Prolog
Untuk ke Lombok dari Jakarta itu belum ada budget airlines dan harganya lumayan mahal. Biasanya sekitar Rp. 800.000,- 1 way/org. Jadi untuk 2 org pp bisa sekitar 3,2 juta. Waduuh, mahal banget yah. Padahal itu bukan Garuda loh, kalo Garuda bisa lebih mahal lagi. Makanya ketika ada promo early bird Garuda tahun 2012 yang memasang harga hanya Rp.400.000,- 1 way/org rasanya sulit untuk dilewatkan. Memang booking tahun 2012 untuk terbang tahun 2013, tapi ga masalah.. tetap relatif murah dan sekali-kali naik Garuda boleh dong. Masa naik budget airlines terus, hehe..
Oke, tiket sudah ada. Selanjutnya mulai rancang rute. Dengan 4 hari 3 malam, kira-kira bisa kemana aja yah ? Setelah banyak browsing dan tanya2, ternyata banyak sekali spot-spot yang cantik dan ingin dikunjungi. Ada 3 Gili yang populer itu, pantai Senggigi, pantai Kuta, Tanjung Aan, pantai Pink, Gili Nanggu, Gunung Rinjani, Air terjun Sendang Gile, Air Terjun Tiu Kelep, dan masih banyak lagi. Duuh… ternyata kurang nih 4 hari. Tapi karena tiket sudah fix, yah harus diatur supaya cukup deh 4 hari itu.
Karena kami suka suasana yang sepi, akhirnya kami pilih Gili Nanggu yang katanya cantik, bagus buat snorkeling dan tidak touristy. Selain itu ke Lombok pasti harus ke 3 Gili yang terkenal itu dong : Trawangan, Air & Meno. Tapi karena sudah pilih Gili Nanggu, jadinya kami hanya pergi ke Gili Trawangan yang ramai supaya ada pengalaman yang berbeda. Katanya Gili Air dan Meno cukup sepi, jadinya mirip Gili Nanggu.
Spot nya sudah ada gambaran. Sekarang mulai cari gambaran rutenya, mau ke mana dulu dan berakhir di mana, untuk menentukan akomodasi tentunya. Nah, mulai cari peta Lombok dan ukur jarak. Bandara International Lombok (BIL) ternyata cukup jauh dari spot yang kami incar. Sambil mikirin rute dan tanya-tanya sama anggota CS (couchsurfing) Lombok, eh.. ternyata CS Lombok tersebut menawarkan untuk stay di tempatnya di Lingsar, dekat Mataram. Wah, kabar baik nih. Menarik sekali kalo bisa berkenalan dengan orang asli Lombok (Sasak) dan juga menginap di tempatnya.
Akhirnya setelah berpikir dan berdiskusi, jadilah kami menginap semalam di rumah CS Lombok tersebut, semalam di Senggigi (sebagai persinggahan untuk ke Gili Trawangan) dan semalam di Gili Nanggu (biar puas snorkeling). Cuma supaya rute nya efisien, maka harus disesuaikan dengan jam tiba di BIL dan jam berangkat di BIL. Ini hasilnya :
Itinerary
Sunday, 12 May : BIL, Pantai Senggigi
Monday, 13 May : Berangkat ke Gili Trawangan, Mataram, Lingsar
Tuesday, 14 May : Berangkat ke Mataram, Pantai Kuta, Tanjung Aan, Gili Nanggu
Wednesday, 15 May : Gili Nanggu, BIL
============================================================================
Day 1 : Senggigi (Batu Bolong Beach)
Asiik… akhirnya naik pesawat non budget, alias dapat makan-minum dan dapat jatah bagasi 20 kg/org. Tapi karena kami terbiasa traveling light alias cuma bawa 1 ransel trolley dan 1 ransel kecil, maka jatah bagasi tidak digunakan. Jatah makan-minum nya aja yang digunakan, hehe.. Kali ini kami naik pesawat Garuda yang dijadwalkan berangkat pada pukul 10.50 dan akan tiba di BIL pukul 13.50 (waktu setempat). Perlu diingat bahwa waktu di Lombok lebih cepat 1 jam daripada waktu di Jakarta. Jadi kalo di Jakarta pukul 7 pagi, di Lombok sudah pukul 8 pagi. Hm.. kalo begitu berarti perjalanan Jakarta-Lombok memakan waktu sekitar 2 jam.
Mendarat di BIL, langsung keluar karena ga mesti ambil bagasi. Ternyata ada pemandangan yang menarik. Di area kedatangan, tempat biasanya para penjemput menunggu, ada seratusan penduduk local yang berdiri di balik pagar. Wah, ada apa ini. Kami pikir banyak sekali penjemputnya, mau menjemput siapa yah ? Ternyata usut punya usut, mereka bukan mau menjemput penumpang pesawat. Melainkan hanya mencari hiburan, hihi… lucu yah.. nonton pesawat dan penumpangnya serasa nonton TV. Terbukti ketika semua penumpang sudah keluar dari bandara, para “penjemput” ini pun berbondong-bondong kembali ke lapangan parkir depan bandara dan piknik serta berjualan di sana. Ceritanya sambil menunggu pesawat berikutnya datang. Wow !
Oke, dari BIL kami harus mencari bis damri untuk mencapai Senggigi. Spot pertama kami untuk menginap, sebelum besok pagi berangkat ke Gili Trawangan. Jarak dari BIL ke Senggigi cukup jauh, sehingga biaya taxi tergolong mahal, sekitar 200 ribu sekali jalan. Sedangkan kalo naik bis damri, hanya perlu keluar dana 25 ribu/org. Untuk 2 orang + 2 ransel, tentu kami pilih bis damri doong! Setelah beli tiketnya di depan pintu keluar bandara, kami masuk ke bis nya. Ternyata bis nya bagus, bersih, ber-AC dan nyaman, dengan kapasitas sekitar 20 org (mini bus). Bis menunggu sampai semua penumpang pesawat Garuda keluar dan ternyata penuh juga bis ini.
Perjalanan dari BIL melewati jalanan yang panjang, lurus, mulus, dan sepi. Beda jauh deh sama jalanan di Jakarta. Di kanan dan kiri jalan banyak area persawahan dan beberapa kali melintasi mesjid. Pulau Lombok memang juga terkenal dengan sebutan pulau 1000 mesjid karena banyaknya penduduk yang beragama muslim di sini. Banyak yang bentuk kubahnya mirip atap rumah tradisional Sasak.
Di terminal bis Mandalika (Mataram), bis berhenti. Hampir semua penumpang turun di situ untuk melanjutkan perjalanan masing-masing. Kemudian bis kembali berangkat menuju Senggigi. Wah, ternyata hanya tinggal kami + 1 pasangan muda yang ada di bis. Untuk Senggigi, karena kebanyakan hotel berada di tepi jalan, maka biasanya kita boleh meminta diturunkan di depan hotel tujuan kita, tidak perlu sampai pemberhentian bis terakhir . Lucunya, kami semua ternyata menginap di Sunset House. Haha.. Sip deh. Ga bakal nyasar bis nya.
Perjalanan dari Mataram ke Sengigi ternyata melewati bandara Lombok yang lama, yaitu Selaparang. Wah, kalo mendarat di bandara ini dekat sekali jaraknya ke Mataram atau pun Senggigi. Sayang, sekarang semua penerbangan dialihkan ke BIL. Akhirnya setelah 1,5 jam kami tiba juga di Sunset House.
Hotel ini kecil dan menyebut dirinya sebagai boutique hotel, jadi jangan tanya hotel bintang berapa, karena bintangnya ada di langit, haha.. alias ga punya bintang. Buat kami, yang penting bersih, rekomendasi dari trip advisor termasuk bagus dan lokasinya strategis untuk menikmati pantai. Lokasi hotel ini ada 2, yang utama terletak di sisi jalan yang menghadap ke pantai dan laut. Di situ ada restoran, kolam renang, dan front office. Yang satu lagi adalah tambahan berupa kamar-kamar standard, berada di sisi jalan di sebrangnya. Tapi ga masalah, selalu ada satpam yang siap menyebrangkan antara 2 lokasi hotel itu.
Kami pilih kamar yang standard dan terletak di sebrang jalan karena itu yang paling murah (wong cuma buat tidur doang, kalo tidur kan ga liat apa2). View mah langsung ke pantai aja. Ternyata kamarnya lega dan bagus loooh… untuk ukuran harga 400 ribu/malam. Full AC, ada balkon juga untuk santai dan jemur pakaian. Harga itu juga sudah including breakfast serta penggunaan kolam renang pinggir pantai dan gazebo. Ternyata hotel ini penuh sama turis asing. Kayanya yg domestik cuma kami + sepasang yang barengan itu datengnya.
Sesudah beres2 di kamar, kami pun menyebrang dan mulai jalan menyusuri pantai. Namanya pantai batu bolong. Pantainya bersih dan relative sepi. Sepanjang pantai berderetan hotel, guest house, maupun resto untuk para turis. Hampir semua turis yang terlihat adalah turis asing. Karena ini hari Minggu, ada juga keluarga (penduduk local) yang bermain di pantai. Bahkan banyak juga anjing yang berkeliaran di pantai, bahkan berenang di laut. Wah.. jinak-jinak anjingnya dan mereka tampak bahagia bermain di pantai. Kami senang sekali, kami kan penyayang anjing. Rupanya di daerah situ cukup banyak yang beragama Hindu dan memelihara anjing.
Setelah kami menyusur pantai dan mendapatkan foto-foto sunset, gerimis mulai turun. Kami pun bergegas kembali ke hotel. O,ya.. ada pemandangan menarik tepat di belakang hotel. Ada 2 pohon besar yang tumbuh di pasir pantai. Betul-betul di tengah pantai. Ga tau pohon apa, tapi hebat juga yah.
Di hotel, kami langsung tidur2an di pinggir kolam renang yang ternyata punya view ke arah sunset yang luar biasa indah. Spot yang sangat tepat untuk menikmati karya Tuhan yang luar biasa itu. Walau di tengah gerimis yang sekali-sekali berhenti, tapi sunsetnya tetap kereeeeen. Oya, udaranya sangat sejuk dan segar, tidak lengket. Tidak seperti di Bali atau pantai-pantai kebanyakan yang biasanya panas.
Puas liat sunset, kami kembali ke kamar. Mandi dan siap2 makan. Karena masih agak gerimis, kami pun memutuskan makan di resto hotel saja. Hadap pantai juga, jadi bisa mendengarkan deburan ombak saat dinner. Menu nya ayam taliwang, salah satu makanan khas Lombok. Nikmaaaat.
Day 2 : Gili Trawangan
Pagi-pagi pantai terlihat jauh lebih sepi daripada kemaren sore. Hanya ada 1 turis asing yang terlihat berenang. Kami pun breakfast di resto hotel sambil memandangi pantai dan laut yang tenang. Syukur, udara cerah.. karena agenda kami pagi ini adalah menuju Gili Trawangan dan untuk ke sana kami harus naik kapal.
Setelah check-out, kami pun berangkat ke pelabuhan Bangsal menggunakan taxi. Semua bawaan kami (yaitu 2 ransel) harus kami bawa, karena pulang dari Gili Trawangan kami tidak kembali ke hotel ini lagi, melainkan langsung ke Mataram. Perjalanan melewati garis pantai Senggigi, termasuk melewati Malimbu yang terkenal untuk melihat view laut yang indah.
Pelabuhan Bangsal adalah tempat public boat penyebrangan ke 3 Gili : Trawangan, Air dan Meno. Di sini kami membeli tiket kapal+asuransi seharga Rp.12.500 / orang untuk bisa menuju Gili Trawangan. Sistemnya adalah menunggu sampai 1 kapal penuh, baru berangkat. Penumpang kapal ini kebanyakan adalah warga lokal Lombok yang membawa dagangan ke Gili. Jadi isi kapal sangat beraneka ragam, mulai dari air minum, sayur mayur, buah, berbagai barang-barang belanjaan, sampai sepeda.
Perjalanan menggunakan kapal sekitar 30 menit dan sampailah kami di Gili Trawangan.
Begitu sampai, langsung terasa perbedaannya. Bukan hanya air laut yang jernih, pantai berpasir yang melimpah dan putih bersih, tetapi juga hampir semua isi dari pengunjung di Gili Trawangan ini adalah turis asing, alias bule ! Gila banget deh, serasa lagi berada di luar negri. Turis bule ini berjejer berjemur di pinggir pantai, semua mengobrol dengan bahasa Inggris. Orang lokal yang mata pencahariannya di Gili ini pun jadi ikut berbahasa Inggris. Semua petunjuk arah, papan nama, menu makanan, semuanya ditulis dalam bahasa Inggris. Betul-betul lebih Go International daripada Jakarta. Pantas saja, semua resort di Gili ini membuat fasilitasnya seperti di luar negri, untuk menarik wisatawan luar negri tentunya.
Cantiknya seperti beach di luar negri yaaa…
Oke, untuk meng-explore Gili Trawangan ada 3 alternatif : naik cidomo, naik sepeda dan jalan kaki. Hm.. kami pilih yang tengah-tengah deh, naik sepeda. Jalan kaki entah bisa berapa jam. Naik cidomo terlalu singkat. Nah, sepeda rasanya pas nih. Bisa berhenti kapan merasa lelah atau mau foto-foto. Kami pun sewa 2 sepeda. Jangan lupa, kami masih membawa 2 ransel kami. Jadinya 1 sepeda membawa 1 ransel.
Lumayan berat juga nih bersepeda dengan bawaan di keranjang atau pun di sadel belakang. Sayang deh, ga ada loker atau tempat penitipan barang di sini. Sebetulnya ada jalur khusus buat mengelilingi Gili, bisa buat cidomo, sepeda atau jalan kaki. Tapi ternyata sebagian besar jalanan nya berpasir, alias tidak bisa dikendarai oleh sepeda. Alhasil kami harus turun dan mendorong sepeda kami.
Tips : jika bersepeda, mulailah dari pelabuhan ke arah kiri. Di bagian kiri pulau lebih sepi dan lebih natural (jarang tempat makan). Jadi di awal anda akan terpesona dengan keindahan pantainya dan masih bertenaga untuk mendorong sepeda melalui bagian-bagian yang berpasir dan berat. Jangan lupa bawa botol minum yah, apalagi di hari terik seperti yang kami alami.
Perjalanan bersepeda ini seru juga. Sambil sesekali berhenti mengambil foto dan duduk menikmati keindahan pemandangan di sini. Jika naik cidomo, tentunya semua pemandangan ini akan terlewati dengan cepat. Setelah 1,5 jam mengitari pulau, kami pun sudah kelelahan. Panas matahari juga membuat keringat sudah bercucuran. Betul-betul butuh istirahat nih. Mana sudah jam makan siang, maka kami pun mulai berpikir untuk mencari-cari tempat makan.
Eh.. ternyata pucuk dicinta ulam tiba. Lagi kepanasan, kami pun harus melalui jalan berpasir lagi. Rasanya udah ga sanggup nih tenaganya untuk dorong sepeda. Nah, tepat di tepi jalan berpasir itu, ada bangunan di sebelah kiri jalan (tepi pantai) yang terlihat sangat teduh. Sepertinya menjual makanan dan minuman nih. Karyawan yang berdiri di pinggir jalan pun langsung menawari dengan ramah. “Silakan mampir, kami baru buka, di seberang ada kolam renang yang bisa digunakan gratis, disediakan handuk juga.”
Wah, kayanya itu orang tau aja kami udah ngos ngosan genjot sepeda. Tapi kami lebih tertarik melirik daftar menu yang ada di pinggir jalan. Biasanya kan tempat bagus begitu harganya mahal. Eh, ternyata harganya hampir sama dengan harga di Jakarta. Oke lah kalo begitu, kita mampir. Ffiuh… Legaaaaa… Adeeeem…. Rasanya enak sekali bisa bernaung di tempat teduh setelah 1,5 jam dijemur di bawah terik matahari.
Ternyata memang restoran ini (sebelah kiri jalan-tepi pantai) adalah bagian dari hotel di sebrangnya (sebelah kanan jalan). Namanya Jambu Luwuk. Mereka baru buka beberapa hari sebelumnya. Pantes saja lagi banyak promo. Karena agenda hari ini padat, terpaksa deh kami lewatkan tawaran berenang gratisnya.
Setelah istirahat dan menyegarkan diri, kami sempatkan foto-foto dulu di tempat cantik ini. Karyawan tadi pun membantu dengan senang hati untuk memotret kami berdua. Thanks pak !
Wah, sudah 2 jam lebih dari sejak kami sewa sepeda. Padahal rencananya sewa sepeda cuma 2 jam. Waduh, masih jauh lagi dari dermaga. Ayo, kita mesti bersepeda lagi nih, kembali ke dermaga.
Kali ini dengan tenaga yang baru kami pun melaju kencang. Eits.. ternyata jalannya buntu saudara-saudara. Iya.. betul ! Jadi jalan ini tiba-tiba menghilang dan kami menghadapi laut yang di pinggirnya hanya batu-batu karang dan tidak ada pantainya. Haiyaa… gimana cara lewatnya ? Sambil bingung, kami melihat dari arah berlawanan ada turis bule yang lewat dengan cara berjalan di atas batu sambil mengangkat sepedanya.
Gawat deh. Jalan aja udah susah di atas batu, apalagi sambil angkat sepeda ? Inget loh, sepeda ini juga bermuatan ransel yang lumayan berat. Sambil kami berpikir (tentunya berhenti bersepeda dong), ternyata di belakang kami sudah antri beberapa bule bersepeda yang sama-sama bingung dan menunggu kami memutuskan. Alamak !
Kami pun tanya-tanya sama orang lokal yang ada di situ dan dia bilang “terus aja, betul… lanjut..” Waduh, enak aja dia ngomog lanjut. Caranya itu gimana ??!! Akhirnya kami melihat alternatif lain, yaitu naik ke halaman resort di sebelah kanan. Memang agak tinggi dan kami harus melewati pagar. Tapi ngangkat sepeda lewatin 1 pagar tentu lebih mudah daripada harus gotong sepeda sepanjang batu-batu itu.
Akhirnya dengan nekad, kami terobos aja deh. Sambil diliatin sama turis yang lagi santai2 di halaman resort itu kami pun cuek saja. Salah sendiri, jalannya kaga ada. Hm.. kayanya seperti villa punya orang yah. Ah, ga tau lah. Yang penting setelah itu kami kembali menemukan pantai berpasir dimana bisa kembali dorong sepeda. Kayanya banyakan dorong sepedanya daripada naik sepeda deh di Gili ini.
Namun setelah beberapa saat mendorong sepeda. Wuiiih….. Speechless…. Itu pemandangan yang luaaaaaaar biasa indaaaaaaaah banget. Mau nangis rasanya, saking terharu dan kagum. Betul2 pasir putih, laut gradasi hijau biru berpadu dengan langit biru dan awan yang putih berarak. Karya Tuhan yang luar biasa dan cuaca yang begitu cerah yang Tuhan berikan buat kami. Bersyukur juga buat mata yang Tuhan berikan, yang lebih canggih dari kamera mana pun untuk bisa menangkap pemadangan yang indah ini.
Kami lamaaa sekali di tempat itu. Ambil foto dan menikmati sekali keindahan ini. Pengalaman bersepeda di pasir, kemudian mencoba untuk bermain dan mendorong sepeda ke laut. Diana sangat menikmati moment ini. Kalo boleh, khusus pantai ini dinamai Diana’s beach. Karena kami yakin, tidak banyak orang yang berkunjung ke Gili Trawangan bisa menemukan dan menikmati pantai ini.
Jeff pun membuyarkan semua lamunan Diana dengan mengingatkan bahwa kami harus mengejar waktu. Oke, bye pantai cantik..
Ternyata dari situ kami hanya butuh waktu sebentar untuk kembali tiba di dermaga. Kembalikan sepeda, hitungan waktunya 2 jam 45 menit. Padahal katanya orang-orang biasa sewa sepeda mengelilingi pulau sekitar 1,5 – 2 jam. Haha… kami yang sudah tua sehingga lambat bersepeda atau terlalu menikmati sehingga kebanyakan berhenti ? Entahlah..
Tidak jauh dari dermaga, kami mampir ke turtle conservation. Di situ kami melihat penyu laut. Ada juga tempat telurnya ditetaskan. Duh, pengen banget berenang sama penyu di laut. Tapi karena belum kesampaian, yah.. lihat di sini saja dulu deh.
Sudah hampir jam 2 siang. Kami harus kembali menyebrang ke Lombok agar gelombang laut tidak semakin ganas menjelang sore. Setelah membeli karcis public boat, kami pun naik ke kapal. Betul saja, ombak sudah semakin besar. Untuk naik ke kapal pun perlu perjuangan dan basah-basahan. Perjalanan pun terasa lebih lambat daripada pagi hari ketika laut masih tenang.
Tiba kembali di Pelabuhan Bangsal, kami lalu naik cidomo ke arah luar (10 ribu rupiah saja untuk kami berdua). Di luar, kami pindah ke taxi dan menuju Mataram karena janjian ketemu di mataram mal sama CS Lombok, namanya Ms. Laely (mbak Elly). Perjalanan dari Bangsal ke Mataram melalui jalur hutan Pusuk, yang terkenal banyak monyet di pinggir jalan.
Sore itu hujan di sepanjang perjalanan ke Mataram. Kontras sekali dengan teriknya matahari tadi saat di Gili Trawangan. Tiba di mal Mataram pun masih hujan. Akhirnya mbak Elly dan anaknya menjemput kami di depan pintu mal. Karena masih hujan, kami tidak bisa kemana-mana dan langsung saja mengarah ke rumah mbak Elly di Lingsar. Iya, malam ini kan memang kami rencananya nginap di rumah beliau.
Di perjalanan kami sempat membeli beberapa jenis sate khas Lombok, lontong dan sayurnya. Ceritanya buat makan malam. Sejalan ke rumah mbak Elly, kami pun mampir ke pura Lingsar yang cukup terkenal itu.
Untung saja hujan sudah mulai reda, tinggal gerimis kecil saja. Jadi kami bisa jalan-jalan di area Pura.
Pura ini adalah saksi dari keharmonisan masyarakat Muslim dan Hindu. Mengapa ? Karena pura yang biasanya merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu, ternyata di sini juga kerap digunakan untuk acara-acara keagamaan umat Muslim. Wah, hebat juga yah. Betul-betul ada toleransi antar umat beragama. Mata air di sini pun dianggap keramat. Tentunya sangat menyenangkan ketika berjalan-jalan di Pura Lingsar ini sambil ditemani dan diceritakan serba serbinya oleh mbak Elly sebagai penduduk lokal yang rumahnya tidak jauh dari Pura ini.
Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah. Sudah gelap juga nih sekarang. Kami hanya bisa melihat bahwa halaman rumah ini sangat luas, mirip kebun besar sebetulnya. Lalu kami langsung masuk ke dalam rumah, beres-beres dan siap-siap untuk makan malam.
Kami makan malam ber-4 di meja makan yang berada di teras rumah. Haduh.. enaknya makan sambil merasakan udara sejuk. Menu dinner kali ini adalah 3 jenis satay : satay kerang, satay pusut (cincang ikan), dan satay sapi. Ada juga 2 jenis lontong : bentuk segitiga daun pisang dan bentuk lonjong seperti cerorot. Ditambah 2 jenis sayuran. Wah, mantap deh !! Selamat makan !
Setelah makan, kami masih ngobrol lama dengan mbak Elly. Seru banget deh, maklum sesama penyuka traveling. Kami banyak belajar mengenai Lombok dan juga mutiara. Mbak Elly ini ahli mutiara loh. Tidak terasa sudah jam 11malam lewat. Padahal esok pagi kami harus sudah berangkat lagi ke Mataram, ikutan mbak Elly yang harus mengantar anaknya sekolah. Okay, waktunya tidur dulu. Di sini tidak perlu AC, udaranya betul-betul sejuk, bahkan cenderung dingin.
Day 3 : Pantai Kuta, Tanjung Aan & Gili Nanggu
Pagi-pagi mbak Elly sudah menyiapkan sarapan mie yang sehat buat kami. Wah, thanks a lot mbak. Nah, kali ini kami sarapan sambil menikmati pemandangan kebun sekitar (kan semalam gelap jadi ga terlalu kelihatan). Ternyata selain banyak pohon buah-buahan, mbak Elly juga penggemar bunga anggrek. Banyak varian yang bagus-bagus. Setelah selesai sarapan, kami pun berangkat ke Mataram.
Setelah mengantar anak mbak Elly ke sekolah, kami pun dibawa mampir ke taman di tengah kota Mataram. Taman Sangkareang namanya. Di situ biasanya orang lokal Mataram berkumpul jika ada acara atau upacara. Besar juga tamannya, pagi itu ada beberapa kelompok orang yang bersantai dan duduk-duduk di situ.
Di tengah taman terdapat air mancur. Jika dilihat pada pagi hari seperti saat ini, dengan adanya matahari maka kita dapat melihat pelangi. Cantik deh. Air mancur nya pun berubah-ubah arah dan bentuknya. Menarik untuk dinikmati.
Dari situ kami diantar ke tempat belanja oleh-oleh, yaitu toko Phoenix. Brand “Phoenix” ini cukup terkenal memproduksi banyak oleh-oleh khas Lombok.
Akhirnya kami pun harus berpisah dengan mbak Elly. Agenda kami hari ini cukup padat, yaitu mengunjungi pantai Kuta dan Tanjung Aan di bagian selatan Lombok, serta menyeberang ke Gili Nanggu. Setelah di-drop di mal, kami pun mencari taxi untuk melanjutkan perjalanan.
Tujuan pertama adalah pantai Kuta. Bukan hanya Bali yang punya pantai Kuta, Lombok juga punya. Dari Mataram, kita kembali melalui jalan yang menuju airport namun tidak belok ke arah airport melainkan terus saja ke selatan. Perjalanan lumayan lama. Setelah 45 menit, akhirnya kami tiba di pantai Kuta.
Wah, begitu tiba.. di depan kami terbentang pantai dan laut yang luas serta bersih. Sepi… hanya kami saja pengunjung yang ada di sana. Di tepi ada rombongan penjual souvenir dan setelah beberapa saat, ternyata ada sepasang pengunjung lagi yang datang tapi hanya berada di tepian saja. Memang, harus diakui bahwa Lombok memiliki banyak pantai yang cantik dan masih natural. Tidak banyak pengunjung yang memadati seperti di Bali. Namun begitu, banyak sekali guest house di sekitar area pantai ini. Untuk hotel sejauh ini hanya Novotel saja yang ada.
Kami pun menikmati pantai ini sambil berjalan kaki ke arah kiri. Makin ke kiri, ternyata butiran pasirnya makin besar-besar. Seperti biji lada. Jadinya, ketika kami berjalan, maka kaki kami akan mblesek ke dalam karena butirannya tidak mengikat seperti pasir pantai pada umumnya. Inilah khas nya pantai Kuta Lombok.
Selama kurang lebih 30 menit, kami menikmati pantai Kuta ini. Langit yang biru dan awan putih yang berarak, merupakan kombinasi yang sempurna dengan air laut yang bergradasi hijau-biru dan pasir pantai yang coklat. Laut pagi itu cukup tenang, disertai riak-riak gelombang yang landai.
Setelah puas, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pantai Tanjung Aan, tidak jauh dari pantai Kuta. Di sini nuansa nya berbeda lagi. Warna laut terlihat betul-betul biru. Pantainya tidak seluas Kuta, tetapi biru lautnya betul-betul segar dipandang mata.
Bukit yang ditimpa sinar matahari membuatnya berwarna kuning keemasan. Dipadu dengan langit dan laut yang biru cerah, pemandangan ini menjadi hal yang menakjubkan. Pantainya di sini tidak sebersih di Kuta. Masih terlihat banyak ganggang laut di pinggiran pantai. Namun secara umum kami masih bisa menikmati bagian pantai yang bersih persis di tepi laut.
Sesudah menikmati 2 pantai di selatan Lombok ini, kami pun melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Tawun. Untuk menyeberang ke Gili Nanggu, bisa melalui 2 pelabuhan, yaitu Tawun dan Lembar. Kami memilih Tawun karena jaraknya lebih dekat ke Gili Nanggu. Naik boat hanya 15 menit, jika dari Lembar memakan waktu 30-45 menit by boat.
Ternyata perjalanan ke pelabuhan Tawun ini cukup jauh dan melewati jalan kecil berkelok-kelok. Wah, butuh perjuangan nih kalo ga tau arah. Waktu tempuh dari Tanjung Aan ternyata hampir 2 jam ke pelabuhan Tawun ini. Padahal menurut informasi yang kami cari sebelumnya, katanya perjalanan hanya makan waktu sekitar 1 jam. Yah, karena jalan kecil dan berkelok, maka kecepatan mobil pun tidak bisa maksimal. Belum lagi banyaknya truk yang mau tidak mau membuat kami kadang perlu antri dulu sebelum dapat menyusulnya.
Cape juga nih di jalan. Semoga destinasinya betul-betul sebanding yah. Tiba di Tawun, ternyata pelabuhannya kecil. Kami langsung disambut oleh penduduk lokal yang berfungsi sebagai “calo” di situ. Setelah mengetahui bahwa kami akan menginap di Gili Nanggu, mereka pun memberikan harga 600 ribu untuk boat return. What ??!! Saya diinformasikan oleh pihak hotel Gili Nanggu bahwa harga boat pp adalah 250 ribu.
Ini sih namanya pemerasan ! Saya pun tidak terima. Saya menelpon pihak hotel dan melaporkan masalah ini. Pihak hotel menjelaskan bahwa biaya 250 ribu adalah “jika” menggunakan boat dari pihak hotel dan kami harus menelpon hotel “sebelum” kami tiba di Tawun. Jadi pada saat kami tiba di Tawun pihak hotel sudah standby. Tapi jika sudah terlanjur seperti ini, maka kami harus dealing sendiri dengan lokal people di Tawun. Namun, biasanya harga tidak akan berbeda jauh, tidak sampai 600 ribu.
Maka saya pun meminta pihak hotel untuk berbicara dengan para “calo” itu karena jika memang harganya terlalu mahal, bahkan lebih mahal daripada harga kamar saya di Gili Nanggu (yaitu 450 ribu) kan tidak make sense. Akhirnya hp saya berikan ke calo tersebut dan mereka berbicara dengan bahasa lokal mereka. Saya tidak tahu apa, tetapi keliatannya cukup sengit. Setelah beberapa saat, hp dikembalikan kepada saya dan “calo” tersebut mengatakan agar kami menunggu sebentar. Dia pun pergi, katanya mau mengambilkan karcis.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ada orang lain yang menghampiri kami sambil memberikan karcis. Kelihatannya petugas resmi. Di karcis tertera harga 300 ribu untuk boat pp (dengan tulisan tangan). Ya sudahlah, kami sudah letih berdebat. Perbedaan 50 ribu pun kami terima.
Haaa… lega rasanya ketika kami sudah duduk di dalam boat. Nelayan yang mengantar kami sangat baik dan ramah. Dia bilang, sekarang ini ombaknya sedang tinggi, jadi tidak banyak yang berani menerjang ombak. Nah loh.. aman ga nih jadinya ? Dia sih menenangkan kami dan berkata bahwa dia sudah pengalaman dan seharusnya tidak akan terjadi apa-apa. Ya sudah, berdoa saja kalo begitu.
Betul saja, selama perjalanan boat cukup terombang ambing. Beberapa kali air laut bercipratan ke dalam boat. Setelah sekitar 20 menit, tibalah kami di Gili Nanggu. Bapak nelayan pun menginformasikan bahwa besok pagi, dia juga yang akan menjemput kami di Gili Nanggu dan menyebrangkan kami kembali ke Tawun. Ok, sampai besok pak!
Di front office, kami kembali berbincang mengenai peristiwa “tidak enak” di Tawun tadi. Rupanya memang ada perjanjian tidak tertulis bahwa pihak hotel akan membiarkan para tamu nya menggunakan boat nelayan dari Tawun. Maksudnya adalah untuk berbagi keuntungan dengan masyrakat setempat. Namun biasanya harga yang diberikan di Tawun adalah 300-350 ribu untuk pp, tidak sampai 600 ribu. Mungkin mereka coba-coba. Makanya pihak hotel juga sempat marah dengan para calo tersebut.
Jadi membayangkan bagaimana kalo turis asing yang datang ke Tawun dan mendapat perlakukan seperti ini ? Bukankah itu akan berdampak buruk bagi pariwisata kita juga ? Sayang sekali.. bukannya disambut ramah dan menawarkan harga yang “wajar”, mereka malah menggunakan kesampatan untuk “memeras” para pengunjung. Padahal kalo pengunjung ke Gili Nanggu sepi, mereka juga kan yang rugi.
Tips : Sebaiknya jika mau menginap di Gili Nanggu, buatlah janji dengan pihak hotel untuk menjemput di pelabuhan Tawun atau Lembar. Pastikan boat hotel sudah tiba sebelum kalian tiba di pelabuhan. Memang uangnya masuk ke pihak hotel, bukan ke masyarakat langsung. Tapi apa boleh buat ? Kalau cara mereka seperti preman begitu, yah lebih baik cari aman toh ?!
Setelah check-in, kami pun diantar ke cottage kami. Wah, ternyata sedang ada renovasi besar-besaran di sini. Pantas saja harga cottage naik cukup tinggi dari sebelumnya. Tapi kalo memang untuk kualitas yang lebih baik, no problem. Kami memesan cottage yang menghadap ke laut (sea-view) dengan fasilitas fan (tidak ada AC). Dan ini adalah pilihan yang sangat tepat ! Di sini hawanya sejuk, tidak perlu AC. Pemandangan dari cottage ini sangat indah, langsung menghadap laut dan bisa menikmati sunrise. Sedangkan untuk cottage yang ber-AC, pemandangannya menghadap ke pantai dan laut di belakang pulau yang agak kurang terawat. Posisinya pun agak jauh dari pantai sehingga sulit untuk bisa menikmati sunset dari cottage.
Cottage kami berbentuk rumah adat Sasak Lombok, dengan 2 lantai. Lantai dasar adalah kamar mandi, teras untuk jemur pakaian basah + kursi panjang untuk duduk melihat pemandangan laut dan hammock. Lantai atas adalah kamar kami. Kamar memiliki balkon untuk menikmati view laut seperti pada gambar di samping.
Repotnya adalah bagian tangga berada di luar kamar. Pintu kamar di atas dan pintu kamar mandi di bawah arahnya tidak sama. Jadinya untuk naik turun ke kamar mandi, harus melewati tangga di luar kamar dan berputar ke sisi lain cottage.
Yang sangat menarik adalah bagian ranjang di dalam room nya. Suit…suit… romantis deh, dengan kelambu dan pernak perniknya, seperti ranjang honeymoon, haha..
Oke, cukup sudah mengagumi cottage kami. Saatnya makan siang… iya lah… sudah lapar banget nih. Tidak terasa sudah hampir jam 2 siang. Maka kami pun membuka bekal kami. Oya, tadi pagi mbak Elly menemani kami membeli bekal untuk makan siang. Sengaja kami sudah siapkan bekal, supaya tidak repot cari-cari makan lagi untuk siang hari, jadi bisa makan di jalan ceritanya. Eh, ternyata lupa makan dan baru sekarang deh siap disantap. Menunya adalah nasi campur Sukaraja, rekomendasi mbak Elly (dan ternyata tidak salah, enak banget memang dan murah).
Cari posisi yang asik dulu nih buat makan. Mumpung sudah di cottage, kita makan siang di teras sambil menikmati view laut yah. Ini dia hasilnya :
Betul-betul pengalaman tidak terlupakan. Makan nasi campur enak pake tangan, sambil duduk angkat kaki di teras, mata memandang pantai dan laut serta telinga yang mendengarkan debur ombak. Betul-betul memuaskan semua panca indera !! Ditambah lagi : berdua dengan pasangan. Wuiiih… perfect !!
Asal tau aja, malam ini tamu yang menginap di resort ini cuma kami berdua. Yup.. serasa pulau milik pribadi yah. Mungkin karena ini belum musim turis dan sebagian cottage masih direnovasi. Padahal kalo diintip di papan reservasi, sudah banyak reservasi dari turis asing sampai dengan 6 bulan ke depan. Wow, how lucky we are !
Setelah kenyang dan istirahat sebentar, kami pun siap-siap main ke laut. Sayang cuaca agak mendung sehingga ombaknya cukup besar. Kami yang tadinya mau snorkeling, ternyata tidak berhasil melihat apa-apa karena airnya keruh dan bergejolak. Akhirnya kami memutuskan untuk menunda snorkeling hingga esok pagi dan menggunakan sore ini untuk menyusuri pantai saja.
Menyusuri pantai yang ada di bagian depan pulau ternyata cukup panjang. Kami pikir bisa memutari pulau, tapi ternyata tidak bisa. Sampai ujung tertentu, pantai tidak ada lagi dan penuh dengan pepohonan. Tapi kami jadi bisa menikmati pantai yang betul-betul sepi dan sangat natural.
Dari situ kami ke bagian belakang pulau. Di pantai belakang ini banyak terdapat pecahan kerang dan karang. Rupanya terbawa ombak ke tepian saat pasang dan tidak dibersihkan. Sebetulnya merupakan bukti bahwa memang terumbu karang dan hewan laut di tempat ini sangat banyak yang terdapat di bibir laut dekat pantai. Sayang memang, di bagian belakang ini banyak koral yang sudah rusak, sehingga ikannya sedikit. Jadi memang untuk snorkeling disarankan di bagian depan, dimana koralnya masih bagus dan memang dilindungi dan dipelihara oleh pihak resort.
Puas jalan-jalan di pantai dan main air, maka kami pun mengunjungi restoran. Habis tidak ada alternatif lain untuk pesan makan di Gili ini. Karena berada di pulau, tentu menu utamanya ikan segar hasil tangkapan dong. Maka kami pun meminta menu tersebut. Karena lokasi restoran ada di tengah pulau, dimana dikelilingi oleh hutan dan tidak ada pemandangan yang menarik, maka kami pun meminta makanan diantar ke kamar.
Setelah santap malam di kamar, kami pun menyempatkan diri untuk bersantai di lantai dasar (duduk-duduk dan mencoba hammock). Sayang sudah terlalu gelap, sehingga kami tidak bisa melihat pemandangan apa pun selain mendengarkan deburan ombak. Okay, lebih baik kami segera tidur agar besok pagi bisa menikmati sunrise dari kamar.
Day 4 : Snorkeling @ Gili Nanggu
Hari terakhir di Lombok. Sedih juga, tapi yah.. namanya traveling kan pasti ada akhirnya. Pagi-pagi kami terbangun dengan cahaya terang yang menyeruak masuk ke tempat tidur. Yup, pintu pembatas kamar menuju balkon memang terbuat dari kaca, sehingga cahaya dari luar bisa menembus masuk. Dalam hal ini, rupanya cahaya ini berasal dari matahari yang bersembunyi di balik awan. Hasilnya adalah semburat warna yang sangat cantik di langit.
Kami belum sempat bergerak dari tempat tidur, tapi mata ini sudah disuguhkan pemandangan yang luar biasa. Jeff cepat-cepat bangkit dan mengabadikan moment ini dengan kamera di balkon, sementara Diana tetap menikmati moment ini sambil tiduran di ranjang. Kapan lagi bisa begini ?
Beberapa menit kemudian, matahari mulai meninggi dan awan semakin gelap. Waduh, jadi kayak sunset nih.. Kami agak khawatir juga, kalo pagi ini hujan atau mendung lagi, bisa batal snorkeling lagi nih. Hiks.. padahal agenda utama di Gili Nanggu adalah snorkeling. Tapi namanya cuaca kan bukan kita yang atur yah. Jadi ga bisa apa-apa juga. Lebih baik kita siap-siap dan menikmati breakfast di teras. Nasi goreng + buah segar + kopi/teh.
Sudah siap sekarang. Ayo.. kita jalan lagi menyusuri pantai hingga ke tempat snorkeling. Siapa tau cuaca akan lebih cerah.
Begitu keluar dari cottage, mulai gerimis. Ayo dong… jangan hujan… sudah hari terakhir nih. Kami ingin menikmati berenang bersama ikan-ikan cantik yang jinak dan katanya berada dekat sekali dengan garis pantai.
Sambil berjalan melewati dermaga, perlahan cuaca mulai cerah. Puji Tuhan. Kami pun menuju area snorkeling yang sudah ditandai dengan tali oleh pihak resort. Saat menyiapkan perlengkapan snorkeling, tiba-tiba Jeff teriak “ada pelangi”. Betul, ternyata karena gerimis + matahari, maka di langit terbentuk pelangi. Wahh… Tuhan begitu baik sama kami. Pas mau snorkeling dikasih air laut yang tenang, langit yang biru dan pelangi. Kurang apalagi coba ?! Itulah makanya jangan meragukan janji Tuhan yah. Seperti pelangi, akan hadir tepat pada saatnya yang indah.
Pagi itu laut betul2 jernih dan tenang. Sambil duduk di pantai, kami sudah dapat melihat ikan-ikan cantik berenang di bawah air. Luar biasa beningnya air laut di sini. Melangkah 2 meter dari pantai, kami sudah terpesona dengan koral hidup bawah laut yang cantik beserta dengan ikan yang beraneka ragam bentuk dan warnanya.
Ada yang besar, kecil, pipih, gendut, warnanya juga luar biasa indah. Ada yang hitam garis kuning, ada yang biru keemasan, ada yang kuning, wah.. macem2 deh pokoknya. Para ikan itu mendatangi kami karena kami membawa bekal makanan ikan yang dimasukkan ke botol plastik. Di resort pun dijual roti yang sudah dimasukkan ke botol plastik kok, jadi para ikan di sini sudah terbiasa dengan manusia yang memberi makan 🙂
Kami pun bisa menyentuh para ikan itu dan kadang jadi geli karena dikerubuti oleh ikan-ikan itu. Kadang wajah kami pun seperti digigiti oleh ikan-ikan, disangka makanan kali yah, hehe… Jadinya Jeff dan Diana masing-masing sibuk sendiri bermain bersama ikan. Yang terdengar hanyalah jeritan2 : “Keren… Liat sini… lucu banget.. Wah, bagus banget…” Dan semua jeritan itu sia-sia karena masing-masing dari kami tidak ada yang peduli satu sama lain. Haha…
Di tengah kegembiraan bersama ikan, Diana pun melihat bintang laut biru yang besar di dasar laut dan kali ini berusaha menarik Jeff untuk melihatnya juga. Tapi baru menarik Jeff dan menunjuk-nunjuk ke dasar laut, loh.. kok udah ga ada bintang lautnya ? Apa salah liat ya ? Tapi masa sih ? Tau-tau bintang lautnya sudah pindah dan bergeser. Haha.. lucu yah. Namanya juga mahluk hidup, ya dia boleh dong jalan2. Cuma ga nyangka cepet juga jalannya itu bintang laut. Mungkin terbawa arus ya.
Akhirnya kami pun berusaha snorkeling tidak berjauhan jaraknya agar bisa saling memberitahu jika ada pemandangan yang fantastis. Tidak terasa, kami ternyata sudah jauh bergeser dari lokasi awal kami memulai snorkeling. Jeff pun mengingatkan agar kami kembali ke pantai karena harus bergegas pulang menuju airport.
Setelah Jeff sudah kembali ke pantai, Diana masih asyik melanjutkan snorkelingnya. Senang sekali melihat terumbu karang yang masih hidup dan bergerak melambai-lambai di dasar laut. Ternyata betul ulasan yang kami baca mengenai Gili Nanggu, bahwa snorkeling di sini memang betul-betul indah. Sayang kami tidak punya camera under water, jadi ga bisa mengabadikan pemadangan bawah lautnya. Makanya harus dipuas-puasin lihat dengan mata deh.
Kalo mau lihat penampakan bintang laut biru nya, kami ketemu lagi di Bunaken. Setelah pengalaman snorkeling ini, kami pun membeli kamera waterproof. Bisa lihat hasilnya di trip Maldives, trip Belitung dan trip Bunaken.
Jam 11.00 kami sudah harus check-out dan bergerak menyebrang kembali ke Tawun. Perhitungan jarak dari Tawun ke airport adalah 1 jam. Jangan sampai terlambat karena pesawat kami akan berangkat pk.14.35 menuju Jakarta.
Akhirnya kami dijemput oleh nelayan yang kemarin menyebrangkan kami. Dari dermaga, kami masih sempat melihat ikan-ikan kecil di bawah air dengan mata telanjang. Tapi tentu ikan ini berbeda “cantik”nya dengan ikan yang tadi kami lihat saat snorkeling.
Kali ini perjalanan cukup damai, karena air laut tenang dan hampir tidak ada gelombang. Di perjalanan kami pun bercakap-cakap dan kaget karena mengetahui bahwa nelayan itu hanya dibayar 30 ribu untuk menyebrangkan kami. Astaga !! Tega banget sih para preman di Tawun itu. Kami membayar sangat mahal dan ternyata sang nelayan yang bertaruh nyawa menyebrangkan kami justru mendapat sangat kecil. Keterlaluan !
Kami pun akhirnya tergerak untuk memberikan tambahan uang kepada bapak nelayan. Hanya 20 ribu, tetapi beliau sangat-sangat berterima kasih. Lama sekali ia menjabat tangan kami dengan mata berbinar-binar. Ah, betapa tulusnya hati yang sederhana ini. Padahal di Jakarta, uang 20 ribu habis hanya untuk membeli segelas minuman. Di sini, dengan berjuang sekuat tenaga melawan ombak, hanya mendapatkan upah 30 ribu. Kami pun belajar untuk bisa lebih menghargai berkat yang kami miliki.
Tiba di Tawun, kami sudah ditunggu oleh supir taxi yang kemarin. Memang kami janjian, karena Tawun bukanlah pelabuhan yang ramai, sehingga tidak ada taxi yang mangkal di situ. Taxi pun melaju ke arah airport. Kami menikmati saat-saat terakhir kami di Lombok dengan memandang laut di luar jendela mobil.
Puku 12 lebih, kami tiba di BIL. Foto dulu ah tulisannya.. sebelum masuk ke dalam.
Di dalam airport, kami pun menikmati santap siang ayam taliwang (lagi), tapi kali ini coba yang digoreng.
Ternyata walau pun goreng, tetapi cukup basah. Nyam… nyam.. Dengan berakhirnya santap siang ini, berakhir pula lah petualangan kami di Lombok.
=================================================================================================
Epilog
Lombok memang pulau dengan pantai2 dan gili2 yang sangat cantik dan masih natural. Bahkan kalo sempat ke gunung Rinjani, itu juga katanya sangat indah. Kami sih jauh lebih suka Lombok daripada Bali yang sudah penuh turis dan macet di mana-mana. Hawanya juga lebih segar di sini.
Namun begitu, transportasi publik yang terbatas membuat biaya transportasi menjadi mahal di sini. Saat ini pun belum ada budget airlines yang menghubungkan Jakarta dengan Lombok. Air Asia yang ada hanya membuka rute Lombok-Kuala Lumpur dan sebaliknya. Jadi memang biaya pesawat untuk langsung terbang ke Lombok relatif masih mahal daripada terbang ke Bali. Jika mau murah, bisa juga anda terbang dulu ke Bali, lalu naik boat dari Bali ke Lombok.
Sedih sekali karena yang lebih banyak menikmati keindahan Lombok justru adalah turis asing. Bahkan properti dan resort yang ada di Lombok pun kebanyakan adalah milik orang asing. Sayang sekali. Ayo.. para turis lokal, mampir deh ke Lombok dan dijamin, anda akan ketagihan dengan Lombok 🙂 Turis asing saja mengagumi keindahan Lombok, masa kita sebagai tuan rumah malah tidak tahu keindahan Lombok ? Rugi deeeeh !!
Hi, I do believe this is a great blog. I stumbledupon it 😉 I am going to return yet
again since i have book marked it. Money and freedom is the best way to change, may you be rich
and continue to guide others.
Catatan perjalanannya bagus banget, apalagi foto2nya keren. Terima kasih dah berkunjung ke Lombok.
Yuuk temen2 yang berencana berkunjung ke Lombok, bisa menggunakan jasa kami. Kami sediakan paket murah tour Lombok. Silakan tanya-tanya via:
WhatsApp: +62-878-6000-1036
Mobile: +62-813-5307-9161
Email: info.lombokfun@gmail.com
Web: http://www.lombokfuntravel.com
LOMBOK FUN TRAVEL INC.
Profesional & Terpercaya
untuk cottage di gili nanggu apa ada kontak yg bisa dihubungi pak? terima kasih
bisa buka http://www.gilinanggu.com. Di situ informasi plus gambarnya lengkap
Lombok emang istimewa !
Salam kenal dari Lombok !