Update News
Setelah postingan terakhir kami di Februari 2020 mengenai aplikasi Visa USA, ternyata dunia mendadak berubah karena adanya pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease). Kami tidak bisa pergi ke USA seperti rencana awal. Jangankan traveling, semua orang di semua belahan dunia tiba-tiba harus diam di rumah. Sejak pertengahan Maret 2020, semua orang bekerja, sekolah, bahkan ibadah dilakukan dari rumah. Hal yang tidak pernah terjadi dalam hidup kami. Jika pun bepergian keluar rumah hanya untuk kepentingan yang mendesak.
Rencana traveling otomatis dibatalkan. Kami tidak mengalami kerugian materi, karena memang pas belum sempat membeli tiket apa pun. Tumben banget memang, biasanya kami beli tiket pesawat itu jauh-jauh hari. Tapi karena belum yakin visa USA disetujui, makanya kami belum membeli tiket. Setelah visa disetujui, kami sebetulnya segera berburu tiket, namun waktu itu mencari yang tidak transit di China (sebagai negara yang pertama kali terjangkit COVID). Setelah beberapa saat mencari, ternyata kemudian COVID mulai menyebar ke berbagai negara sampai akhirnya masuk ke USA dan saat itu kami sudah memutuskan untuk menunda keberangkatan kami ke USA. Apalagi visa USA berlaku 5 tahun, jadi santai saja deh, menunggu situasi lebih kondusif.
Melihat perkembangan COVID yang ternyata tidak juga mereda dan diprediksi akan berlangsung cukup lama, maka kami pun memutuskan untuk tidak melakukan traveling di tahun ini untuk tujuan ke luar negeri. Untuk tahun depan pun kami masih melihat perkembangan di awal tahun 2021.
Nah, tapi kan kelamaan di rumah juga jenuh ya. Butuh refreshing. Akhirnya di akhir Juli 2020 ini kami memberanikan diri untuk memulai traveling lagi. Pemerintah juga sudah mulai membuka pariwisata, walau tetap harus menjalankan protokol kesehatan. Sementara tujuannya masih domestik saja. Bahkan untuk kali ini, kami memilih tujuan wisata yang masih 1 propinsi dari domisili kami, yaitu Banten.
Prolog
Wisata di Banten sebetulnya cukup banyak, namun kami tertarik untuk pergi ke Tanjung Lesung. Tanjung Lesung ini memang nama daerah, namun untuk kawasan wisatanya terpusat pada 1 area yang berbentuk resort. Pantai Tanjung Lesung sendiri adanya di dalam resort ini. Di resort ini ada beberapa tipe penginapan : Hotel Tanjung Lesung Beach (yg berbentuk cottage), ada villa kalicaa (bentuknya villa dengan private pool, tapi dikelola Hotel Tanjung Lesung juga) dan ada model tenda serta container (ini akomodasi versi murah) di Lalassa Beach.
Semuanya di resort yang sama alias masih 1 pengelola. Tipe cottage adalah yang sejak dahulu ada, lalu bertambah tipe villa dan paling akhir ditambah lagi tipe tenda dan container. Akomodasi di luar resort ini hanya ada homestay penduduk, jadi pilihan menginap yang nyaman ya hanya di resort ini saja. Berbeda dengan pantai Carita atau Anyer yang merupakan pantai umum dan ada berbagai pilihan hotel di sepanjang pantainya. Info selengkapnya bisa lihat di http://tanjunglesung.com
Kami pernah melakukan kegiatan foto pre-wedding di sini. Bahkan trip Tanjung Lesung tahun 2004 tersebut merupakan trip pertama yang dimuat di blog ini, karena merupakan awal dari perjalanan kami berdua sebagai Pasangan Traveling. Nostalgia deh ceritanya setelah 16 tahun berlalu. Apalagi pas wedding anniversary kami bulan Mei yang lalu ga bisa kemana-mana, jadi anggap saja perayaan yang tertunda, hehe… Selain itu, ada beberapa pertimbangan lain untuk memilih Tanjung Lesung ini terkait situasi pandemi COVID, yaitu :
- Berupa wisata alam pantai yang menyegarkan dan luas areanya, bisa menjaga jarak dengan orang lain.
- Dapat dicapai dengan kendaraan pribadi, tidak harus menggunakan transportasi umum sepertu kereta api atau pesawat.
- Tempat ini cukup sepi karena lokasinya cukup jauh dari Jakarta dan terpencil areanya.
- Tempat ini cukup eksklusif, tidak bisa ada pedagang yang masuk ke area resort, berbeda dari Anyer atau Carita yang merupakan pantai umum.
- Akomodasi berupa cottage dengan jarak cottage satu dengan lainnya cukup berjauhan. Artinya sirkulasi udara bagus dan mudah untuk bersantai secara outdoor di teras cottage. Kami masih menghindari penginapan model hotel yang berupa kamar tertutup, harus terus menerus pakai AC dan pakai lift.
- Sarapan berupa ala carte, bukan berupa buffet. Lalu semua makanan, termasuk sarapan, bisa diantar ke cottage (room service).
Alasan-alasan tersebut membuat kami merasa lebih aman dalam traveling perdana kami di era COVID ini. Voucher akomodasi Tanjung Lesung Beach Hotel ini kami beli saat ada promo di tiket.com dengan harga Rp.1.300.000 untuk 2 malam, sudah termasuk sarapan. Murah bukan? Harga normalnya adalah Rp.1.700.000 per malam untuk tipe cottage zamrud (untuk 2 orang). Memang kami sengaja menginap 2 malam supaya lebih santai. Maklum perjalanan ke Tanjung Lesung membutuhkan waktu 4,5 jam sekali jalan. Waktunya pun kami pilih berangkat hari Kamis, sehari sebelum long weekend dan pulang hari Sabtu. Sehingga kami hanya cuti 1 hari dan bisa merasakan bedanya suasana weekday dan long weekend.
Day 1
Kami berangkat jam 7.30 pagi dari rumah dan menempuh rute Pandeglang. Beberapa kali tersendat karena banyak melewati pasar dan akhirnya tiba di resort jam 12 siang. Dari gerbang masuk Tanjung Lesung yang dijaga satpam, sampai ke hotel nya sendiri ternyata melewati jalan yang cukup panjang. Jadi betul sih, eksklusif tempatnya. Urutan nya dari gerbang utama itu ada belokan pertama menuju Mongolian Culture Center, lalu belokan kedua menuju bandara kecil, belokan ketiga menuju Lalassa Beach baru belokan keempat menuju hotel. Jika diteruskan lagi bisa sampai ke driving range tempat berlatih main golf.
Jalanan terasa teduh karena banyak pohon besar. Saat berkendara ternyata kami berjumpa dengan beberapa monyet di tengah jalan nih. Seru juga. Kami sempat berhenti dan monyet itu berusaha mendekati mobil. Sebaiknya sih jangan keluar mobil ya, kuatir monyetnya agresif.
Tanjung Lesung punya beberapa tempat menginap. Yang di belokan keempat, ada hotel dan Villa Kalicaa yang saling berhadapan. Dahulu hanya ada hotel yang berisi cottage. Lalu setelah itu dikembangkan area Villa Kalicaa yang bisa dimiliki oleh pribadi dan kemudian bisa juga diserahkan pengelolaan nya ke pihak hotel untuk disewakan kepada tamu. Ada juga kami lihat yang menawarkan sewa villa di kalicaa ini lewat airbnb. Front office, swimming pool, restoran, semuanya berada di area hotel. Area villa betul2 seperti area perumahan.
Cottage kami adalah tipe Zamrud, yang memang untuk 2 orang saja. Jadi begitu masuk pintu langsung tempat tidur. Bath-tub terlihat sudah tua, banyak yang terkelupas. Tapi kami suka dengan outdoor shower room nya, alami banget. Dahulu saat kami foto pre-wedding, kami menempati cottage tipe Mutiara yang terdiri dari 2 kamar, untuk 4 orang. Jadi dari masuk pintu terdapat area living room. Baru kemudian master bed room dengan pintu sendiri dan kamar kedua ada di lantai atas.
Setelah early check-in jam 12, kami istirahat sebentar dan kemudian jalan-jalan mengitari area hotel. Top nya di sini adalah infinity swimming pool yang menghadap laut lepas dan memang dekat sekali dengan pantai. Pantainya pun berpasir putih dan bersih, sangat cantik. Saat jalan2 di hotel, kami sempat melihat ada biawak yang memang umum terlihat di pulau atau area jarang penduduk. Biawaknya sih terlihat menghindari orang, jadi kami foto nya pun pelan2.
Tujuan wisata pertama kami adalah berkunjung ke Mongolian Culture Center (MCC) dengan naik mobil. Mumpung masih hari pertama, masih sepi dan belum masuk long weekend. Kami mau memanfaatkan semaksimal mungkin dengan mengeksplorasi tempat wisata umum di resort ini. Di perjalanan terhampar sawah yang juga menjadi tempat foto pre-wedding kami dulu. Yang penasaran foto2nya bisa lihat di trip Tanjung Lesung 2004 ya. Menarik memang alamnya di sini, kombinasi pantai dan sawah. Terus ketemu lagi sama monyet2 lagi nih di perjalanan, kali ini ada yang sedang manjat pohon juga.
MCC ini resmi beroperasi tgl. 23 April 2017. Merupakan bentuk kerjasama antara pengembang Tanjung Lesung dengan Kedutaan Besar Mongolia di Indonesia dan menjadi yang pertama di seluruh Asia Tenggara. Dipilihnya Tanjung Lesung sebagai lokasi MCC ini karena Tanjung Lesung merupakan 1 dari 10 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang sedang dikembangkan pemerintah. Setelah gerbang masuk, ada patung kaisar terkenal Mongolia yaitu Genghis Khan, yang sedang berada di atas kuda.
MCC ini terbuka untuk umum, tidak harus tamu hotel. Ada 2 tenda yang berisi barang-barang khas Mongol, seperti museum kecil lah. Pintunya pendek, jadi masuknya harus menunduk. Tenda2 ini benar2 asli dibawa dari Mongolia. Kalo di sana disebutnya “GER” (Mongolian Traditional Yurt/Tent).
Yang unik adalah kesempatan berfoto dengan kostum khas raja dan ratu Mongol. Tentunya kesempatan yang tidak kami lewatkan. Kostumnya berupa jubah, jadi tidak perlu ganti baju, tinggal dirangkap saja. Ukurannya super besar dan rasanya tidak ada kostum untuk anak.
Asal tau saja, pakai kostum itu di dalam tenda sangatlah panas. Mungkin lebih baik foto2nya di luar tenda saja deh. Lalu topi yang dipakai Diana, itu ternyata berat dan harus dijaga keseimbangannya. Kalo kepala bergerak, maka topi akan jatuh. Alhasil Diana terkesan menunduk karena jika kepala bergerak, topi akan jatuh, haha.. Ribet ya jadi ratu Mongol ternyata.
Setelah foto kostum, kami lanjut bermain panahan. Kali ini Jeff saja yang bermain, karena Diana sudah pernah mencoba panahan khas Mongol ini saat ke The Ranch Puncak dalam acara Gathering kantor. Lumayan lah, Jeff baru belajar sudah banyak yang mengenai sasaran. Mantap !
Selama di MCC ini kami serasa tamu VIP, karena memang tidak ada tamu lain lagi. Haha.. kosong banget. Bahkan awalnya tidak ada petugas sama sekali loh di sini. Kami harus cari2 sampai ke area belakang, tempat restoran khas Mongol yang sayangnya tidak buka.
Kami pun lanjut naik mobil ke Lalassa Beach Club, ini pantai yang terbuka untuk umum juga. Pengunjung harus membayar Rp.30.000 untuk tiket masuk, namun untuk tamu hotel gratis. Walau pun ini hari biasa, bukan hari libur, ternyata ramai juga pengunjungnya, baik yang duduk2 di tepian maupun yang bermain di pantai dan lautnya. Kami jadi hanya lihat2 saja dan memutuskan kembali lagi besok pagi, dengan harapan semoga pantai jauh lebih sepi.
Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan menikmati kolam renang nya saja. Mumpung sepi nih. Asiiik… serasa private pool, puas banget. Dari kolam renang bisa terlihat gunung krakatau di kejauhan.
Kondisi hotel di hari pertama ini sangat sepi dan tenang. Hanya ada 9 cottage yang katanya terisi dari sekitar 60 cottage. Lalu mayoritas tamu adalah bule, yang biasanya suka nyepi dan ga berisik.
Melihat sunset di hotel ini adalah satu keharusan. Sore ini matahari terbenam di tengah awan, sehingga tadinya kami pikir ga akan bagus. Biasanya kan untuk sunset yang dicari adalah matahari bulat keemasan yang turun ke balik laut. Yang kadang-kadang buat kami jadinya agak bosan sih. Tapi ternyata Tuhan memberikan lukisan alam yang lain, yang justru luar biasa indah. Semburat sinar matahari di balik awan yang bikin WOW, Speechless ! Betul2 Maha Karya yang Luar Biasa. Warnanya, bentuknya, aaah… kami hanya bisa terdiam, memandang dan menikmati. Bersyukur atas moment2 indah yang Tuhan masih berikan kepada kami berdua. How Great Thou Art !
Kami menikmati semua itu di gazebo pinggir pantai ditemani angin semilir. Hawa di sini cukup sejuk loh, mungkin karena angin dingin dari Australia. Setelah langit menjadi gelap, kami pun beralih ke restoran untuk menikmati makan malam. Menu yang kami pilih yaitu ikan kuwe bakar, cap cay dan kelapa muda. Rasanya enak dan menurut kami harga makanan di restoran ini sangat terjangkau, rata2 sekitar 50-80 ribu untuk menu 1 orang, sudah termasuk tax dan service. Oke banget kan. Sama lah dengan makanan di mal Jakarta.
Malam ini di resto hanya terisi beberapa meja, semuanya tamu bule kecuali kami dan semuanya menjaga jarak, artinya meja nya pada seling satu semua, hehe.. isi-kosong-isi-kosong-isi-dst. Bagus deh. Setelah balik ke cottage, malam2 pengen ngemil lagi nih, haha… jadilah pesan pisang bakar gula aren yang minta diantar ke cottage. Room service nya 24 jam loh, keren deh. Oke, sekarang kami istirahat dulu ya. Sampai besok pagi…
Bersambung ke trip Tanjung Lesung (part 2)