Ranca Upas, Ciwidey : 28-29 November 2021

Prolog

Kali ini kami ambil cuti di hari senin untuk bisa menikmati liburan yang sepi di tengah hutan. Setelah melihat berbagai pilihan akomodasi berkonsep “back to nature“, pilihan jatuh pada Bobocabin yang terletak di Ranca Upas, Ciwidey. Pilih yang deluxe, yang kamar mandi dalam, harganya Rp. 566.000,- per malam. Ini harga yg cukup murah karena weekdays dan pesan sebulan sebelumnya. Pesan langsung di apps Bobobox.

Kami sempat menginap dahulu semalam di Bandung, kemudian baru menuju Ciwidey dan menginap lagi semalam. Saat di Bandung kami sempat makan Atmosphere Resort Cafe Jl. Lengkong Besar. Ini tempat besar sekali dan asik banget. Ada buat lesehan, ada yg duduk biasa, ada yang dekat kolam ikan, ada yang outdoor, ada yang lantai 2, banyak banget pilihannya. Kami coba menu “escargot” yang jarang ada nih di resto lain, buat yang penasaran rasanya silakan coba sendiri ya. Sempat juga makan di Baso Tahun Tulen Jl. Pasirkaliki, Sate Maulana Yusuf (ini selain sate ayam, olahan kambing nya juga enak banget !), dan Lotek Mahmud (juaranya bakmoy babi nih). Semuanya tempat makan enak legendaris di Bandung tuh.

Day 1

Dulu waktu Jeff masih kecil, perjalanan dari Bandung ke Ciwidey harus melewati jalan arteri Kopo yang terkenal kemacetannya. Tapi sekarang kami dari Bandung masuk tol Pasteur dan lanjut ke tol Soroja (Soreang – Pasirkoja). Tol ini sudah ada sejak tahun 2017, namun baru kali ini kami mencobanya. Kota Soreang itu ada di tengah2 antara Bandung dan Ciwidey. Kotanya sudah semakin besar dan bagus sekarang. Dari Soreang ke Ciwidey ga sampe 15 km sebetulnya, tapi di luar perhitungan kami ternyata macet banget. Jadi kalo macet di Bandung Utara yaitu dari Bandung ke Lembang, nah kalo di Bandung Selatan ya ke arah Ciwidey ini.

Jalannya lebih sempit daripada ke arah Lembang. Ditambah lagi ternyata sudah banyak sekali tempat wisata, juga rumah2 penduduk yang diubah jadi tempat makan dan oleh2. Baik arah Ciwidey maupun sebaliknya padat merayap, bahkan bisa berhenti total beberapa menit. Ramai sekali mulai dari kendaraan pribadi, bis pariwisata, pengendara motor, ditambah dengan aktivitas warga lokal. Ga nyangka beneran !

Karena sudah cukup lama terjebak dalam kemacetan, akhirnya kami memutuskan untuk lunch lebih awal di restoran Sindang Reret. Restoran ini menyajikan makanan Sunda dan sudah ada sejak tahun 1973. Saat ini sudah punya cabang di Bandung, Karawang dan Lembang. Saat Jeff kecil cukup sering ke Sindang Reret Ciwidey bersama keluarga karena ada kerabat yang tinggal di Ciwidey. Tempatnya persis sama, tidak berubah.

Sindang Reret Ciwidey yang TOP BGT

Bisa makan dengan duduk di kursi biasa atau duduk lesehan di dalam saung. Ada pemandangan sawah (serasa di Ubud), ada juga kolam ikan yang luas mengitari restoran. Asik banget ! Makan siang kali ini, kami pesan gurame acar kuning, tahu goreng mayonaise, nasi timbel dan pisang goreng keju. Semuanya enak2, harganya juga sangat terjangkau. Puas banget deh makan di sini, kenyang dan bisa sambil tiduran dengan suasana yang adem ditemani semilir angin.

Dari Sindang Reret perjalanan masih ditempuh sekitar 30 menit lagi ke Ranca Upas. Situasi lalu lintas masih tetap padat di beberapa titik. Ranca Upas sendiri merupakan Kawasan yang dikelola oleh Perhutani https://rancaupas.business.site/ Walau pun sudah bayar menginap di Bobocabin, tapi tetap harus bayar tiket masuk orang dan mobil menginap di gerbang masuk kawasan ranca upas. Jadi ini perlu diperhitungkan juga ya. Total kami bayar Rp.66.000 untuk 2 orang dan 1 mobil.

Di dalam Rancaupas sendiri banyak fasilitas yang ditawarkan, yang terbanyak adalah area campingnya yang menyebar di beberapa lokasi. Ini beneran pakai tenda seperti tenda pramuka. Kawasan menginap Bobo cabin sendiri berada tidak jauh dari gerbang masuk, lebih depan dari area penangkaran rusa dan tempat camping nya.

Untuk menginap di sini, kita harus install dulu app bobobox nya karena nanti sistem check-in, kunci kamar dan lain sebagainya melalui apps ini. Kita perlu upload foto ktp dan foto diri memegang ktp di app ini. Sebaiknya lakukan ini sebelum tiba di lokasi, biar lebih cepat saja proses check-in nya.

Bobocabin ranca upas – reception

Kami review jujur saja ya, baik plus dan minusnya supaya pembaca bisa dapat gambaran yang real. Saat kami tiba, kondisi sedang hujan. Jam check-in adalah jam 14.00 dan ternyata ini cukup kaku, dalam artian memang semua tamu baru bisa masuk jam segitu, tidak mengalir misal ada yang bisa duluan (yang cabin nya sudah ready) dan mana belakangan. Akibatnya semua tamu numplek blek di resepsionis yang cuma seuplek, di jam yang sama, ga bisa kemana2 juga karena hujan. Betul2 kerumunan yang ga nyaman, lebih banyak yang berdiri di teras luar resepsionis daripada yang duduk di dalam ruang resepsionis. Apalagi semua bawa tas/koper masing2, bikin tambah penuh.

Pas awal kami datang sebetulnya masih kosong, petugas sempat tanya bookingan atas nama siapa dan mengatakan oke tinggal tunggu check-in jam 14.00. Kirain tinggal tunggu dipanggil dan masuk cabin. Ternyata setelah penuh orang di resepsionis dan beberapa tamu setelah kami sudah bisa masuk cabin, kami baru sadar bahwa kami harus antri untuk check-in lagi ?? Tadi itu cuma ngecek nama katanya. Astaga !

Jadi pastikan ya, kalo teman2 datang langsung minta check-in dimana dikasi QR code untuk masuk cabin nya. Karena di sini ga jelas antriannya, petugas cuma 1 harus handle tamu sekian banyak pada waktu bersamaan. Sudah pasti lama sekali. Tidak bisa mendahulukan mana yang sudah foto ktp duluan misalnya. Jadi ada tamu yang gagal terus upload foto ktp nya (mungkin signal susah ya di alam begini), ya semua orang mesti nunggu tuh. Siapkan nunggu sekitar 1 jam berdiri deh di respsionis atau datangnya sore saja sekalian. Ini bukan kondisi weekend atau high season loh.

Cabin sederhana di tengah hutan, tapi modern banget. Buka pintu aja pake scan QR code yang ada di apps

Dari resepsionis mencari cabin sendiri yang lokasinya cukup jauh dari resepsionis, bawa barang sendiri, berpayung di tengah hujan, betul2 tantangan sih. Ada area yang becek, jalan batu yang ga rata jadi sempat kesandung dan ga ada peta cabin nya untuk cabin nomor 20 ke atas. Sempat pusing cari2, sampai akhirnya ketemu. Oke, buru2 masuk cabin deh supaya ga kehujanan lagi.

Bobocabin dikendalikan secara teknologi. Untuk masuk cabin, tidak memerlukan kunci manual tapi cukup dengan scan QR Code yang ada di apps. Untung pas scan pintu langsung terbuka. Kami membayangkan kalo pintu macet ga kebuka trus hujan2 begini ga bisa masuk cabin, ribet juga ya. Atau hp pas ketinggalan di dalam cabin, atau hp low bat, trus pintu kekunci, nah looo…

Di luar cabin, ada teras dengan meja dan kursi yang bisa digunakan untuk duduk santai atau BBQ nanti malam. Tulisannya tinggalkan sepatu di teras, tapi ya kehujanan dong sepatunya malah nyimpan air kalo di teras. Jadi terpaksa sepatu basah dibawa masuk cabin. Harusnya sih bisa ditambahkan tenda atau canopy di bagian teras ya, supaya bisa taro sepatu dan teras tidak basah jika hujan. Kami lihat ada beberapa cabin yang terasnya ada tendanya, tapi yang kami tidak ada. Entah kenapa begitu.

Suasana dalam cabin

Bobocabin ini memang hanya cabin sederhana ya, sangat minimalis. Tidak ada TV, kulkas dan AC. Iyalah, ga perlu AC, karena cuacanya dingin buangeeeet ! Air keran saja kaya air es. Di kamar mandi ada 2 sikat gigi + 1 odol kecil dan 2 handuk. Di meja ada 2 botol mineral, 2 cangkir dan 2 tea bags. Ada jendela samping yang bisa dibuka juga ada atap kaca transparan yang memungkinkan kita melihat ke atas. Sayangnya di cabin kami, atap kaca transparan yang ditutup tirai, tirainya tidak bisa dibuka karena masalah teknis (juga sudah dicoba oleh petugasnya).

Kaca utama yang besar adanya di samping tempat tidur. Ini menjadi highlight atau daya tarik buat tamu yang menginap di sini. Problemnya, karena suhu di luar dingin dan di dalam lebih hangat, maka kaca menjadi berembun/berair di bagian dalam dan kita perlu sering2 menyeka kaca tersebut baru bisa melihat pemandangan di luar cabin. Untuk cabin kami pemandangannya lumayan bagus, bisa lihat hutan pinus menjulang tinggi dan danau di kejauhan, selain ada view 1 cabin di depan kaca kami. Namun entah ya cabin lainnya, apalagi sistem booking di bobocabin yang menggunakan apps membuat pemilihan cabin dilakukan by system, tidak bisa request manual mau di cabin mana.

Di dalam cabin tidak ada sakelar lampu. Semua lampu dan kontrol musik bisa dikendalikan di apps atau control panel yang ada di samping tempat tidur. Lampu nya bisa pilih warna: putih, kuning, merah, hijau, biru, atau mau lampu disko ganti2 warna juga bisa. Terangnya juga bisa pilih, mau terang banget (100%) atau mau temaram (10%), silakan saja. Tersedia musik relaksasi suara air sungai dan kicau burung jadi serasa di hutan betulan. Kalo mau sambung bluetooth ke hp untuk dengar musik lain juga bisa. Yang kaca utama tidak pakai tirai untuk menutupnya, tapi cukup tekan tombol maka jendelanya akan berubah menjadi seperti kaca es yang gelap/tidak tembus.

Ada insiden di cabin kami, dimana air hujan masuk ke kamar melalui celah pintu. Lumayan bikin banjir setempat dan setelah petugas datang (butuh waktu lama ya ini kalo panggil petugas, karena jarak yang jauh memang) solusinya hanya menambah handuk di lantai supaya menyerap air.

Bobocabin ini awalnya dirancang dengan kamar mandi di luar cabin, supaya seperti camping beneran kali ya. Tapi sepertinya banyak orang tidak nyaman sehingga akhirnya mereka membangun cabin deluxe dengan kamar mandi dalam seperti yang kami pesan. Menurut kami ini pilihan terbaik, karena bayangin aja kalo pas hujan becek trus sampe kabin ga bisa cuci kaki. Naaah… gimana tuh. Trus kalo malem2 mau ke WC, apalagi cuaca di sini dingin ya pasti sering ke WC, gelap banget kan.. ditambah hujan, males banget deh kalo mesti keluar jalan cari WC.

Sore hari ke deer park, rusanya udah pada ngumpul siap istirahat

Ok, sore hari hujan agak reda, walau masih gerimis kecil kami coba jalan2 ah ke sekitar. Ada kolam renang air panas yang besar di sini, tapi sayang saat ini sedang dikuras dan tidak bisa digunakan. Selain itu ada wisata Deer Park Ranca Upas. Kita juga bisa berinteraksi dengan mereka. Namun sore ini tanah di Deer Park becek banget, rusanya juga penuh lumpur jadinya karena tadi kan hujan terus ya, jadi tidak kondusif untuk main bareng rusa. Petugas menyarankan kembali lagi besok pagi. Oke deh, semoga besok pagi cuaca lebih cerah.

Our dinner… masak steamboat di teras, serasa camping

Saat malam tiba, lampu2 jalanan mulai dinyalakan dan memberikan kesan romantis. Cuma tetap termasuk gelap ya, jadi kalo mau jalan malam hari mesti bawa lampu sendiri atau pakai senter hp tapi jadi minimal banget penerangannya. Malam ini, kami mau makan chicken steamboat yang bisa dipesan ke resepsionis. Harga Rp.100.000,- sudah lengkap dengan bumbu, peralatan masak dan peralatan makan seperti di gambar. Juga dipinjamkan lampu sorot LED yang terang banget untuk bisa masak di tengah kegelapan malam. Very good ! Kami juga membawa sendiri tambahan frozen food (fish ball, tofu, dll) serta kwetiauw. Enak nih makan yang hangat2 di tengah udara malam yang dingin ini.

Masak dan duduk makan di teras bisa terjadi karena hujan sudah berhenti dan bangku yang basah ditutup dengan handuk (minta lagi ke petugasnya) supaya bisa duduk tanpa basah. Jika hujan, tanpa tenda/canopy di teras, maka acara memasak tidak mungkin terjadi.

Malam ini di cabin cuaca dingin sekali, karena alami ga bisa kecilkan AC nih. Untungnya disediakan selimut yang tebal dan hangat, selain kami pun pakai baju hangat ya supaya bisa tidur nyaman. Senang sekali bisa tidur malam dengan memandang banyak pohon pinus, serasa camping betulan dan tidur di udara terbuka, cuma dalam kondisi yang nyaman.

Day 2

Pagi hari cuaca cukup cerah, jadi pagi2 sudah bisa jalan2 keluar cabin. Sinar matahari mampu membuat bayangan cabin memantul di danau. Keren ! Hawanya sejuk dan segar. Cocok untuk refreshing memang. Sambil tiduran di ranjang pun, kami bisa menikmati keindahan pagi ini.

Suasana pagi hari, cantik !

Harga menginap belum termasuk sarapan. Untuk sarapan bisa bawa sendiri atau memesan ke resepsionis. Namun ternyata untuk sarapan, makanan dibuat dan akan diantar oleh warung lokal. Resepsionis hanya bantu memesankan dan nanti kita bayar juga ke resepsionis. Kalo semalam pesan makanan dan dikasi pinjam kompor, paginya juga bisa dipakai sih sebetulnya, karena belum diangkat. Kami coba pesan nasi goreng saja deh, yang standar, sekalian bagi rejeki ke warung lokal. Kami pun pesan dari semalam dan sudah tanya bisa diantar jam berapa. Dikatakan jam 7 pagi warung lokalnya sudah buka.

Oke, asumsi kami sarapan diantar sekitar jam 7.30 deh ya. Lalu jam 8 pagi kami bisa ke tempat rusa. Ternyata ditunggu sampai jam 7.45 belum datang. Jika ditanya, resepsionis hanya bilang akan konfirmasi lagi ke warung lokal, jadi repot juga karena ga jelas penanggung jawab nya siapa. Sampai jam 8 masih belum datang dan ga jelas, jadi kami putuskan cancel saja, sudah terlalu siang. Namun resepsionis info bahwa tidak bisa dicancel, sudah dibuatkan sarapannya. Lumayan kesal karena kalo warung buka jam 7 pagi, butuh waktu berapa lama sih untuk masak nasi goreng ? Sampai 1 jam kah ?

Menikmati pemdangan dari dalam cabin dan juga di luar cabin

Oke lah, kalo memang sudah dibuatkan dan (katanya) tinggal antar kami pun coba memahami dan menunggu. Sampai jam 8.30 tetap belum datang ! Bayangkan, sudah membuang waktu kami berapa banyak hanya untuk menunggu di cabin ? Mending kami langsung datang saja ke warung lokalnya, makan di sana, sudah beres dari tadi. Sudahlah, kami tinggal saja, sudah terlalu siang.

Kami pun turun dan saat lewat di depan resepsionis kami melihat ada motor datang dan ada mba2 yang nenteng plastik banyak isi box seperti makanan. Langsung kami tembak saja: “antar sarapan ya ?” Lalu dijawab: “iya”. Kami tanya apakah ada untuk cabin no.24 dan dia langsung menyerahkan 1 plastik bertulisan 24. Hangat. Artinya belum lama dibuat. Silakan pikir sendiri apa yang sebetulnya terjadi ya. Karena kami sudah jauh dari cabin, maka makanan tadi kami drop di mobil yang diparkir dekat resepsionis.

Bermain dan kasi makan rusa di Deer Park

Penangkaran rusa ini sudah buka jam 7 pagi, jadi sebetulnya lebih baik kalo menginap pagi2 main ke sini dulu sebelum matahari bersinar terik. Tiket masuknya gratis (sudah termasuk dalam tiket masuk ranca upas) tapi ada penjualan makanan buat rusa yaitu wortel. Seikat wortel dihargai Rp. 10.000,- jadi sambil kasih makan wortel ke rusa, kita bisa foto2 dengan para rusa lucu ini.

Jumlah rusa yang ada di sini sekitar 40an ekor dan mereka diberi nama semua loh. Ada yang paling kecil, sekitar usia 4 bulan, namanya Rahayu. Lucu banget deh, dia suka nongol2 di sela anak tangga dari bawah anjungan secara tiba2 dan bikin kaget. Dari pintu masuk, akan ada anjungan kayu hingga ke tengah2 lapangan rumput. Di kanan kiri anjungan kayu akan selalu ada rusa yang menunggu pengunjung memberikan mereka makan wortel.

Bisa belai2 rusa, foto bareng dan selfie sama rusa nih

Nah dari anjungan kayu, kita bisa turun ke lapangan rumput sehingga bisa berinteraksi lebih dekat dengan para rusa. Enaknya pakai sepatu boot karet atau minimal sepatu kets seperti kami. Kalo pakai sepatu biasa, bisa kotor bahkan rusak karena tanahnya cukup becek dan berlumpur kalo baru saja diguyur hujan.

Nah kalo sudah turun di lapangan rumput, jangan coba2 bawa atau kasi wortel ke para rusa. Bisa jadi masalah karena rusanya kan banyak tuh, semua nguber wortel. Kami lihat ada pengunjung yang ditanduk sampai teriak2 dan jatuh, karena dia pegang wortel. Di sini ada beberapa rusa jantan dengan tanduknya yang besar dan lebar. Kami sendiri merasakan betapa kuatnya tanduk mereka saat mereka coba dorong2 kami dari belakang.

Bersyukur pagi ini cuaca cerah

Di sini juga bisa jadi spot pre-wedding. Pagi ini ada beberapa pasangan yang terlihat mengabadikan foto bersama para rusa. Resikonya memang baju bagian bawah dan sepatu hancur2an kena lumpur ya, sayang banget kalo pas pake gaun atau sepatu bagus. Nah kalo untuk event khusus, nanti didampingi pawang rusa agar rusa2nya mau berkumpul tapi tetap aman.

Cukup lama kami di tempat rusa ini, lebih dari 1 jam loh. Asik aja soalnya liat tingkahnya yang lucu, dengar mereka makan wortel krauk2, trus coba berfoto dimana pose mereka juga harus bagus kan. Kami juga banyak ambil video, bisa lihat di IG kami ya kompilasinya.

Di resepsionis saat check-out kami membayar makanan semalam dan sarapan tadi pagi. Ga bisa pakai cash ya, harus pakai pembayaran digital (berharap aja semua sinyal lancar). Pas disebut nominalnya kok agak beda ya (kebetulan udah hitung sendiri sebelumnya). Pas minta disebutin, bener dong salah jumlah nasi gorengnya dibilang 2 porsi, padahal cuma pesan 1 porsi. Direvisi sih akhirnya, cuma berarti kita harus selalu cek sendiri ya. Kami juga sempat mendengar di resepsionis ada tamu yang complain masalah kamar mandi bersama. Ya, sepertinya pihak bobocabin harus banyak berbenah terkait fasilitas dan service nya.

Onsen Ranca Upas

Di Ranca Upas ini juga sebenarnya ada Onsen atau kolam berendam air hangat, seperti yang ada di Jepang. Lokasinya ada di paling depan, sebelah kanan pos masuk pertama, jadi sebelum bayar tiket masuk ranca upas atau saat ini berarti sesudah kami keluar dari gerbang bayar ada di kiri. Kami sudah pengen banget berendam di sini, namun saat sampai tempatnya seperti kurang terawat. Tidak jelas kapan dikuras karena semua tempatnya terisi air penuh dan dipenuhi daun2 berjatuhan.

Tidak ada koordinasi yang jelas juga mengenai onsen ini, pas kemarin kami tanya di gerbang bayar katanya onsen tutup dan baru buka hari Selasa. Tapi ini hari senin dan kata petugas onsen buka, hanya harus beli tiketnya di gerbang bayar itu. Lah, sekarang kami sudah keluar masa harus putar masuk lagi ke gerbang bayar ? Petugas onsen pun tidak mempromosikan onsennya, malah terkesan memberi saran agar kami tidak menggunakan onsen karena katanya airnya tidak terlau panas saat ini. Well, jadi tambah males kan. Kami pun memutuskan untuk langsung keluar cari makan siang saja.

Eat & Eat at Ciwidey

Di sepanjang jalan banyak sekali penjual strawberry dan wisata petik strawberry. Kami perhatikan jika petik sendiri, umumnya yang di pohon tinggal yang ukuran kecil2 dan masih hijau. Yang besar2nya sudah duluan dipetik oleh pedagang nya untuk dijual per pack. Harganya Rp.5.000,- sampai Rp.20.000 per pack, tergantung ukuran strawberry nya. Makin besar akan semakin mahal. Karena memang strawberry ukuran besar rasanya jauh lebih manis.

Kami akhirnya mampir ke satu kios yang menjual strawberry, karena melihat strawberry yang dipajang besar2 dan bagus. Di sini selain jual per pack, bisa juga pilih sendiri dengan harga Rp. 40.000,- per kilo. Nah, enakan gini, ga usah petik2, langsung pilih saja dari yang ada di box. Kami beli setengah kilo saja, dapat banyak tuh 1 stereoform penuh, bisa pilih yang ukuran besar2 juga. Lihat saja di foto ukurannya berbanding dengan jempol tangan. Rasanya manis, segar, enak ! Bahkan sambil pilih2 strawberry, kami dikasi coba cicipin strawberry2 tersebut untuk membuktikan rasanya manis, jadi bisa sambil makan juga, hehe..

Selain strawberry, ada juga oleh-oleh khas Ciwidey namanya Jeruk Kalua. Ini adalah manisan kulit jeruk yang sudah dikasi pewarna dan rasa yang berbeda-beda (melon, jeruk, gula aren, dsb). Bisa coba dulu di pedagangnya untuk cek kita suka apa tidak. Harganya Rp. 70.000,- per kilo. Kami beli setengah kilo saja sudah dapat banyak, rasanya campur.

Akhirnya kami makan siang kembali di Sindang Reret, sama seperti kemarin. Pesan menu yang berbeda, nasi liwet, pepes ikan mas, lotek (sejenis gado2 khas makanan Sunda) dan tidak ketinggalan order pisang keju lagi. Semuanya ENAK ! Puas banget deh. Setelah kenyang, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Kali ini jalur Ciwidey – Bandung jauh lebih lancar dibandingkan kemarin karena weekdays.

Epilog

Daerah Bandung Selatan, khususnya Ciwidey dan sekitarnya, sudah menjadi kawasan wisata yang semakin berkembang pesat. Banyak penginapan baru dibangun, alam masih bagus dan cuacanya juga dingin. Apalagi sejak ada tol Soroja, dari Jakarta bisa langsung keluar di kota Soreang dan bisa dilanjutkan ke Ciwidey. Jadi alternatif jika ingin berwisata ke Bandung selain Lembang (Bandung Utara).

Kalau mau main ke daerah sini di weekend atau hari libur, perlu persiapan waktu karena kemacetan pasti tidak terhindarkan. Jika sudah ke Ciwidey, tidak ada jalan memutar lain ke arah Bandung atau ke Jakarta, jadi harus kembali lagi di jalan yang sama ke Bandung. Berbeda jika ke Lembang, kita bisa lanjut ke Subang, Purwarkarta, dst

Bagi anak kota modern yang ingin merasakan camping dan aktivitas alam tapi mau yang lebih “bersih” dan “modern”, Bobocabin Ranca Upas bisa menjadi salah satu pilihan menarik buat keluarga. Yang belum pernah, bisa coba rasanya menginap di cabin tengah hutan dengan tetap merasa nyaman. Konsepnya menarik, tapi harus ingat bahwa ini bukan hotel, jadi ekspektasinya jangan terlalu tinggi terkait service dan fasilitas.

Disarankan untuk berlibur di musim kemarau. Di musim hujan tanah menjadi becek sehingga mudah terpeleset dan alas kaki juga jadi kotor. Cuaca yang tiba2 hujan juga membuat kita sulit beraktivitas di luar ruangan. Jika stay di cabin yang ada kamar mandinya sih nyaman2 saja pas hujan, selama tidak bocor, hehe…

Oke, sampai jumpa di perjalanan kami berikutnya yaaa… Salam sehat selalu !

Advertisement
Categories: 2020-2024, ASIA, INDONESIA, Java, Jawa Barat | Tags: , , , , , , , , , , , , | Leave a comment

Post navigation

We love your feedback !

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: