Harbin-China : 29 Dec 2018 – 4 Jan 2019 (part 3 – Harbin & Shanghai)

Lanjutan Day 4 : New Year’s Day

Sudah seharian menikmati dinginnya salju dan es, sekarang waktunya makan malam yang bisa menghangatkan tubuh tapi tetap berada di suasana dingin. Hm.. menarik nih. Kami pun dibawa ke Hotel Shangri-La. Di halaman depan hotel, terdapat bangunan yang terbuat dari bongkahan es (igloo), dimana bagian atasnya menyerupai St. Sophia Church, icon nya Harbin.

Restoran terbuat dari bongkahan es

Nah, di sinilah kami makan malam, di dalam igloo tersebut. Ternyata dalamnya cukup luas, bisa memuat sekitar 70-80 orang. Ada beberapa meja bundar isi 8-10 orang di area utama, dan ada beberapa meja kecil untuk 2-4 orang di bagian pinggir. Bagian langit2 dilapisi tenda, supaya es yang di atas ga netes ke orang yang makan kali ya. Selain tempat untuk makan, ada juga ice bar yang hanya untuk foto2, tidak digunakan betulan.

Suasana di dalam igloo

Nah, di sini kami makan model hot pot atau shabu-shabu. Jadi ada ikan, udang, daging domba-sapi-ayam, tahu, sayur, jamur, mie, bihun, dsb. Banyak sekali tersedia di meja, tapi tidak boleh nambah. Masing2 orang dapat 1 kompor untuk memasak bahan yang ada di tengah meja. Biasanya kalo makan di dalam ruangan, kita akan melepas jaket karena suhunya cukup panas dibandingkan di luar ruangan. Tapi kali ini, makan dengan tetap memakai jaket dan kupluk, karena kondisi nya memang dingin akibat seluruh dinding terbuat dari es.

Makan malam istimewa di tahun baru

Nah, di tengah udara yang dingin, kita makan kuah yang panas. Perpaduan dingin dan panas ini membuat apa yang dimakan jadi enak. Haha.. Paling tidak ini jadi pengalaman yang istimewa untuk menutup hari pertama di tahun yang baru ini. Di mana lagi coba kita bisa makan di dalam igloo ? Hanya ada di saat winter juga nih. Kalo sudah lewat winter ya es nya akan mencair. Bangunan ini ga ada lagi.

Setelah kenyang makan, kami dibawa ke hotel Sheraton, tempat menginap selama 2 malam di Harbin. Jadi raja dan ratu nih kali ini, makan nya di Shangri-La, tidurnya di Sheraton. Gaya banget !

Sheraton

Sayang, di Sheraton tidak ada triple room. Jadinya kami mendapat kamar twin dengan extra bed. Kamar lumayan sempit ditambah extra bed jadi bener2 sempit. Kamar mandi cukup lega, dengan bath tub, kloset dan shower semua terpisah ruangan. Dari kamar, kita bisa melihat 3 ruang kamar mandi tersebut secara tembus pandang karena pembatas terbuat dari kaca bening. Lihat saja di foto. Buat pasangan sih oke banget ya.. lah kalo keluarga begini atau teman ya repot dah jadinya. Ada tirai yang bisa diturunkan untuk menutup kaca batas kamar dengan bath-tub. Cuma untuk di dalam kamar mandi jadinya tetap hanya bisa 1 orang kan, wong di dalam juga kaca semua. Malah ribet buka tutup pintu kaca di dalam kamar mandi, haiyaaa..

Day 5 : Harbin

Sarapan kali ini baru keren, segala ada, standar hotel bintang 5 lah. Sampai tidak bisa semua dicoba karena sudah kenyang. Kirain besok pagi bisa coba lagi makanan yang berbeda, eh.. taunya besok pagi cuma dikasi breakfast box karena sudah harus check-out dari hotel dini hari. Payah deh, ga bisa menikmati hotel bagus dengan maksimal. Hiks.

Sarapan di Sheraton

Setelah sarapan, kami menuju sungai Songhua. Di salah satu area nya, ada yang dibuat kolam renang khusus untuk winter swimming. Jadi sebagian sungai yang beku itu dipotong pakai alat berat dan diangkat. Sehingga jadi lubang berisi air, persis kolam renang. Nanti orang2 terlatih akan berenang di situ.

Kami turun dari bus di salah satu tempat, lalu berjalan kaki menyusuri sungai beku ini. Ada beberapa perahu yang “tertancap” di pinggir sungai. Lucu juga jadinya. Walaupun matahari terik, tapi bukan berarti hangat ya. Suhu tetap minus 18 derajat. Nah, waktu jalan di pinggir danau ini tiba2 ada yang teriak… salju turun.. dan betul, ternyata ada salju seperti butiran debu yang berterbangan turun dari langit. Walau sangaaaat kecil dan sangaaaat sedikit dan sangaaaat sebentar, tapi sudah membuat Diana bahagia karena bisa lihat debu putih itu jatuh ke sarung tangan.

Di pinggir sungai songhua

Anggaplah “very very light snow” ini seperti “sample” hujan salju dari Tuhan buat Diana. Karena memang Diana sangat berharap bisa mengalami hujan salju pada trip kali ini. Sayang belum terjadi sesuai harapan, mungkin harus pas pergi sama Jeff nih, hehe.. Jadi nanti musti cari destinasi yang dinginnya ga usah separah ini tapi bisa turun hujan salju ah.

winter swimming show

Dari pinggi jalan itu ada tangga menuju ke sungai yang beku, lalu kita jalan di atas sungai beku ini. Hati2 licin ya, kalo bisa pakai spike nya. Performance nya mulai pukul 10 siang. Banyak orang sudah berkumpul di situ. Lalu mulai lah beberapa orang berpakaian renang silih berganti nyempung ke kolam itu dan berenang sampai ujung. Hebat ya orang2 itu, di udara suhu minus 15-an seperti ini berani pake baju renang dan berani nyemplung ke air yang pasti dinginnya parah. Mereka sepertinya bangga dan memang ditepukin tangan sama penonton yang ada. Ga cuma manusia aja yg nonton, ternyata ada anjing husky gede banget yg ikutan nonton dari pagar bongkahan es. Lucu banget !

Setelah sekitar 15 menit semua perenang sudah selesai nyemplung dan semua penonton pun bubar. Dari situ kami dibawa ke tempat shopping yang menjual aneka produk Rusia. Karena lokasi Harbin ini dekat dengan Rusia, maka memang banyak sekali barang khas Rusia terdapat di sini. Cuma memang jadi relatif mahal ya kalo dibandingkan dengan barang lokal China.

Lanjut menuju St. Sophia Church. Ini bekas gereja Orthodox yang menjadi icon dari berbagai souvenir di Harbin. Kelihatannya sedang renovasi karena sekeliling bagian bawahnya ditutup. Jadi tidak bisa masuk, hanya bisa foto2 dari luar.

St. Sophia Church

Dari sini kita makan siang dan kemudian meneruskan perjalanan ke Stalin Park. Bis akan berhenti di satu titik, lalu kami turun dan berjalan menyusuri sungai Songhua sekitar 45 menit. Ini area sungai Songhua yang lain lagi ya, dekat dengan Flood Monument, dekat dengan stasiun cable car kemarin. Memang sungai ini panjang dan luas sekali, merupakan salah satu sungai utama di China.

Stalin Street

Jadi kami menyusuri jalan Stalin (Stalin Street) yang memang khusus untuk pejalan kaki. Di kanan-kiri jalan terdapat banyak sekali pahatan salju dan es yang dibuat oleh orang lokal Harbin yang masih amatir, bahkan anak-anak sekolah. Lumayan loh tapinya bagus2 juga. Diana sih sangat menikmati jalan2 di sini.

Stalin Park

Kawasan inilah yang disebut Stalin Park. Jadi sama saja sih, mau stalin street atau stalin park, tempatnya yah di situ2 juga. Nama Stalin memang diambil dari tokoh revolusi Rusia, tapi area ini bukan tempat lahirnya dan Stalin sendiri ga pernah datang ke sini, cuma ambil namanya saja. Karena sekarang menjelang tahun baru China dan jatuhnya adalah tahun babi, maka banyak sekali pahatan bentuk babi di sini. Mengalahkan snowman, haha.

Berbagai pahatan es dan salju

Jadi di kota Harbin nya sendiri banyak sekali pahatan es dan salju di sana sini, gratis lihatnya ga usah bayar. Betul2 meriah ya kota ini saat winter. Jalan kaki 45 menit tidak terasa, tiba2 sudah sampai saja di ujung jalan. Kami pun kembali naik ke bis. Mampir lagi ke tempat shopping untuk barang2 lokal China. Jadi 2 tempat shopping hari ini adalah tempat yang wajib dikunjungi oleh turis yang ikut paket tour di China. Dulu saat kami ke China juga begitu, selalu ada 2 penawaran, mau yang mampir ke tempat shopping atau tidak. Kalo yang tidak mampir, harga paket tour nya lebih mahal. Mau murah, ya harus mampir toko wajib.

Harbin ice cream

Dari sini kami dibawa ke pusat perbelanjaan terkenal di pusat kota Harbin. Namanya Central Street. Masuk dulu ke salah satu toko dimana ada penjual ice cream “modern”. Ini katanya es krim paling legendaris dan terkenal di Harbin. Semua anggota rombongan tour dikasi masing2 satu. Lucu karena toko es krim ini adanya di dalam mall, di sekitar yang jualan perhiasan emas gitu. Jadi kita dibagi es krim dan makan es krim nya di antara yang jualan perhiasan emas. Ga cocok, haha..

Es nya model es potong Singapore gitu lah. Pake gagang. Cuma ada satu rasa, vanilla. Enak, tapi biasa aja sih rasanya menurut saya. Yang menarik mungkin lebih ke sensasi makan es krim di tengah udara dengan suhu minus. Sebagian besar orang menyelesaikan makan es krim di dalam mall, lalu kemudian baru keluar jalan2 di central street nya. Diana memilih memakan sebagian es krim di dalam ruangan dan meneruskan makan es krim di luar ruangan. Supaya merasakan bedanya.

Betul saja, di luar ruangan, yang suhunya minus 15 derajat itu, tentunya lebih dingin dari suhu es beku dong, maka es krim kita ga akan mencair walau didiamkan saja. Asik kaaaan. Wong air minum saja jadi beku kok kalo di luar ruangan gini. Kalo es yang sudah beku ya akan tetap beku. Jadi ga usah buru2 dimakan juga ga masalah es krim nya. Hal lain lagi yang seru, jika es krim itu dijilat, maka lidah kita bakal kaya nempel di es krim itu. Kaya kalo kita jilat es batu yang baru keluar dari freezer gitu loh.. ada sensasi nempel nya kan. Karena lidah yang berair jadi membeku bersamaan es krim nya. Jadilah kalo makan es krim di udara terbuka suhu minus gini mesti digigit. Jangan dijilat.

Nah, di central street ini banyak sekali toko. Cuma karena sudah seharian kayanya mampir toko melulu, udah bosen lah. Sekarang nikmatin aja suasana nya. Jalan ini memang panjang sekali dan dihiasi oleh lampu warna warni yang semarak. Keren banget deh. Di pinggir jalan ada beberapa pahatan es yang bagus2. Ada juga orang2 yang sedang membuat pahatan es, jadi kita bisa lihat proses buatnya. Pake gergaji, bor, alat pahat, seru banget deh. Satu pahatan gitu dibuat oleh satu tim terdiri dari sekitar 4 orang. Ada yang pegangin lampu sorot nya (karena situasi sudah gelap), ada yang pegangin bongkahan es, ada yang ngebor. Ternyata susah sekali ya bikin nya.

Central Street Harbin

Cocok sekali jalan2 di central street ini untuk menutup malam terakhir di Harbin. Bagus ke sini memang saat gelap pas lampu nya semarak. Betah banget lama2 di sini. Menikmati winter ekstrim untuk yang terakhir kalinya, sebelum besok menuju Shanghai. Bye Harbin… Bye winter ekstrim.. I’m gonna miss you..

Day 6 : Shanghai

Ini pagi paling menyiksa deh. Musti bangun jam 4 pagi dan jam 5 pagi sudah harus naik bis menuju airport karena perjalanan hotel ke airport sekitar 1 jam. Haduh, kenapa juga cari hotel yang jauh dari airport coba. Percuma nginep di hotel mewah Sheraton, ga bisa nikmatin fasilitas dan breakfast dengan maksimal. Cuma buat tidur doang. Sebagai sarapan, kita dikasi breakfast box dari hotel yang isinya : muffin, roti bunder ga ada isi, jeruk dan yoghurt. Cuma itu. Parah !

Sampai di airport, yoghurt nya malah ga boleh dibawa masuk karena cairan kan. Lupa belum diamankan tadi. Aaah.. dibuang deh sama petugasnya. Pesawat ke Shanghai harusnya berangkat jam 9 pagi namun delay. Jadi yang harusnya sampai jam 2 siang, alhasil baru sampai sekitar jam 3 siang. Rutenya pun cukup aneh, jadi dari Harbin pesawat menuju Yingkou dulu. Hal ini tidak kami ketahui, jadi bingung pas disuru turun dari pesawat di airport kecil gitu. Rupanya transit, harus turun pesawat dengan membawa semua hand baggage. Tapi sekitar 20 menit kemudian naik lagi ke pesawat yag sama dengan boarding pass dan tempat duduk yang sama.

Dari Yingkou airport ini baru kemudian terbang lagi dan mendarat di Shanghai. Di Shanghai kami dapat tour leader local yang baru. Orang China asli, ga ada turunan Indonesia, tapi sangat mahir berbahasa Indonesia. Hebat banget. Begitu sampai di Shanghai, kami langsung dibawa ke tempat belanja namanya Chenghuang Miao Market. Ini pusat perbelanjaan outdoor yang berisi kios2 dan barangnya bisa ditawar. Bangunan nya sangat khas oriental, trus kita bisa jalan di lorong2 nya gitu. Udara di Shanghai sore ini sekitar 9 derajat. Tidak minus lagi. Jadi terbilang hangat jika dibandingkan di Harbin.

Chenghuang market

Baru deh ini tempatnya rakyat, berbaur sama orang lokal. Bisa beli makanan2 khas Shanghai. Bisa juga beli souvenir murah2. Kalo ga mau nawar juga bisa sih, rata2 kios mencantumkan harga kok. Cuma biasanya bisa ditawar lagi kalo beli agak banyak. Misal beli 5 gratis 1, nah itu musti minta ke pedagang nya. Kalo merasa sudah murah dan ga mau nawar, ya langsung saja ambil dan kasi uangnya. Beres.

Xiao Long Bao

Makanan yang terkenal di Shanghai salah satunya Xiao Long Bao. Kami dibawa mampir ke satu restoran yang laku sekali. Ada tempatnya yang menjual khusus take-away. Ada yang kecil2 seperti biasa dijual di Jakarta, isi daging babi. Ada juga yang besar dan dalamnya berisi daging babi dan kepiting, serta di dalam ada cairannya yang harus dihisap pake sedotan. Yang kecil2 gitu satu box nya 20 yuan. Yang besar 1 pcs nya 25 yuan. Kami beli yang kecil2 saja untuk dicoba bertiga. Enak !

Wah, sudah gelap. Kami dibawa makan malam dan lanjut ke tempat shopping lagi, yaitu area Nanjing Road. Ini mirip seperti Central Street Harbin atau Orchard Road nya Singapore. Penuh toko2 branded untuk fashion dan bahkan ada Apple store di sini. Kirain agak anti barang Amerika ternyata engga juga.

Nanjing Road

Waktu yang diberikan di sini cukup lama, sekitar 2 jam. Padahal udah ga ada yang mau dibeli. Barang2 winter memang murah dibandingkan di Indonesia, cuma buat apa sekarang beli ? Udah mau pulang juga. Buat next time, belum tau kapan mau pergi lagi musim winter. Jadilah cuma jalan muter2 dan akhirnya duduk2 aja karena ortu Diana udah pegal jalan tadi di Chenghuang market.

Malam ini pulang larut malam sampai hotel, karena lokasi hotelnya jauh dari pusat kota, yaitu dekat airport. Nama hotelnya Borrman. Di kamar tidak pakai karpet, jadi lantai berasa dingin dan harus pakai sandal hotel. Hotelnya biasa saja, relatif kecil, tapi triple room nya lumayan agak lega.

Day 7 : Shanghai – Jakarta

Pagi ini setelah sarapan, bis langsung singgah ke toko jade tempat jual perhiasan. Ini juga toko wajib kunjung untuk turis. Yang lucu adalah orang yang kasi presentasinya. Kan biasa ada tuh orang yang ajarin ilmu tentang jade, trus setengah jualan promosi barangnya bagus dsb. Nah, orang yang biasanya presentasi pas ga ada. Jadinya digantikan oleh adik dari owner toko. Dia dengan polosnya bilang bahwa dia grogi, baru pertama kali ini presentasi buat turis. Haha, anak muda yang keliatan banget gugupnya. Bingung gitu dia musti ngomong apa. Jadilah agak kacau presentasinya. Dia cerita barang2 jade punya dia, tapi yang diceritain ga dijual di toko karena dibuat khusus untuk dia. Yang dijual di toko malah ga diceritain pas presentasi. Ya jelas aja rombongan tour kami bingung dan ga tertarik beli barangnya.

The bund

Dari toko jade, kami menuju The Bund. Cuaca agak gerimis dan sebagian bangunan tertutup kabut. Sementara tempat makan siang berada di sampingnya. Maka diputuskan untuk makan siang saja dulu sambil menunggu hujan reda.

Di sini masih bisa terlihat bunga warna warni yang tumbuh walaupun musim dingin (winter). Karena suhunya tidak minus ya, maka masih ada tanaman yang bertahan. Pemandangan yang berbeda dengan Harbin, dimana semua tanaman rontok dan semuanya serba putih karena salju.

Ternyata setelah makan siang, masih juga gerimis. Apa boleh buat, sambil memakai topi/hood, kami tetap foto2 saja di sini. Terlihat Shanghai Tower dan TV Tower di kejauhan tapi tertutup bagian atasnya oleh kabut. Bagus juga sih, jadi terkesan misterius gimana gitu. Hehe.. Pas lagi asik foto2 eeeh… hujan tiba2 jadi semakin deras. Buru2 deh semua naik ke bis daripada basah kuyup. Untung kemarin pas jalan2 di market ga hujan ya.

Oke, dengan demikian berakhir sudah perjalanan di Shanghai. Kami menuju airport untuk naik pesawat dengan tujuan Jakarta. Tiba di airport semua sibuk ganti kostum, kalo masih pake jaket winter nanti takut meleleh di Jakarta, haha..

Epilog

Merasakan winter ekstrim sampai suhu minus 20 derajat di Harbin menurut saya sih sangat patut dicoba. Pengalaman sekali seumur hidup lah. Kuat kok, asal melakukan persiapan yang matang. Bisa baca di tulisan perlengkapan winter ekstrim Harbin. Saya pun sebetulnya bukan orang yang kuat dingin, tapi nyatanya sangat menikmati suasana tersebut. Jangan lupa singgah ke Volga Manor, indah banget !

Selama di China, kita tidak bisa akses sosmed dan google. Jadi kalo mau tetap bisa akses seperti di Indonesia, kita harus download aplikasi turbo vpn dari google playstore. Download nya saat masih di Indonesia ya, kalo sudah masuk China kita sudah tdk bisa akses google playstore. Nanti di China tinggal nyalakan turbo vpn nya dan kita bebas akses sosmed dan google spt biasa 😀

Karena trip kali ini Diana mengikuti paket tour travel, maka tidak bisa menyebutkan dengan detail makan di mana karena memang ga tau dibawa makan siang dan makan malam di mana. Taunya duduk di bis, sampe, turun, makan, naik lagi. Ga tau juga itu di area mana, karena sama sekali ga pegang peta. Biaya2 juga ga tau karena semua sudah dibayar di awal secara keseluruhan. Namun semoga pembaca dapat gambaran apa saja yang dilihat dan apa yang harus diantisipasi jika pergi ke tempat2 tersebut.

Gimana rasanya wisata pake tour ? Terus terang Diana sih ga cocok. Mau foto2 aja susah banget karena kebanyakan di dalam bis. Makanya trip kali ini fotonya dikit banget dibanding biasanya kalo jalan mandiri. Bangun pagi dan buru2 harus pergi, pulang malam sudah harus beres2 koper karena besok pagi sudah angkut koper lagi masuk bis. Jadinya ga relaks ya, kurang menikmati hotel, kurang menikmati kawasan sekitar hotel. Walau hotel bagus jadinya rugi menurut saya. Banyak waktu terbuang di jalan karena pemilihan hotel yang kurang efisien, sementara kalo jalan sendiri pasti pilih hotel yang strategis dan disesuaikan itinerary. Misal harus kejar pesawat pagi ya hotel dekat airport. Malamnya di tengah kota ya hotelnya tengah kota jangan dekat airport. Ini malah kebalik2.

Satu lagi yang bikin ga cocok : waktu shopping yang terlalu lama dan waktu di tempat wisata yang terlalu sedikit. Ini memang masalah selera dan pengaturan waktu. Selera Diana kebetulan sama dengan Jeff, yaitu alam dan budaya. Berbeda dengan kebanyakan orang Indonesia yang suka shopping. Makanya kalo rombongan tour dikasi 2 jam shopping mungkin ga cukup. Buat Diana 1 jam aja udah kelamaan banget. Pas di Harbin Ice & Snow dikasi 2 jam buat Diana ga cukup, sementara buat rombongan tour udah pada cape dan banyakan malah memilih santai di cafe atau kembali ke bis lebih awal.

Jadi, ga salah dong selama ini pilih jalan mandiri ?! Ya iya lah.. ini kan pake tour “terpaksa” karena pas sama ortu dan Jeff ga mau menghadapi winter ekstrim. Daripada ga pergi ya apa boleh buat.

Oke, lain kali pergi ke destinasi lain dengan Jeff dan jalan mandiri tentunya ya seperti kebiasaan kami.. biar puas !!

Finished

Kisah sebelumnya di trip Harbin part 2

Advertisement
Categories: 2004-2014, ASIA, China | Tags: , , , , , , , | 3 Comments

Post navigation

3 thoughts on “Harbin-China : 29 Dec 2018 – 4 Jan 2019 (part 3 – Harbin & Shanghai)

  1. Yuli

    Hi ibu Diana,
    Kalau tidak keberatan, boleh tau apa merek sepatu yg ibu pakai pada saat di Harbin?

    Saya ada rencana ke Iceland bulan Oktober yang akan datang dan kebetulan belum punya boots.

    Terima kasih bu..

    Salam,
    -yuli-

    • Saya pakai sepatu snow pinjaman, pemilik nya beli di Harbin dan sekarang sudah dikembalikan. Jadi tidak perhatikan merk, sepertinya sih tidak ada merk hanya tulisan snow boot atau winter boot begitu, hehe..

We love your feedback !

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: