya mirip makanan Batak (Rumah Makan Lapo). Diana cukup cocok dengan makanan2nya, padahal Diana tidak doyan pedas loh. Sedangkan Jeff menikmati sambal dabu-dabu nya yang segar.

Selesai makan, kami jalan ke kasir untuk membayar. Ternyata harga yang harus kami bayar adalah Rp. 27.500,- per orang. Sangat murah untuk porsi sebanyak itu ! Menurut Dimas, biasanya harga per orang adalah 30-35 ribu. Kemungkinan bisa terjadi seperti itu karena jumlah makanannya tidak sebanyak biasanya. Wah, tidak ada standard harga yang jelas rupanya.

Kami tidak naik ke Tomohon karena waktu tidak memungkinkan. Sore ini sudah gelap dan macet.  Macetnya kayak di Puncak Bogor saja. Antrian mobil di kedua arahnya cukup padat. Tujuan kami adalah ke pusat kota Manado, tepatnya di Mega Mall. Dari situ kami akan naik free shuttle car menuju hotel Grand Luley.

Tips : free shuttle car disediakan oleh hotel Grand Luley untuk mengantar tamu ke kota dan menjemput tamu dari kota, karena letak hotel yang agak jauh dari kota. Berangkat dari hotel ke kota pk.10.00 dan pk.14.00 serta berangkat dari Mega Mall ke hotel pk.15.00 dan pk.20.00

Tepat jam 8 malam kami menuju hotel. Kami melewati jembatan Soekarno yang sekitar baru 1 tahun diresmikan. Bentuknya sempat mengingatkan kami pada jembatan Ampera di Palembang, walaupun dalam bentuk dan skala yang berbeda.

Perjalanan memakan waktu sekitar 40 menit. Menembus kegelapan malam  yang  pekat, tapi dijamin aman. Sambil check in di hotel, kami menanyakan aktivitas snorkeling ke Bunaken esok hari. Ternyata untuk besok sudah full booked kata front office. Kami disarankan langsung ke dive center besok pagi begitu sudah buka. Oke, kalo begitu, besok pagi2 kami akan ke dive center, berharap ada yang cancel. Mari kita istirahat dulu sekarang.

 

Day 2 – Manado

Pagi-pagi kami ceritanya mau melihat sunrise. Jadi kami bangun pagi dan berjalan ke arah jetty. Wah, ternyata di sini matahari terbit cukup cepat. Sampai di jetty sekitar jam 5.30 matahari sudah menyembul di sebelah timur. Di sebelah barat terdapat pulau Manado Tua dengan gunung nya yang khas. Wah, pemandangan sunset di sini bakal bagus.

sunriseKelihatannya hari ini cerah. Harusnya snorkeling hari ini akan sangat menyenangkan. Berhubung dive center baru buka pukul 08.00 maka kami breakfast dulu deh jam 7 pagi.

Breakfast di hotel ini cukup standard variasi menu dan rasanya. Tidak ada  makanan khas setempat (Manado) yang biasanya disediakan saat breakfast di hotel2. Kirain bakal ada tinutuan (bubur Manado) atau apa lah gitu.. Tapi kami juga ga doyan bubur Manado sih, hehe.. Sempat minta dibuatkan omlet di egg station nya, udah nunggu lama ternyata ga dibuatin. Iiih… kesel ! Pas ditanyain baru deh dibuatin. Padahal tamu2 asing yg lain diperlakukan istimewa, eeh… kami dicuekin. Nyata banget bedanya. Nasib jadi tamu lokal di daerah turis ya gini ini… diskriminasi bo !

Di Dive Center sudah terlihat kesibukan crew dan tamu hotel yang mau snorkeling maupun diving. Kami dilayani dengan baik dan ramah oleh staf di sana. Ternyata ga ada yang batal hari ini. Betulan full booked. Tapi untungnya untuk besok masih ada tempat. Bahkan masih bisa juga kalo mau sewa kapal sendiri.

Di Grand Luley terdapat jasa “Discovery Scuba”. Program pengenalan diving sederhana untuk pemula yang belum punya sertifikat. Tadinya kami mau coba, tapi ternyata penuh untuk periode kami stay di hotel. Jadi gagal deh. Sementara untuk snorkeling, ada 2 alternatif. Bisa join boat, 1 sesi nya 45 menit untuk snorkeling di 1 titik penyelaman yang sudah ditentukan. Ada sesi jam 8, jam 10 dan jam 2 siang. Bayarnya per sesi dan tidak mampir ke pulau Bunaken. Alternatif lain adalah sewa boat sendiri, bebas mampir ke pulau Bunaken dan bebas mau snorkeling ke titik mana aja, dari jam 8 pagi sampai jam 3 siang.

Akhirnya kami pilih sewa kapal saja. Walau harganya lumayan mahal (menurut kami) tapi puas deh. Soalnya tujuan utama kami itu memang menikmati Taman Laut Bunaken. Cuma karena airport nya di Manado ya mampir juga deh ke Manado, hehe..  Kalo ikut join boat dan ga mampir ke pulau Bunaken nya, rasanya kurang afdol. Betapa senang dan leganya kami membayangkan besok akhirnya jadi juga ke Bunaken. Sambil berharap cemas, semoga besok cuaca sebagus hari ini.

Hari ini karena tidak jadi menikmati Bunaken, kami pun memutuskan untuk menikmati kota Manado saja. Untuk ke pusat kota, kami naik shuttle hotel yang gratis disediakan bagi para tamunya. Seharusnya tamu didrop di Mega Mall. Namun karena pagi ini hanya kami berdua yang mau ke pusat kota, maka kami minta didrop di Mantos (Manado Town Square) karena semalam kami sudah ke Mega Mall.

