Day 4 – Malang
Setelah sarapan, beres2, dan santai2 sejenak, kami naik grab menuju Malang. Tujuannya adalah check-in dulu ke hotel Ibis Styles Malang. Karena datang sebelum waktu check-in, jadilah kami titip koper dulu di resepsionis dan kemudian cari makan siang dulu di sekitar hotel.
Kami jalan menyusur ke sebelah kiri hotel. Nanti di seberang ada pizza hut, ada Hot Cui Mie dan ada Bakso Kota Cak Man. Kami pilih makan cui mie saja yang memang khas Malang. Ternyata mie nya memang enak, lembut dan kenyal seperti mie bandung. Ada yamien manis juga di sini. Untuk yang hot cui mie nya berarti pake saos pedas, sedangkan yang ga suka pedas bisa pesan non hot cui mie yang pake saos asam manis. Semuanya disajikan dengan pangsit goreng. Untuk menu cui mie, pangsit goreng yang lebar disusun menjadi mangkok dari mie nya. Jadi tag line mereka : mangkok nya pun bisa dimakan. Sip deh.
Kembali ke hotel, masih jam 1. Waktu check-in sebetulnya jam 2 siang, tapi kami coba saja tanya. Ternyata sudah siap kamarnya dan kami bisa masuk. Horee.. Tiba di kamar disambut handuk berbentuk gajah yang diletakkan di ranjang. Nice ! Ada lagi kejutan lain, ternyata disediakan guling di sini. Umumnya hotel2 tuh ga pernah ada guling, hanya bantal saja. Baru kali ini kami ketemu guling di hotel. Great !
Siang ini kami santai2 istirahat di kamar dan sorenya berenang di kolam renang air hangat. Menikmati fasilitas hotel ceritanya. Untuk acara malam, kami sudah janjian dengan teman kami Daniel dan Caroline. Setelah mereka jemput di hotel, kami mengarah ke tempat oleh2 pia cap mangkok. Di sini banyak sekali oleh2 bahkan dari berbagai kota di Indonesia, bukan hanya Malang. Sangat lengkap. Pia nya ada beberapa rasa, yang kami coba kacang hijau dan coklat, rasanya memang enak !
Untuk makan malam kami diantar ke Gloria, lokasinya dekat dengan Rawon Nguling. Makanan chinnese food tapi ada cui mie nya juga yang terkenal. Katanya Gloria dan Hot Cui Mie yang tadi siang kami makan masih satu grup jadi pabrik mie nya sama. Oke, kami pesan beberapa menu dan coba juga cui mie nya. Di sini ada menu halal dan non-halal. Ternyata di sini porsi makanan nya besar, kami sampai kewalahan menghabiskan nya. Enak2 semua !
Walau sudah kenyang, kami masih diajak mencicipi makanan lain, yaitu ronde titoni yang terkenal di Malang. Cukup jalan kaki sekitar 5 menit ditemani udara sejuk, kami pun sampai. Yang khas di sini adalah ronde kering, sayang nya sudah habis malam ini. Jadi kami pesan ronde campur. Ternyata isinya ada ronde dan angsle. Tempatnya berupa warung sederhana tapi ramainya bukan main. Selesai dulu ya kuliner kita malam ini, saat nya balik ke hotel.
Day 5
Hari ini kami sudah janjian mau ke tempat kost nya Daniel-Caroline yang terletak dekat SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara). Karena Daniel-Caroline masih merupakan mahasiswa di SAAT, jadi dia mau mengantar kami jalan2 di kampusnya tersebut.
Di dalam kampus ini terdapat museum yang cukup menarik. Ada sejarah alkitab disandingkan dengan sejarah dunia, ada diorama peta Yerusalem, ada display replika benda2 yang terdapat di kitab suci, dsb. Ada juga replika Goliath raksasa sesuai ukuran aslinya yang ternyata tinggi banget dibanding kita2.
Kampus SAAT ini sangat luas dengan banyak gedung yang fungsinya berbeda2 seperti kantor, ruang kuliah, asrama mahasiswa dll. Enaknya, banyak sekali pohon besar yang memberikan keteduhan saat kami keliling kampus ini.
Hari ini kami hanya diantar Daniel, karena Caroline ada tugas di gereja tempat prakteknya. Gereja Kristen Abdiel Immanuel namanya, lokasinya persis di samping Rawon Rampal. Jadi sekalian deh, kami mampir ketemu Caroline sambil makan bareng ke Warung Rampal.
Waktu hari pertama kami ke Rampal kan sudah habis rawon nya. Jadilah kami kali ini sudah datang jam 11 ke sana. Masih lengkap nih menu nya. Untuk rawon sendiri ada 2 macam. Ada daging rawon yang sudah dicampur di kuah nya seperti menu biasa di tempat lain. Ada juga yang model daging empal terpisah dari kuah rawon nya. Kami coba yang kedua karena khas katanya. Betul saja, rasa empal nya empuk dan enak, ditambah kuah rawon jadi makin mantap. Selain rawon, di sini juga babat nya enak banget dan terkenal. Yang bikin enak daging2 di sini adalah karena buatnya masih model jadul, yaitu pake tungku arang. Bisa dilihat di dapurnya yang ada di halaman.
Walau modelnya warung sederhana banget, tapi ada foto2 presiden yang makan di tempat ini seperti SBY dan Jokowi. Hebat juga ya tempat ini. Karena sudah terkenal, tidak heran harganya pun cukup mahal. Untuk rawon biasa Rp.35.000 per porsi dan empal+kuah rawon Rp.45.000 per porsi. Belum lagi kalo pake tambahan babat, telur asin, gorengan, wah.. bisa menguras dompet ini.
Habis makan bareng, Caroline kembali ke gereja sementara Daniel kembali mengantar kami jalan2. Tadinya mau ke Museum Malang Tempo Doeloe, tapi ternyata museum ini sudah tutup, berganti rumah makan Inggil. Katanya sih pindah menjadi Museum Panji di daerah Tumpang tapi letaknya cukup jauh dari pusat kota Malang. Ya sudah ga jadi deh. Kami pun lalu mengarah ke Cafe de Museum yang punya konsep sejarah Timur Tengah. Letaknya di ruko, kami hanya minum saja di sini. Uniknya adalah ada buku2 yang dapat dibaca di tempat maupun dibeli terkait agama Islam dan Kristen. Ada alquran dan alkitab. Banyak poster di dinding tentang sejarah agama Kristen dan Islam masa lalu di Timur Tengah.
Dari situ kami lanjut ke Bakso President yang fenomenal itu. Letaknya berada persis di pinggir rel kereta api. Jadi dari tempat parkir, kami harus menyebrang rel KA untuk sampai di warung ini. Pastikan tengok kanan kiri dulu sebelum menyeberang rel. Dinamakan president sebetulnya karena dulu terletak di belakang bioskop president. Sekarang bioskop president sudah tidak ada dan berganti menjadi Hotel Savana.
Kami beruntung karena datang saat bulan ramadhan, jadi tempat ini cukup sepi. Katanya bila hari2 biasa, antri nya bisa panjang sekali. Kami langsung memesan bakso campur nya dan bakso bakar. Ada 2 area duduk, di luar yaitu persis di pinggir rel tempat orang merokok dan area dalam. Kami pilih duduk di dalam saja, tapi di tepi jendela.
Dari sejak kami datang, sampai selesai makan, mungkin ada sekitar 3-4 kereta api yang lewat. Saat kereta lewat, banyak pengunjung yang mengabadikan dengan foto maupun video. Selain itu, saat kereta lewat semua area makan akan merasakan getaran dan suara yang sangat berisik sehingga siapa pun yang sedang ngobrol pasti berhenti berbicara sejenak. Haha.. lucu juga ada selingan seperti ini. Kalo duduk di area luar, siap2 ditambah debu yang berhembus kencang saat kereta lewat.
Sebagai orang Indonesia, tentu sudah biasa ya makan di pinggir jalan yang tidak higienis, jadi pasti ga masalah. Rasa baso nya sendiri enak sih, tapi ga segitu spesial nya. Bakso bakarnya lebih spesial, karena jarang yang jual dan rasanya juga manis, legit, empuk, enak.
Sudah puas makan, kami pun memutuskan kembali ke hotel. Ga sanggup nih kalo lanjut kuliner lagi, sudah kekenyangan. Maklum kami memang bukan pemburu makanan. Thank you Daniel sudah menemani kami seharian ini.
Sore ini kami istirahat di kamar dengan nonton TV kabel dan beres2 koper karena besok sudah mesti balik ke Jakarta lagi. Malam ini kami kembali cari makan di dekat hotel. Kali ini jalan kaki menyusur ke arah kanan. Nanti di sebrang akan ada depot gang djangkrik. Nah, ini juga katanya terkenal enak. Mari kita coba.
Walau namanya depot, tapi tempatnya seperti restoran dan sangat luas. Mirip Gloria, menu nya ada chinnese food, ada cui mie special gg Djangkrik dan nasi campur. Ada menu halal dan non-halal, tinggal pilih saja sesuai kebutuhan.
Day 6
Hari terakhir di Malang, kami awali dengan sarapan dan beribadah di GKI Bromo. Gerejanya besar dan ramai sekali, walau ibadah mulai pk.10.00, tapi jam 09.45 kami sudah sulit mendapatkan tempat duduk. Karena kami terburu waktu, maka kali ini tidak bisa ikut kebaktian hingga selesai. Jam 11.30 sudah pesan grab dan kembali ke hotel. Makan siang dilakukan di dekat hotel juga. Jalan ke kiri, hanya beda beberapa gedung terlihat depot 51.
Tempatnya berupa warung kecil, menu nya non-halal. Saat kami datang pengunjung nya cukup ramai. Kami pesan cui mie ujung pandang (pakai daging babi merah) dan cui mie swekiau. Yang masak suami-istri yang sudah cukup lanjut usianya. Rasa mie nya betul enak ! Swekiau nya juga enak. Kalo babi merahnya standar saja. Seperti biasa, dalam porsi mie nya sudah terdapat pangsit rebus.
Selesai makan, kami pun pesan grab untuk menuju airport. Kali ini driver nya perempuan. Jadi ingat pas ke Semarang, sempat dapat driver grab perempuan juga. Perjalanan hotel-airport sangat lancar Minggu siang ini, sekitar 20 menit saja sudah sampai. Bye Batu… Bye Malang…
Epilog
Untuk Jatim Park 3, masih ada wahana Dino Park dan Legend Star yang recommended. Kami tidak ke sana karena Jeff baru saja ke sana bersama teman kantornya bulan lalu. Jadi berikut ini bocorannya.
Di Dino Park banyak sekali penggunaan robot untuk dinosaurus. Dinosaurusnya mirip dengan aslinya, baik besar tubuhnya maupun detailnya. Nanti pengunjung akan naik kereta yang sangat besar, kapasitas 100 orang, dan berkeliling di taman yang penuh robot dinosaurus ini. Mereka semua bergerak, sangat canggih. Ada juga ditampilkan binatang2 pada masa ice age.
Legend Star itu mirip seperti museum lilin Madam Tussauds. Kami pernah ke museum lilin ini saat ke Hongkong tahun 2013. Banyak tokoh baik Indonesia maupun mancanegara. Ada patung presiden RI yang ada di dalam gedung yang mirip Istana Merdeka, olahragawan (basket, tenis dll), artis (Hollywood, Hong Kong), pahlawan nasional, keluarga kerajaan Inggris, presiden Amerika lengkap dengan White Housenya dan kategori lainnya.Sebenarnya, untuk kemiripan wajah dengan tokoh aslinya masih kalah dengan Madam Tussauds. Tapi dari segi tampilan dan lay out ruangan, hebat lah !
Berlibur di Batu itu paling enak memang saat bulan ramadhan. Sudah sepi, harga tiketnya pun jadi murah ! Dengan kondisi tidak antri saja waktu yang dihabiskan di satu tempat wisata cukup panjang, apalagi jika ditambah antri. Secara umum, berlibur di Batu memang menjadi pilihan yang menyenangkan untuk semua usia. Hawa yang sejuk dan fasilitas kelas internasional sangat cocok untuk refreshing ! Tidak cukup hanya 1-2 hari untuk menjelajahi semua tempatnya.
Untuk transportasi, pilihan naik grab adalah yang paling nyaman dan murah. Biaya parkir cukup mahal di tempat2 wisata Batu. Jadi dengan grab bisa di-drop saja. Taksi sangat jarang dijumpai, modelnya seperti avanza bukan sedan dan harus telpon dulu baru nanti dijemput. Rental mobil baru dibutuhkan jika memang dari airport Malang hendak keliling ke Batu (seperti kami), karena grab tidak boleh masuk airport Malang.
Biaya lain yang kami keluarkan adalah tiket pesawat pp Jkt-Malang (lion & batik) Rp. 1.290.000/org. Hotel Kampung Lumbung lewat traveloka Rp. 632.000/malam dan hotel Ibis Style lewat tiket.com Rp.367.500/malam.
Di Malang sendiri tidak ada tempat wisata, hanya kuliner saja. Makanan khas Malang yang namanya cui mie itu artinya mie pangsit. Jadi pasti akan ada pangsitnya, bisa dalam bentuk goreng atau rebus. Selain itu bisa coba juga berbagai jenis rawon yang ada di Malang dengan berbagai harga, dari yang murah sampai yang mahal.
Selesai deh tulisan liburan Batu-Malang ini. Kami ngebut buatnya karena akan siap2 lagi untuk berlibur ke tempat lain yang cukup jauh. Ke mana lagi nih ? Hm.. nantikan petualangan kami berikutnya ya.
Lihat kisah sebelumnya di Part 3
Baik sekali ulasan dan rekomendasinya. Makasih banyak, kebetulan sy sudah beli tiket untuk ke Malang di bulan Agustus 🙂
Recomend bgt bt kami ber-2 yg rencana nya akan libur lebaran d malang selama 7 hari