Dalam perjalanan ke Mantos, barulah terlihat situasi kiri kanan jalan yang semalam kami lewati dalam keadaan gelap. Ternyata di sebelah kanan jalan terlihat pulau Bunaken dan gunung Manado Tua di kejauhan. Banyak juga rumah penduduk dan gereja di sepanjang jalan. Suasana jalannya sepi, tidak ramai oleh kendaraan. Di beberapa mulut gang, terlihat bentor atau becak motor, gabungan dari sepeda motor di bagian belakang dan becak yang dipasang di depannya. Bentor ini hanya beroperasi dari mulut gang ke dalam perumahan penduduk.

Jika Lombok terkenal dengan pulau seribu mesjid, kalo Manado terkenal dengan kota seribu gereja. Gedung gereja dari berbagai aliran dan denominasi banyak sekali di kota ini, bahkan dalam satu gang saja, bisa terdapat lebih dari satu gereja.

Manado Town Square

Manado Town Square

Menjelang pusat kota, suasana lalu lintas ramai bahkan cenderung macet karena banyaknya angkot. Di sini warna angkot semua sama, yaitu biru muda. Setelah 40 menit perjalanan dari hotel, tibalah kami di Mantos. Letak Mantos ternyata di jalanan yang sama dengan Mega Mall. Hanya saja Mantos lebih baru dan lebih modern daripada Mega Mall. Terdiri dari tiga gedung, yaitu Mantos 1, Mantos 2 dan Mantos 3 yang menyambung.

Mirip Tunjungan Plaza di Surabaya (baca trip Surabaya) atau mal di Palembang (baca trip Palembang). Isinya modern, seperti mall di Jakarta. Ternyata ibukota propinsi di luar Jakarta juga sekarang punya mall yang ga kalah dengan mall di Jakarta.

Semua mal di Manado ini berderetan terletak di pinggir laut. Langit2 gedungnya bagus, lukisan awan, mengingatkan kami waktu jalan2 ke Venetian Macau (baca trip Macau).

Mall buka jam 10.00, tetapi banyak yang belum buka untuk tempat makan. Kalo mau makan, siapnya baru sekitar jam 11.00 lebih. Hari ini tadinya kami mau main ke Danau Linau arah Tomohon, tapi cuaca kurang mendukung. Hujan cukup deras. Kami sudah janjian bertemu Dimas untuk jalan2 hari ini. Jadi terserah dia saja deh mau kemana acara nya hari ini.

Sambil menunggu dijemput Dimas, kami makan siang di area food court. Tentu saja kami mencari makanan khas Minahasa. Ketemu deh. Namanya Kedai Sate Pelmas Tante Olla. Silakan pilih sendiri makanan nya. Semua sudah tersedia jadi tinggal tunjuk mau apa. Ada sate babi, ayam, sayur, ikan dan yang pasti sambal dabu2. Kami pilih daging babi panggang dan ragey (sate babi) + acar kuning. Oya, jika ke toko atau food court merasa dicuekin oleh pelayannya, jangan ambil pusing. Di sini, kita yang harus pro aktif menegur atau meminta mereka melayani apa yang kita perlukan.

lunch

Kenal lambang di pic kanan bawah ? Haha.. beda nama ya kalo di Manado

Setelah bertemu Dimas, kami akhirnya memutuskan untuk main ke area pantai Malalayang saja. Pantainya orang Manado kalo refreshing. Ternyata panjang juga area tepi pantainya. Di sepanjang jalan, khususnya yang ada di sebelah kanan jalan dan kebetulan menghadap laut, banyak kedai makanan. Makanan yang dijual selain sea food, ternyata pisang goreng ! Display pisang goreng mengundang orang untuk mampir.

Pantai Malalayang

Makan pisang goreng di Tateli, tepian Malalayang

Kami diajak ke kawasan desa Tateli. Untuk masuk, per orang dikenakan tarif Rp. 5.000,- berupa sumbangan pembangunan gereja. Kalo di Jakarta banyak sumbangan untuk masjid, di Manado banyak sumbangan untuk gereja. Memang lain padang lain belalang yah. Ternyata di pantai desa Tateli banyak sekali orang berenang walaupun pantai dan lautnya tidak bisa dikatakan bersih.

Banyak sampah wisatawan (dan bahkan sampah para pedagang di situ) mencemari pantai dan laut. Kami mencoba menikmati suasana laut dengan mampir di salah satu kedai makan. Menu utamanya adalah pisang goreng. Ada beberapa jenis pisang, salah satunya goroho, yang khas daerah Manado. Ibu pemilik warung berasal dari daerah Sangir. Tangan ibu tersebut mampu membuat bentuk pisangnya seperti kipas sebelum dicampur dengan adonan tepung dan selanjutnya digoreng.

Nah yang menarik waktu mau memakannya. Pernah dengar kalo orang Manado suka makan pisang goreng pakai sambal ? Inilah yang terjadi di sini. Sambalnya bisa sambal biasa atau sambal terasi (bukan sambal botolan yah). Kalo Diana sih pasti ga bakalan coba karena memang ga suka pedas, jadi makan pisangnya saja. Tinggal Jeff nih yang terus terang agak sulit membayangkan campuran rasa pisang goreng yang cenderung manis dengan sambal. Akhirnya, coba sedikit saja. Dicocol ke sambal. Rasanya ? Wah kacau, ga cocok nih di lidah. Hahaha… Padahal kalo lihat orang Manado makan pisang goreng pakai sambal, kelihatannya enak banget. Sama seperti lihat orang Palembang makan pempek.

Untuk  harga juga ga jelas standardnya. Kata Dimas dan temannya yang kali ini ikut, om James, di sini kalo beli pisang bukan dihitung satuan yang kita makan tapi satu sisir. Jadi kalo ga habis dibawa pulang saja biar ga rugi. Ooh, baru tau. Untuk 3 gelas kopi, pisang goreng dan keripik pisang, dibanderol dengan harga Rp. 65.000,- Hm…

Tips : sebaiknya kalo makan di warung2 makan, terutama area Malalayang, pastikan harga di depan sebelum makan. Di sini tidak ada tarif makanan yang jelas. Hati2. Ada pengalaman Dimas juga makan seafood di kedai, 4 orang kena harga 700 ribu. Waduh !

city extra

Cakalang fufu bumbu rica yang enak !

Nah, sekarang waktunya cobain makan seafood nih. Berhubung agak serem dengan kedai2 ga jelas harganya itu, akhirnya kami memilih makan di restoran saja. Walau relatif lebih mahal tapi harga sudah pasti dan tempatnya juga lebih bersih. Kami pun dibawa ke Restoran City Extra yang besar dan kelihatannya cukup populer di tepian pantai Malalayang ini.

Ini dia pesanan kami, ikan cakalang rica-rica dan cumi goreng mentega. Betul saja, ikan cakalangnya enak sekali . Bahkan Diana yang tidak suka pedas pun sangat menikmatinya. Cuminya segar, cocok sebagai penetralisir. Walau kami cuma pesan nasi 1 porsi, ternyata porsi nya besar sekali.. sebakul, haha..

Tadinya Diana pesan es kelapa jeruk, sayang kelapanya habis jadi minuman tersebut tidak tersedia. Namun ternyata di bon, minuman es kelapa jeruk itu masih dicantumkan dan karena kami kurang teliti jadi terlanjur dibayar. Baru sadar pas sudah sampai rumah. Rugi 25 ribu deh. Hati-hati ya buat yg makan di city extra, pastikan menu yang tercantum di bon sudah betul.

Karena besok akan menghabiskan waktu beraktivitas air di Taman Laut Bunaken dan tidak kembali ke kota, maka kesempatan berbelanja souvenir adalah hari ini. Kami diantar ke daerah kota lama. Untuk belanja souvenir, orang Manado menyebutnya daerah Tikala, nama jalannya B.W. Lapian.

Harus beli klapertaart di sini !!

Harus beli klapertaart di sini !!

Kami masuk ke toko “Manado Souvenir” yang terlihat paling ramai. Ada makanan khas Manado, pernak-pernik, kaos dan batik khas Manado. Ternyata batik Manado cukup menarik untuk dibeli. Warna2nya bervariasi dan cerah. Motifnya terkait dengan aktivitas manusia, hewan, dan tumbuhan. Tiap motif batik  ada namanya. Jeff beli batik motif “batifar”, yaitu motif orang memanen aren.

Di toko ini juga dijual salah satu makanan khas Manado yang terkenal yaitu klappertaart. Ada yang ukuran cup kecil dan ada yang besar berbentuk loyang. Karena kami mau beli untuk dibawa pulang dan juga oleh-oleh, maka kami beli yang cup mini saja. Praktis. Merknya Kawanua, diklaim yang paling enak dan memang enak banget sih rasanya !

Harga per cup 15 ribu dan bisa tahan sampai 10 hari jika masuk kulkas. Selain di sini, ada juga cabangnya di airport, khusus jual klapertaart Kawanua ini, tapi harganya 25 ribu. Wow ! Banyak juga makanan lain yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh seperti abon cakalang, sambal ikan roa, kue sagu, kacang goyang dan lain2.

Jika ada kesempatan dan ingin menikmati sensasi yang seru, naiklah angkot di kota Manado. Pasti ada musik yang berdentam2 di dalamnya. Katanya, kalo ga ada musik, ga ada yang mau naik. Yang seru kalo malam hari. Full lampu luar dalam, persis kayak diskotik berjalan ! Asyik banget lihatnya. Tarifnya Rp. 4.000,- per orang, baik jarak dekat maupun jarak jauh. Supir shuttle hotel cerita, pernah ada satu bule sampai carter 1 angkot dari kota ke hotel sejauh 18 km hanya untuk menikmati sensasi naik angkot Manado di malam hari !

Malam ini di Mega Mall, kami ke pasar swalayan Gelael. Di rak makanannya, ternyata terdapat abon dan sambal dari ikan cakalang dan ikan roa. Harganya juga cukup murah sehingga bisa jadi alternatif bagi yang mau membeli oleh2 makanan khas Manado.

Jam 8 malam shuttle hotel datang dan 45 menit kemudian kami tiba di hotel. Sampai di front office, Jeff memastikan reservasi kapal untuk snorkeling esok hari. Alangkah kagetnya ketika dikatakan tidak ada pesan apa pun dari dive center dan tidak ada nama kami dalam list untuk snorkeling maupun sewa kapal esok hari. Semuanya sudah full booked. What ?!  Gimana bisa ?! Tadi pagi kan nomor kamar dan nama kami sudah dicatat di dive center.

Maka di tengah kelelahan fisik dan emosi yang meluap, dimulailah ‘perjuangan’ kami agar kami besok bisa snorkeling. Besok adalah kesempatan terakhir kami bisa menikmati Taman Laut Bunaken. Masa jauh2 ke Manado, dengan tujuan snorkeling di Bunaken, tapi gagal gara2 staf hotel yang ngawur ?! Gila aja !

Diana sih udah males (campur sebel) berurusan dengan orang-orang di hotel ini. Bagian Jeff deh yang kali ini berjuang. Ga mau tau, pokoknya besok kami harus ke Bunaken. Terserah gimana caranya. Bahkan staf dive center itu juga tidak menjelaskan kenapa kok bisa tadi pagi bilang “oke bisa” dan dicatat pesanan kami, tapi malamnya bilang “full booked”. Tidak ada permintaan maaf juga loh… Aneh tapi nyata !

Jeff sampai telpon duty manager untuk minta dicarikan solusi. Karena malam ini juga harus ada kepastian, kalo engga bisa batal rencana ke Bunaken besok. Kacau. Terus duty managernya kasih solusi gini, “Bapak besok bisa snorkeling.. gratis pak.. di sekitar jetty hotel.” What ?! Ga sekalian aja kasih saran snorkeling di kolam renang ? Hey, kami itu jauh2 ke Sulawesi karena mau nikmatin Bunaken, bukan nikmatin berendem di jetty hotel. Astaga.

Akhirnya setelah 1 jam ngurusin hal menyebalkan ini, pihak hotel bisa juga menyediakan kapal untuk kami besok snorkeling ke Bunaken. Haaaa… lega ! Walaupun sebetulnya dongkol banget, kenapa juga bisa ada kejadian begini di hotel yang katanya bintang 4 atau 5 itu. Ya sudah, yang penting besok bisa snorkeling. Kami hanya berdoa agar besok diberikan cuaca yang cerah.

 

Day 3 – Snorkeling time @ Bunaken

Jeff sudah bangun lebih pagi dari kemarin untuk lihat sunrise. Tetapi sayang, pagi ini, awal tebal menutupi senyuman matahari. Benar2 tidak terlihat, bahkan semburatnya pun tidak ada. Diana memilih bangun agak siang apalagi semalam tidurnya agak larut gara2 ribut dulu sama pihak hotel urusan snorkeling.

Setelah breakfast, kami cepat2 pergi ke dive center. Jangan sampai ada kejadian aneh2 lagi pada last minute. Di sini, kami bertemu dengan kapten kapal kami. Namanya pak John. Kami masuk ke ruangan tempat wetsuit, life vest dan fin dengan berbagai ukuran. Walau cuma snorkeling, tapi di sini (Taman Laut Bunaken) wajib pakai fin. Kami pilih dulu fin nya, sesuai ukuran sepatu kita sehari2. Ini kali pertama Jeff dan Diana snorkeling pakai fin. Selain itu kami pilih juga life vest nya. Ada ukurannya loh, S-M-L-XL-XXL, lengkap deh. Untuk mask nya kami sudah punya sendiri jadi ga pinjam punya hotel.

boat

kiri atas : kapal mungil kami, kanan bawah : cara kapten kapal kami masuk ke kapal bawa bensin

Kami membawa semua peralatan itu ke jetty hotel. Di situ ada beberapa kapal besar yang mengangkut tamu hotel, baik yang snorkeling maupun diving. Kapalnya besar, bisa memuat hingga 15 orang tamu. Ada sekitar 2 kapal. Terus ada satu kapal yang lebih kecil, muat 10 orang. Lha kapal buat kami yang mana ?

Itu dia, kapal yang paling kecil dan paling minim. Hanya bisa muat 4 orang lah. Motor penggeraknya juga hanya satu. Kebayang kalo mogok di tengah laut. Sementara kapal2 yang lain, motornya ada 2 karena ukurannya juga lebih besar. Jika di kapal lain ada namanya “Luley”, nah.. di kapal kami sih ga ada namanya. Cat nya saja sudah banyak yang terkelupas. Kami ga tau ini kapal buat apa sebenarnya. Tapi ga peduli lah. Yang penting bisa ke Bunaken.

Saat kapal besar masih nungguin penumpang, kami sudah melesat keluar area jetty. Kami cukup menikmati lirikan sirik tamu2 lain yang heran kenapa kami bisa dapat kapal sendiri, sementara mereka join boat. Tapi jadi bingung juga, katanya kapal sewaan full booked, lah.. siapa yang booking ya ? Hmm…

Buat kami, sewa kapal itu benar2 ga rugi. Private. Kami bisa ke pergi ke titik penyelaman mana saja yang kita mau. Asal tau saja, di Taman Laut Bunaken ada sekitar 20 titik penyelaman dan tidak mungkin dijelajahi dalam satu hari. Jadi harus memilih. Karena kapten kapal kami, pak John tentunya lebih berpengalaman, kami menyerahkan rute perjalanan kepada beliau.

Sekilas Info : Taman Laut Bunaken merupakan area perairan yang luas, meliputi 5 pulau yaitu pulau Bunaken (yg terbesar), pulau Siladen, pulau Manado Tua, pulau Mantehage dan pulau Naen. Di sekitar pulau2 itu terdapat titik-titik selam yang diberi nama masing-masing. Bisa lihat gambar di bawah ini. Nah, jadi jangan sembarangan kalo mau snorkeling atau diving ya. Mesti tau kalian dibawa ke titik yang mana. Walaupun di lautan ga ada namanya, tapi bisa dikira-kira lah. Jangan percaya kalo cuma dibilang “the best spot“, karena masing-masing spot ada plus minusnya.

Nama titik penyelaman

Nama titik penyelaman

 

Spot #1 : Bunaken Timur

Posisi spot ini ada di area depan dari resort Sea Breeze dan Raja Laut. menurut pak John karangnya bagus. Namun yg kami lihat sih biasa saja. Sebagian oke, sebagian sudah mulai rusak. Ada beberapa jenis ikan yang unik, namun jumlahnya tidak banyak. Di sini modelnya datarannya “slope” atau landai, jadi bagi snorkeler pemula memang ga perlu takut karena lautnya ga dalam, paling sekitar 5 meter.

timur fish

Setelah kira2 15 menit snorkeling, tiba2 jeff teriak.. ternyata ada ubur2 (jellyfish). Langsung refleks Diana memotretnya sambil kami cepat2 berenang menjauh. Jadi ingat pas ketemu ubur2 pertama kali di Belitung nih (baca trip Belitung). Sepertinya agak beda jenis yah. Pak John kelihatannya bingung kami ketemu ubur2, hehe..

Meet the jelly fish

Meet the jelly fish

Yang menarik juga adalah adanya beberapa bintang laut biru. Persis seperti yang dulu kami temui saat snorkeling di Gili Nanggu (baca trip Lombok). Karena tidak terlalu banyak yang menarik, kami snorkeling di sini hanya sekitar 20-30 menit dan langsung minta pindah ke titik lainnya.

Spot #2 : Lekuan 2

Titik ini adalah titik yang sangat populer. Terlihat dari banyaknya perahu yang berlabuh di sini. Ada pengunjung yang hanya melihat2 dari perahu (biasanya ada bagian dasar perahu yang terbuat dari kaca), ada yang snorkeling, ada yang teriak2 main air, ada yang foto2, macem2 deh.

fish2

Di titik ini ikannya sangat banyak dan cukup menarik, tapi tidak terlalu “aneh” jenisnya. Mirip ikan2 yang biasa dilihat saat snorkeling di pulau Seribu atau Belitung. Ikan di sini juga mudah tertarik pada roti atau biskuit yang dibawa pengunjung.fish3

Yang menarik di sini adalah terumbu karangnya. Menurut kami lebih bagus di titik ini daripada di Bunaken Timur dan tempat2 snorkeling yang pernah kami kunjungi. Betul2 seperti berada di taman yang luas banget, hanya saja ini di bawah permukaan laut.

taman2

Di titik ini ada area “wall”, dimana kedalaman laut dari yang dangkal di pinggir pantai tiba2 berubah menjadi dalam. Persis kondisi yang kami temui di Maldives (baca trip Maldives). Jadi paling baik memang snorkeling menyusuri “wall” ini.

fish

Lagi asik2 snorkeling, tiba2 terdengar teriakan2 lagi… turtle…turtle… mana nih ? Wah.. itu dia, sedang berenang dari bawah ke atas untuk ambil nafas. Gayanya anggun sekali. Kami senang luar biasa, baru kali ini snorkel dan lihat turtle berenang di depan mata kami.

Turtle

Turtle

Kami termasuk beruntung karena bisa melihat turtle langsung setelah sekitar 10-15 menit snorkeling di titik ini. Kata pak John, ada yang sampai nunggu sejam baru nongol turtle nya. Turtle adanya memang di laut yang bagian dalam, jadi maklum kalo fotonya biru semua gitu, karena memang laut dalam itu tidak tembus sinar matahari sampai ke bawah. Makanya perlu mata yang jeli juga untuk bisa melihat binatang2 unik di laut saat snorkeling. Yang mau lihat video turtle nya bisa buka fan page Pasangan Traveling yah.. ada di situ 😉

fish-3

Spot ini cukup asik untuk dinikmati sehingga kami snorkeling sekitar 45 menit di sini. Setelah agak lelah, kami pun kembali ke perahu untuk istirahat. Pak John pun kemudian mengajak kami minggir dari keramaian, perahu mengarah ke spot berikutnya, Lekuan 3. Katanya di sana lebih tenang, tidak banyak pengunjung yang ke sana.

fish4

Spot #3 : Lekuan 3

Walau lumayan lelah, namun begitu kami nyemplung langsung segar lagi. Gimana engga, di sinilah yang kami sebut “surga”nya Bunaken. Underwaternya betul2 kereeeeen… baik dari segi terumbu karang yang luar biasa warna dan bentuknya, maupun ikan2nya. Langsung liat sendiri aja ya foto2nya.

Terumbu karang aneka jenis dan warna

Terumbu karang aneka jenis dan warna

Semua foto2 ini kami ambil saat snorkeling di permukaan loh ya.. bukan diving. Ambil fotonya juga ga pake kamera canggih, cuma kamera compact waterproof biasa aja. Memang lautnya jernih banget dan matahari bersinar cerah sekali.

underwater

fish5

 

 

 

 

 

 

 

 

Di sini terdapat lebih banyak species yang unik dan selama ini kami belum pernah ketemu. Yang namanya cape sudah 1 jam lebih snorkeling langsung terlupakan. Yuuk.. kita berburu ikan2 unik di sini.

Spotted box fish

Spotted boxfish

Betul2 bikin lupa daratan deh spot yang kali ini.. dalam artian sesungguhnya. Tiba2 pengen menjelma jadi ikan yang bisa nafas di dalam laut 😉

Orange skunk clownfish - sepupunya nemo

Orange skunk clownfish – sepupunya nemo

 

Ikan mini yg cantik dan bubble anak ikan - dari telur mau menetas ini sepertinya. Keren !

Ikan mini yg cantik dan bubble anak ikan – dari telur mau menetas ini sepertinya. Keren !

Bener2 pengalaman yg sangat menyenangkan. Bisa senyum2 sendiri di dalam air, liatin karpet2 laut yang kayanya empuk banget.. trus ikannya pada tidur2an di situ *jadi inget piaraan di rumah* Ga kerasa ternyata kami snorkeling di titik ini sekitar sejam. Itu pun rasanya masih betah deh kalo diterusin. Cuma tenaga sudah habis nih, total snorkeling time sudah 2 jam lebih di 3 titik selam.

Pulau Bunaken

Sekarang sudah pukul 11.30, kami mau makan siang dulu. Jadi kami pun mendarat di pulau Bunaken, yaitu di Pantai Liang. Pulau Bunaken ini punya 2 sisi. Pantai Liang yang ramai dengan tempat makan dan souvenir dan lebih banyak disukai tamu lokal, serta pantai Pangalisang di sisi satunya yang lebih sepi, dengan banyak resort dan disukai tamu asing.

 

bunakenTernyata sudah banyak kapal yang mendarat di pulau ini. Baik kapal penumpang umum maupun kapal2 pengangkut wisatawan. Turun dari kapal menuju pantai, kami menemui banyak sekali bintang laut yang bentuk dan warnanya persis seperti yang kami temui di pulau Pasir, Belitung (lihat trip Belitung). Kalo di Belitung hanya ada beberapa (tidak sampai 5), di sini jumlahnya puluhan. Malah kami berjalan harus hati2, takut menginjak mereka. Kasian kan kalo terinjak.

Kami diajak pak John ke tempat makan yang paling besar di bagian pantai paling kanan (menghadap pulau). Namanya rumah makan Marwah. Karena kenal dengan pemiliknya, pak John membawa kami masuk ke dalam dapurnya. Kami bisa melihat dan memilih langsung ikan yang hendak disantap. Ada beberapa jenis ikan, kami pilih ikan bobara yang khas Manado. Ikannya cukup besar dan dagingnya tebal.

Di sini harganya bukan per menu tapi per orang. Nanti akan disediakan nasi, ikan bakar dan sayurnya.

Catatan : Harga standar adalah Rp.75.000 per orang. Jika ditawar, harga bisa menjadi Rp.70.000 per orang. Namun jika datang sebagai turis dan tidak memastikan harga di depan, bisa dikenakan harga Rp.100.000 per orang. Jadi sekali lagi, pastikan dulu harganya di depan ya.

Nah, ini dia penampakan makan siang kami hari ini. Nasi, sayur kangkung, bakwan, kerupuk dan sambal dabu2. Dikasi air mineral juga 1 gelas per orang. Kami nambah menu ikan yang dimasak sup asam, pengen cobain menu berkuah soalnya. Itu harganya terpisah, 50 ribu seporsi.

Our lunch @ Bunaken

Our lunch @ Bunaken

Selesai makan, pas mau bayar, kami disodori bon Rp. 100.000,- per orang. Jeff langsung protes karena tadi awalnya dijanjikan Rp. 75.000,- per orang. Untung ada pak John yang mengingatkan sehingga dengan santainya si kasir mencoret angka 100.000 dan menuliskan angka 75.000  di atas angka yang dicoret tadi. Wah kacau sekali harga di sini.

Di sini banyak toko souvenir, penyewaan alat snorkeling/diving, hotel, dan juga tempat makan. Ramai sekali seperti pasar. Rupanya banyak orang Manado yang suka main ke pantai ini, sekedar makan-makan dan kembali lagi ke Manado. Pantainya sendiri kurang menarik untuk bisa digunakan beraktivitas karena di bagian pingir sudah tertutup kursi dan meja makan. Bayangkan saja, ratusan mata akan melihat kita yang bermain di pantai. Di beberapa bagian pantai juga terdapat sampah, walau di bagian terdepan masih cukup bersih.

Pantai Liang

Pantai Liang

Setelah makan siang, awalnya kami mau snorkeling di daerah Siladen. Namun ternyata angin cukup kencang. Perjalanan ke sana, artinya melawan ombak yang cukup tinggi. Kapal kecil kami terbanting2 melawan arus. Pak John menyarankan untuk beralih ke titik snorkeling yang lain. Ya sudah, kami sepakat.

Spot #4 : antara Muka Kampung dan Lekuan 1 (Kelapa Pendek)

Di titik ini, hanya ada 1 perahu yang sedang standby. Rupanya sedang menunggu yang menyelam. Agak bingung mereka melihat kami snorkeling di titik ini. Ga populer nih tempatnya. Kami hanya mau menghabiskan waktu sebentar lagi untuk main2 di bawah air sih, udah puas sebetulnya snorkeling di Lekuan tadi.  Jadi ga usah bawa camera deh ya kali ini.

Lekuan 1

Tak lama snorkeling, kami menemukan ikan nemo (ikan badut/clownfish). Kami sudah lama cari2 ikan ini karena biasanya dia banyak bersembunyi di anemon dan belum punya fotonya. Tadi memang sudah ketemu clownfish di Lekuan 3, tapi yang tadi jenis strip nya lain.

Gara2 si nemo inilah, akhirnya kami melambaikan tangan ke pak John, meminta agar dia membawakan kamera kami. Oya, setiap kali kami ingin mengakhiri snorkeling atau ingin istirahat di perahu, kami tinggal melambaikan tangan saja dan pak John akan mengarahkan perahunya ke dekat kami. Asik banget yaaa… ga perlu susah2 cari posisi perahu ada di mana dan berenang menghampiri.

Lekuan 1 - fish

Setelah kamera di tangan, mulailah hunting kami mencari lagi si nemo. Haduh, dimana ya tadi.. hilang arah nih. Maklum, dunia bawah laut tidak terbatas. Akhirnya malah ketemu biota laut lain yang ga kalah cakepnya. Di sini jenis ikannya lebih unik2 loh, tapi jumlahnya ga terlalu banyak. Kami malah menikmati snorkeling di sini. Sampai2 orang yang tadinya nongkrong di perahu sebelah jadi penasaran dan ikutan snorkeling trus jadi teriak2 kesenengan.

Lekuan 1 - ikan

Arusnya di sini cukup kuat. Jadi jangan melawan arus deh, kita santai aja snorkeling ikutin arus. Nanti kan tinggal melambai2 dan perahunya yang akan datang, hehe.. Feel really safe ! Setelah lama mencari2, akhirnya kami berhasil menemukan lagi si nemo itu dan dengan senang memotret keberadaan makhluk cantik ini. Mission accomplish !

Ketemu nemo si badut (clownfish)

Ketemu nemo si badut (clownfish)

Ga terasa, kami snorkeling di titik ini sekitar sejam. Wow ! Soalnya tenaga sudah fresh lagi sih, tadi kan habis makan siang, hehe.. Ternyata kami sudah terbawa arus cukup jauh dari titik awal snorkeling kami. Awalnya mulai di sekitar muka kampung dan berakhir di sekitar Lekuan 1. Oke, sudah cukup ! 

Muka cerah sehabis snorkeling

Muka cerah sehabis snorkeling

Dengan menjelajah 4 titik selam dan menikmati snorkeling total sekitar 3 jam lebih, kami merasa sudah sangat puas. Taman Laut Bunaken memang luar biasa indah ! Kami bisa bertemu beraneka terumbu karang yang berwarna-warni dan bentuknya ga hanya seperti batu karang, tapi seperti karpet, rumput, kaktus, bunga, bahkan syal bulu2. Semuanya bergerak2 di dalam air, menunjukkan bahwa itu adalah mahluk hidup, bukan sekedar batu berwarna. Kami juga bertemu turtle, clownfish yang lucu, jellyfish, ikan kerapu, bintang laut, waaah.. pokoknya keren banget deh ! Siapa bilang harus diving untuk bisa menikmati Bunaken ?

Perjalanan kembali ke hotel, merupakan perjalanan basah2an. Kapal kecil kami harus menerjang keras dan melawan ombak yang menghantam kami. Alhasil, kami semua yang ada di dalam kapal basah kuyup. Kami terguncang2 hingga terlempar dari tempat duduk kami. Beberapa kali hempasan ombak langsung menghantam muka, sehingga lebih baik memalingkan muka atau menutup mata saja supaya tidak pedih. Malah kami dikasi ‘bonus’ sama pak John ketika kapal mendekati jetty hotel dengan menghantamkan kapal ke tengah2 ombak sejadi2nya dan ngesot. Pengalaman tak terlupakan !

Inilah pengalaman snorkeling kami berdua dengan titik terbanyak, waktu terbanyak, dan tempat bawah laut terindah. Walau banyak rintangan dan halangan sebelum kami snorkeling, tetapi kami bersyukur diberikan cuaca yang sangat cerah dan matahari bersinar terik dari awal hingga akhir snorkeling. Kecantikan dunia bawah laut Bunaken semakin menambah kekaguman kami akan kekayaan alam Indonesia.

Selesai snorkeling, kami memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu kami di hotel saja. Setelah bersih2 badan dan beristirahat sejenak, menjelang sore kami jalan2 seputar hotel dan ke arah jetty.

jetty

Sebetulnya hotel ini merupakan property yang bagus. Dengan area taman dan jetty yang indah. Sayang, service nya mengecewakan, sehingga untuk bisa menikmati snorkeling saja butuh perjuangan yang melelahkan secara fisik dan menjengkelkan secara emosional. Belum lagi banyaknya permasalahan lain yang terkait dengan attitude para staf nya. Ya sudahlah, yang penting tujuan kami ke Bunaken sudah terlaksana.

hotel

Hotel Grand Luley

Maksud hati sore ini hendak melihat sunset yang terletak di sebelah Manado Tua. Apa daya, awan cukup tebal sehingga sunset terhalang. Walaupun kami masih bisa menikmati semburatnya, tak lama setelah itu hujan pun turun.

Kenangan snorkeling setelah senja..

Kenangan snorkeling setelah senja..

Day 4 – Going Home                                                                          

Pagi ini gerimis, sehingga tidak ada sunrise. Setelah sarapan, kami minta dipanggilkan taksi untuk ke airport. Standard hotel untuk taxi ternyata Dian taxi. Aneh juga, biasanya kan untuk hotel bintang 4 ke atas standard nya Blue bird. Betul saja, AC tidak dinyalakan, buka jendela saja. Awalnya kami pikir AC nya tidak berfungsi. Tapi saat di tengah jalan turun hujan, supir menutup jendela dan menyalakan AC. Yeeee.. bukan dari tadi. Selain itu supir mengemudikan dengan ngebut pada jalanan berliku, cukup ugal2an dengan menyusul tanpa perhitungan. Sampai akhirnya Diana menegur sang supir dan meminta supir supaya mengemudi lebih pelan, karena Diana sudah mulai pusing. Barulah supir mengemudi dengan lebih “sopan”.

Tips : Sebaiknya gunakan taxi Blue bird yang lebih jelas kualitasnya, jika perlu request ke hotel, bisa kok kalo kita minta. Bahkan di tengah kota Manado kami hanya melihat taxi Blue bird yang banyak berseliweran. 

Kuliner khas Manado

Kuliner khas Manado

Perjalanan ke airport memakan waktu kurang lebih 40 menit. Sudah ada jalan tembus baru dari hotel ke airport sehingga tidak perlu melewati pusat kota Manado. Kami tiba di airport Sam Ratulangi. Airportnya tidak terlalu besar tetapi dari segi jumlah toko makanan dan souvenir cukup banyak. Untuk food court (ada KFC juga) terletak di airport bagian depan, sebelum masuk ke pemeriksaan tas dan tiket, lantai 2. Kalo di dalam airport lebih banyak menjual souvenir (kaos, kerajinan, perhiasan, dll) dan juga makanan lokal.

Nah, saat menunggu boarding di airport bagian dalam, kami membeli nasi kuning Manado yang khas karena dibungkus dengan daun janur kuning, bukan disajikan di piring langsung. Ada beberapa tempat makan yang jual. Nasi kuning ini bisa juga dibawa ya buat oleh-oleh karena kemasannya praktis. Rasa nasi dan lauknya nya cukup kuat, cenderung pedas. Selain itu kami juga beli mie cakalang. Rasa daging dan kuahnya segar. Cocok untuk mengakhiri perjalanan kami di Manado kali ini.

Epilog

Perjalanan kali ini walau sifatnya mendadak, namun ternyata menguras uang yang tidak sedikit. Selain biaya tiket pp, ternyata sewa kapal di Manado ini tergolong mahal jika dibandingkan dengan Lombok dan Belitung. Di hotel Grand Luley harga sewa 1,5 juta per kapal untuk transfer Hotel-Bunaken/Siladen pp. Jika hendak snorkeling seperti kami harus tambah 500 ribu lagi, jadi total 2 juta. Kalo rame2 sih lumayan ya, kalo kami kan cuma berdua ya tanggung sendiri deh semuanya. Mahal ya ? Bangeeeet !! Tapi ya sudahlah, mau gimana lagi. Masa mau berenang ke Bunaken ?!

Kalo mau lebih murah bisa sewa kapal dari Pasar Bersehati, katanya sih di bawah 1 juta. Tapi ga tau deh ya, tergantung kepandaian menawar dan musim juga sepertinya. Kalo long weekend seperti kami, bakalan jual mahal dia. Belum lagi akan dipaksa sewa wet suit dan perlengkapan snorkeling. Kalo kami di hotel semua dipinjamkan gratis dan wet suit bukan keharusan. Kualitas fin juga beda sih, kalo di hotel memang fin nya bagus, panjang dan masih lentur. Kalo yang sewa di Bunaken kami lihat lebih kecil2 dan sudah getas. Jadi kalo mau snorkeling serius sebaiknya cari dive center. Kalo cuma snorkeling main2 ya ga masalah sewa di mana aja.

Jika berencana menginap di Bunaken juga perlu dipastikan harga transfer boat ke hotel. Saat survey kami mendapati biaya transfer bisa mencapai 1 juta untuk sekali penyebrangan. Bahkan sebagian besar hotel2 menggunakan rate euro loh, bukan rupiah. Buset deh ya Bunaken ini… Bisa juga naik kapal umum, tapi jadwalnya hanya ada 1 kali yaitu pk 14.00 dari Manado ke Bunaken dan pk. 09.00 dari Bunaken ke Manado. Silakan dicek apakah cocok dengan jadwal kita atau tidak.

Secara umum bisa dikatakan Bunaken bukanlah destinasi yang murah. Kalo kantong lagi cekak sebaiknya tunda dulu ke sini. Tunggu sudah agak “membaik”, hehe.. Untuk tourism business nya lebih ramah dan lebih baik di Bali dan Gili (Lombok) sih, di sini jika ada kesempatan mereka akan menaikkan harga sebisa mungkin. Jadi turis kurang merasa nyaman yah, kesannya harus “perang” dan “waspada” terus jadinya.

Oke.. walau sempat mengalami “insiden” di hotel yang mengakibatkan kami “hampir” tidak bisa menikmati Taman Laut Bunaken, namun kami percaya, di mana ada kemauan di situ ada jalan. Berusahalah sekuat tenaga, berjuanglah, dan nikmatilah hasilnya !! Siap2 lupa daratan ya…. 😉

 

Advertisement
Categories: 2015-2019, ASIA, INDONESIA, Sulawesi | Tags: , , , , , , , , | 10 Comments

Post navigation

10 thoughts on “Manado-Bunaken : 5-8 May 2016

  1. anen donna

    Bunaken bagus..tp masih banyak juga pulau2 yg bagus di manado.ada pulau lihaga yg pasir putihnya bagus banget,pulau gangga,pulau nain,siladen..klo snorkling pulau lembeh gak kalah indaah..
    Saya juga punya pengalaman buruk dengan hotel grand luley..hotel yang bagus tp pelayanan buruk..ra

  2. Cobalah mengunjungi Gorontalo suatu saat nanti.
    Alam bawah lautnya bisa diadu sama bunaken dan raja ampat.
    Untuk resortnya bisa di Pulo Cinta.
    cek disini untuk paket wisata ke Gorontalo http://www.atupatotour.com

  3. Coba deh booking dengan bapak inong,kemaren saya sangat puas pakai jasanya bapak inong,harga murah dan bapaknya sangat profesional … nih nmr hpnya 082187328436 Bapak Inong

  4. Rizki Anggara

    Artikel yang bagus, 085298184812 buat sewa kapal ke bunaken,(pemilik kapal) murah & puas . 👍🏾

  5. Membaca dimana gitu, katanya bawah laut Bunaken sudah rusak. Kalau yg dianggap rusak saja sudah mewah begini, gimana dulunya ya…

    Top postingnya, Kakak, lengkap cerita libur long weekend nya 🙂

    • Bunaken itu luas sekali..jadi kalo di satu titik rusak, ya coba cari titik lain yg masih bagus. Pengalaman kami di 4 titik selam, bunaken timur yg sudah agak rusak. Itu untuk snorkeling ya, ga tau yg utk diving karena kan lebih dalam. Pengalaman teman dan family kami juga beda2, ada yg bilang bagus ada yg bilang kurang bagus. Kesimpulan kami sih tergantung titik selamnya di mana. Seperti bilang Jakarta itu bagus atau engga, ya tergantung liatnya di titik mana, titik kumuh atau titik ancol atau titik monas ? Beda2 kan, hehe..

Leave a Reply to sandysaidbunaken Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: