Cerita yang lalu : Kami menaiki kereta yang salah dari Innsbruck.
Day 12 : Mt. Titlis
Akhirnya kami baru tiba di Zurich jam 09.20 atau 2 jam lebih lambat dari jadwal seharusnya. Ternyata kami memang naik kereta yang salah. Walaupun tujuannya sama yaitu Zurich, tetapi ini kereta lokal biasa dan lebih murah daripada yang kami booking. Rugi banget deh ! Keretanya berhenti di tiap stasiun termasuk di antaranya di salah satu negara terkecil di dunia yaitu Liechtenstein.
Karena terburu2, kami ga sempat keluar dari Zurich train station. Cuma lihat keluar saja (foto atas kanan). Kami hanya sempat mengaktivasi Swiss Pass yang berlaku untuk semua jenis transportation di Swiss selama 4 hari (unlimited ride) + masuk gratis ke beberapa museum. Yang membuat kami senang adalah saat kami beli pass ini di Indonesia lewat http://www.eurobytrain.com. Kami mendapatkan discount 50% untuk Swiss Pass yang kebetulan memang sedang promo. Jadi beli 1 gratis 1. Harga 99 Swiss franc yang harusnya per orang jadi untuk berdua deh. Lumayan menghemat banyak, mengingat transportasi di Swiss luar biasa mahal. Berasa banget !
Kami langsung naik train ke Lucerne untuk menemui Mr. Krisna yang sudah kami kontak sebelumnya. Mr. Krisna ini orang Indonesia yang tinggal di Swiss, kenalan dari milis backpacker dunia ang kami ikuti. Di stasiun Lucerne kami langsung bertemu Mr. Krisna dan menitipkan ransel kami (plus bumbu rawon pesanan beliau) untuk dibawa pulang ke rumahnya. Duuh… baik banget deh mas, thanks yah ! Memang kami sedang buru2 sih, gara2 telat salah naik kereta. Sampai ketemu nanti malam yah mas…
Kami harus segera naik train yang menuju Engelberg, kota kecil sebelum naik ke Mt. Titlis. Ke Swiss kayanya kurang klop kalo ga naik ke Mt. Titlis yah.
Perjalanan ke Engelberg sudah menyuguhkan pemandangan yang fantastis. Memang Swiss itu cantik ! Kami pun menikmati perjalanan kami dengan santai.
Di stasiun Engelberg, kami beli tiket masuk ke Mt. Titlis. Dari situ kami naik shuttle bus menuju titik perhentian pertama.
Pertama2, kami naik cable car / funicular.
Di cable car mulai siap2 deh pake topi kupluk. Pemandangan silakan liat sendiri yah di foto2nya 🙂
Terus lanjut naik kereta gantung besar yang muat puluhan orang.
Terakhir kami naik rotair, kereta gantung besar yang bagian bawahnya bisa berputar 360˚
Pengalaman naik berbagai kereta gantung ini betul2 pengalaman mengasyikan ! Tidak sampai setengah jam, kami sudah tiba di puncak Titlis. Tempat salju abadi berada. Di puncaknya, ada bangunan besar yang berisi beberapa tempat makan dan tempat foto studio untuk pakai baju khas Swiss. Ada juga Glacier Cave. Gua berdinding salju. Nah, kami masuk ke sini dulu ah..
Dingin banget di sini. Banyak pahatan es di dalamnya. Menarik !
Setelah itu, kami baru melakukan aktivitas outdoor di puncak Titlis. Karena ada di puncak, maka jarak kami terhadap matahari sangat dekat. Jadi walau dingin, sinar mataharinya cukup terik sehingga sebaiknya memakai kacamata hitam. Apalagi salju yang putih membuat silau karena pantulan sinar matahari.
Saljuuuu….. Mari kita menikmati hal yang tidak ada di Indonesia.
Wah.. Ternyata tidak mudah berjalan di atas permukaan salju yang licin. Terpeleset dan terperosok adalah hal yang wajar. Diana yang pakai sepatu kets ternyata harus banyak berpegangan pada Jeff yang pakai safety shoes.
Jadi kayak anak yang baru belajar main ice skating nih di sini. Kayaknya pake sepatuh high heels lebih aman di sini, bisa nancep ke salju, jadi ga terpeleset karena licin, hihi..
Pemandangan di puncak ini sangat spektakuler. Sejauh mata memandang yang dilihat adalah pegunungan yang didominasi warna putih karena memang bersalju. Saking tingginya puncak ini, Engelberg pun tidak terlihat dari atas sini.
Kerjaan kita di sini adalah belajar berjalan di atas salju dengan terseok-seok dan foto2 di setiap tempat bersalju, which is… everywhere…. !
Di puncak Titlis ternyata ada beberapa aktivitas yang berkaitan dengan salju. Salah satunya permainan papan seluncur pake ban gitu. Kayanya asik dan seru.
Tapi kami ragu2 melakukannya karena kok tampaknya serem amat ya. Gimana kalo terlontar dari puncak gunung ? Hii… pinggirnya tebing gitu loh.
Memang sih pasti aman, tapi daripada nanti kami keseleo dan ga bisa lanjutin perjalanan kan sayang. Ya sudah, kami melihat saja deh. Banyakan memang anak2 sih yang main, jadi kami berasa tua, hehe..
Jalan sedikit lagi, kami naik ice flyer, kereta terbuka yang biasanya membawa para pemain ski es dari bawah ke puncak gunung. Ini keren banget ! Pokoknya yang punya kesempatan, usahakan naik ini yah.
Pas melayang dengan ice flyer, kaki kami menggantung di udara. Kami bisa melihat keindahan alam pegunungan Swiss yang luar biasa tanpa dinding kaca ataupun penghalang apa pun. Merasakan terbang diterpa angin dingin di atas gunung. Wuiiih…. Spektakuler ! Rugi deh kalo engga coba.
Dinginnya hawa di puncak gunung, lalu masuk ke ruangan tertutup yang panas (oksigen yang drop) membuat Diana sempat agak pusing karena perubahan cuaca yang ekstrem. Jadi kami sempat duduk santai dulu di lobby di bangunan utama (dekat foto studio) sambil melihat pemandangan dari jendela.
Setelah OK, kami membuat foto studio dengan kostum tradisional Swiss yang terkenal itu. Antri dan mahal. Tapi boleh dong buat kenang2an.
Oya, di sini ada restoran India ! Pantesan dari tadi banyak turis India di sekeliling kami. Ternyata Swiss menjadi salah satu tempat shooting film2 India sehingga menarik minat turis India datang ke negara ini. Ga heran di Titlis ada posternya Sharukh Khan juga !
Puas berdingin ria di Titlis, kami kembali ke Engelberg. Dalam perjalanan naik cable car, kita bisa turun di stasiun antara. Jadi kami stop sebentar, terus jalan2 di pedesaan situ. Sangat cantik ! Jadi jangan dilewatkan yah kalo pas jalan ke Titlis. Ga ada ruginya mampir sebentar.
Dari situ kami lanjutkan lagi perjalanan dengan cable car menuju Engelberg.
Tiba di Engelberg, kami juga sempatkan untuk jalan2 sebentar menikmati kota mungil ini.
We really love Swiss ! Betul2 pemandangan yang cantik : Gunung salju dan danau/sungai dengan air jernih. Udaranya pun segar sekali, ga ada polusi.
Banyak toko2 kecil sepanjang jalan, isinya ya souvenir buat turis gitu. Kayanya asik yah kalo tinggal di sini, santai, tenang, damai, pemandangannya spektakuler. Wuiih… kurang apa lagi ?!
Dari Engelberg, kami langsung menuju Lucerne. Kalo orang ikut tour, biasanya di Swiss hanya mampir di Lucerne saja. Katanya sih ini kota paling indah dan jadi trademark nya Swiss. Coba kita buktikan yah.
Keluar stasiun kereta, kami sudah bisa menjumpai danau dengan background kota dan gunung. Wah.. betul2 cantik !
Masih ada waktu untuk explore Lucerne nih sore hari ini. Ayo kita jalan2 mengitari kota ini. Kami mampir ke Chapel Bridge yang menjadi ikon kota ini yang letaknya sangat dekat dengan stasiun kereta. Juga melihat2 arsitektur kota dan danau Lucerne. Very Nice city.
Oke, sore ini baru sample dulu. Kita lanjutkan jalan2 di Lucerne nya besok2 yah. Soalnya sore ini kami mau pulang ke rumah Mr.Krisna di Kriens.
Kami naik bis ke Linde Pilatus untuk bertemu dengan Mr Krisna pulang ke rumahnya yang terletak di kaki gunung Pilatus. Malam ini kami dijamu makan malam yang luar biasa. Menu spesialnya adalah rawon. Karena ga ada keluwak di Swiss, Mr. Krisna titip dibelikan bumbu instant rawon dari Indonesia.
Menurut Jeff, ini adalah rawon terenak sedunia. Daging sapinya mantap banget. Empuk dan gemuk2. Ditambah sudah seminggu lebih kami tidak bertemu nasi. Wuih, dingin2 makan nasi + kuah hangat, kloplah makan malam kami kali ini. Asal tau saja, di Eropa kami tidak pernah makan sop/kuah, semuanya kering/goreng. Senangnya bertemu orang Indonesia di negara asing dan makan makanan Indonesia 🙂
Day 13 : Interlaken – Montreux
Hari ini kami akan naik Panoramic Golden Pass dengan rute Lucerne ke Interlaken. Semua train ini sudah tercover dengan Swiss pass, enaknyaaa…
Mr. Krisna berbaik hati menyiapkan bekal untuk kami berdua yaitu sandwich yang enak banget berisi ham. Buat dimakan di kereta ceritanya.
Perjalanan 2 jam kami nikmati dengan menatap pegunungan, danau, padang rumput, desa2 yang cantik banget.
Silakan dinikmati yah foto2nya.. Ini betul2 cara yang menyenangkan untuk melihat cantiknya Swiss. Sambil bersantai di kereta, tinggal melihat jendela dan semuanya terpampang di depan mata. Jangan lupa bawa bekal, lengkap deh !
Rute ini betul2 tidak boleh dilewatkan bagi yang traveling ke Swiss. Luar biasa ! Fantastic ! Kaca jendela yang bening membuat kita serasa berada di tengah2 hamparan gunung dan danau itu. Ciptaan Tuhan betul2 luar biasa, tidak ada yang bisa menandinginya.
Kereta hari ini cukup kosong, jadi kami leluasa untuk pindah2 tempat duduk guna mengambil foto yang terbaik.
Sampai di Interlaken, kami berjalan2 dahulu ke pusat kotanya. Kotanya sepi dan kecil tapi cantik. Banyak bangunan dengan arsitektur khas Swiss. Ada juga toko2 souvenir yang menggoda hati dengan barang2nya yang unik2. Karena mahal, kami cukup puas memandangi barang2 yang ada.
Dari stasiun Interlaken, bersama2 turis2 lain, kami menuju Lauterbrunnen by train.
Lanjut naik funicular ke Grutschalp.
Lanjut naik kereta kuno ke Murren.
Tiba di Murren
Wuiih… Pemandangannya cantik sekali.
Di Murren banyak café dan hotel. Kami mencoba eksplore sendiri Murren ini dan mendapatkan tempat yang keren banget. Kami naik bukit kecil dan duduk di situ untuk membuka bekal makan siang kami. Di depan mata kami terpampang puncak Jungfraujoch yang tinggi menantang. Speechless banget ! Ini loh yang ga mungkin dinikmati kalo kita ikutan tour 🙂
Kami hanya bisa bersyukur kepada Tuhan yang sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk menikmati salah satu karyaNya yang dahsyat. Makan siang kami sederhana tapi hati kami penuh dengan pujian kepadaNya. Apalagi suasananya sangat hening. Yang ada hanyalah desir angin yang menemani kami. Special place cuma untuk kami berdua menikmatinya.
Waktunya melanjutkan perjalanan. Selamat tinggal Murren yang cantik.
Turun kembali ke Lauterbrunnen menggunakan cable car.
Ternyata kota Lauterbrunnen ini pun juga sangat cantik. Walaupun kota kecil, tapi memiliki beberapa air terjun besar yang spektakuler. Salah satu yang terbesar adalah Staubbach.
Keren banget. Kotanya mirip yang di film Little House on the Prairie. Ada gereja yang kebetulan sedang menyambut pengantin yang menikah hari itu. Bel gereja dibunyikan berkali2, menggema di lembah tersebut. Ada padang rumput hijau yang dihiasi dengan cantiknya bunga2 liar beraneka warna. Benar2 siang yang luar biasa.
Duuh.. kalo udah gini, jadi pengen banget bisa tinggal di Swiss yah. Jauh dari hiruk pikuk kota besar. Jadi membayangkan film2 jaman dulu yang kita tonton bertema kehidupan di pedesaan Eropa.
Dari sini kami naik train panoramic lagi menuju Montreux yang terkenal dengan festival jazz tahunannya yang mendunia. Mata sulit berkedip menikmati perjalanan dari Interlaken ke Montreux karena keindahan alam yang disajikan.
Di stasiun Montreux, kami dijemput oleh Mathieu, teman baru dari CouchSurfing yang sudah kami kontak sebelumnya. Dia sangat ramah dan segera membawa kami berjalan kaki sekitar 5 menit ke apartemennya. Setelah menaruh barang di kamar, tak lama datanglah Manon (girlfriendnya Mat). Atas saran mereka, kami segera bergegas ke luar apartemen untuk berjalan2 di kota ini. Katanya kalo sudah malam, kota ini sudah tertidur alias toko sudah pada tutup dan tidak ada aktivitas lagi.
Kota ini sangat kecil sehingga sangat mudah berjalan kaki ke mana2. Cuaca agak gerimis dan berawan. Untung kami dipinjamkan payung oleh Mat & Manon. Montreux ini terletak di pinggiran danau Geneva. Karena berangin kencang, gelombang air danaunya mirip air laut. Lapar nih… kami sekalian mencari makan malam. Harga makanan di sini mahal2, jadi kami menjatuhkan pilihan di Mc Donald. Ini restoran favorit untuk menjaga kesehatan kantong kaum backpacker di negara Eropa, hehe.
Dalam perjalanan pulang, kami menyusuri kota Montreux yang nyaris tanpa penghuni. Hanya mobil2 yang parkir di pinggir jalan. Toko2 mayoritas sudah tutup kecuali toko yang menjual kebutuhan bahan pokok, casino, dan sekolah perhotelan yang lagi praktek.
Kami menemukan juga tempat semacam balai untuk pertemuan yang berada di pinggir danau. Suasananya kaya di tepi laut. Keren ! Bersantai di tempat ini serasa bersantai di tepi pantai di villa mewah Bali gitu, hehe..
Malamnya kami ngobrol2 sama Mat dan Manon yang ternyata berencana mau traveling keliling dunia selama 1 tahun di tahun 2013. 6 bulan South America dan 6 bulan Asia, di mana Indonesia menjadi negara yang menjadi pintu gerbang mereka masuk Asia.
Betul saja, tahun 2013 mereka datang ke Indonesia dan sempat stay di tempat kami selama 4 hari. Betul2 menyenangkan bisa saling mengunjungi di negara masing2. Pengalaman tak terlupakan ! Terima kasih Couchsurfing !
Dalam obrolan tersebut kadang-kadang mereka berbicara dalam bahasa Perancis. Letak geografis Montreux cukup dekat ke Perancis, sehingga warganya biasa berbahasa Perancis.
Di dalam kamar tidur yang disediakan untuk kami, ada peta dunia yang sudah ditandai dengan pin warna warni sehingga kami bisa melihat ke kota dan negara mana saja yang sudah mereka kunjungi. Ini menginspirasi kami juga sehingga kami pun memutuskan untuk mengikuti jejak mereka : memiliki dan menandai peta traveling kami !
Day 14 : Lausanne – Geneva – Bern
Hari ini kami awali dengan sarapan roti bersama Mat dan Manon. Setelah itu kami berpisah karena mereka harus bekerja dan kami melanjutkan perjalanan. Tradisi di sini saat berpisah adalah cium pipi 3 kali (kayak di Belanda) sambil berkata ca cauw yang artinya sama dengan bye bye.
Mat wiraswasta di Montreux, sedangkan Manon yang seorang guru harus naik kereta ke Lausanne. Sementara kami sendiri naik bis menuju Chateau de Chillon, sebuah kastil tua yang cantik yang terletak di tepi danau Geneva.
Karena masih pagi, kastil tsb belum buka dan kami hanya foto2 di seputaran kastil. Sebetulnya pengen banget masuk ke kastil ini. Cuma kalo kami menunggu jam buka dan masuk ke kastil, kami tidak bisa menjelajah kota2 Swiss yang lain. Jadi dengan terpaksa kami hanya bisa menikmati view kastil ini saja dari luar. Itu pun sangat indah. Kastil dengan latar belakang danau dan gunung, wow !
Dari kastil, kami kembali ke train station untuk pergi ke Lausanne. Di sana kami sempat beli obat batuk di apotik buat Jeff yang memang kurang sehat. Karena ga bisa bahasanya, Jeff membatuk2an diri di depan pegawai apotek. Lalu pegawainya paham dan memberikan obatnya. Untung bener obatnya. Haha..
Di station, kami beruntung dapat 6 pack yoghurt gratis yang kebetulan lagi promo. Gede ukurannya menurut ukuran orang sini mah. Kotanya menanjak, jadi lumayan berat nih jalan2 di sini. Dari atas, kami bisa melihat pemandangan kota di bawah hingga ke danau dan gunung.
Ga lama di Lausanne, kami lanjut ke Geneva, kota terbesar kedua di Swiss yang terkenal menjadi head quarter untuk organisasi2 dunia ternama. Tujuan kami yang utama adalah Jet deau peace fountain, air mancur yang semburannya tinggi banget dan menjadi ciri khas kota ini.
Di dekat perempatan ada juga komplotan penipu yang bermain sulap sambil berusaha mengajak kami ikut dalam permainan mereka. Semacam judi sulap, sering pura2 kalah pemain sulapnya, padahal kalahnya sama teman2 mereka juga. Kalo ketemu yang kayak gini, mendingan cepat2 menyingkir aja.
Dari Geneve, kami lanjut ke Bern (sesuai advice Mat & Manon). Kota ini adalah ibu kota negara Swiss (memang tidak sebeken Geneva atau Zurich). Kotanya luar biasa cantik dan unik. Beda banget dengan kota2 di Swiss lainnya yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Arsitekturnya terlihat tua banget. Hanya punya 1 jalan utama dan lurus terus, ga ada belok-belok.
Unik deh, di depan stasiun ada catur raksasa, ada yang lagi main loh (pic kiri atas). Eh.. lucu tuh, ada ibu2 bawa 3 anjing besar yang bulunya gondrong (pic kanan atas).
Ada astronomical clocknya yang terkenal dan menjadi pusat perhatian banyak turis yang datang ke sana. Toko2nya juga cantik2, malah ada toko yang letaknya di bawah tanah (kayak bunker). Transport di sini ada 2 : tram listrik dan bus listrik. Ga mungkin nyasar, karena cuma ada 1 jalan di sini, hihi.. Very easy !
Yang menjadi keunikan dan lambang kota Bern adalah adanya beruang coklat beneran yang hidup di dekat pusat kota. Di dekat sungai yang membelah kota Bern, dibuatkan kandang beruang yang luas (pagarnya transparan) sehingga beruang2 tsb bisa berkeliaran dan main dengan bebasnya. Bentuknya seperti lereng, jadi ada undakan2 seperti habitat beruang aslinya.
Antara tempat beruang dan pengunjung diberi batasan sugai kecil. Jadi kita ga bisa mendekat apalagi menyentuh beruang2 tersebut. Senangnya bisa melihat beruang di tengah kota, bukan di kebun binatang. Ini terbuka untuk umum dan gratis, jadi kalo anda ke Bern harus mampir ke sini !
Di Bern kami juga sempat mencoba Marzili Funicular yang terjal. Ceritanya karena punya swiss pass kami ga mau rugi, jadi dicoba aja segala bentuk transportasi yang beda2.
Ternyata waktunya hanya 1 menit karena rutenya yang sangat pendek. Kami pikir ini funicular dengan jarak terpendek di Swiss. Coba lihat deh gambar keretanya di samping, lucu dan aneh ya. Bukan kaya kereta, tapi kaya box yang tinggi dan sempit, hihi..
Ternyata ada juga loh funicular seperti ini di Indonesia, tepatnya di Bandung. Yang mau mencoba bisa lihat di trip Bandung 2014.
Ada 2 kereta, 1 dari atas dan 1 dari bawah. Lajur keretanya hanya satu loh, pas di tengah2 baru ada double track. Jadi kalo kita naik, serasa mau tabrakan sama kereta yang berhadapan dengan kita. Pas mendekat, baru deh kereta menyimpang sedikit sesuai double track tadi. Jadi timing jalan kereta dari atas dan bawah musti pas supaya ga tabrakan.
Sore itu kami kembali ke Lucerne. Sebelum kembali ke rumah, Mr. Krisna membawa kami jalan2 keliling ke daerah pedesaan di sekitar Lucerne. Beautiful.
Anginnya betul2 kencang dan udara sangat dingin. Jadi kami tidak tahan berlama2 di sana, walau pun pemandangan memang cantik luar biasa !
Day 15 : Mt. Rigi – Lucerne
Hari terakhir di Swiss. Pagi2 kami sudah jalan ke museum transportasi yang direkomendasikan karena bagus dan terkenal di Lucerne. Ke sana nya kami naik boat, menjajal moda transportasi yang belum pernah kami naiki selama di Lucerne. Jadi bisa merasakan danau Lucerne nih..
Pemandangan saat berada di boat memang keren ! Kami duduk di dek bagian luar kapal biar merasakan segarnya terpaan angin danau dan sinar matahari. Sambil tak habis-habisnya menikmati pemandangan danau + gunung es + kota Lucerne.
Sampai di tiket box, ternyata dengan Swiss Pass hanya mendapatkan diskon saja, tidak bisa gratis. Dengan diskon pun harga tiketnya masih mahal (menurut kami loh ya). Akhirnya kami memutuskan mengubah rencana. Ga jadi ke masuk museum, tetapi ke Mt. Rigi saja.
Karena kami bawa peta wisata Lucerne jadi tidak masalah. Kami naik boat lagi di danau Lucerne menuju Vitznau. Ternyata danau ini luas sekali dan cantik pemandangannya. Dan yang pasti karena kami pakai Swiss Pass tentunya gratis juga. Walaupun hari biasa, penumpangnya penuh juga. Ada yang bawa anjing, bawa sepeda, dsb. Di dalam kapal, kami bisa melihat pergerakan mesin kapal yang gede banget ukurannya di tengah2 kapal dan dilindungi cover natural dan rupanya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi turis yang melihatnnya.
Dari Vitznau, kami naik train yang jalurnya menanjak, menuju Mt. Rigi yang menjadi Queen of The Mountains-nya Swiss. Makin ke atas, makin dingin dan makin banyak tumpukan salju tapi pemandangannya menakjubkan.
Kami tidak sampai ke puncaknya, tetapi turun di Kaltbad bersama dengan beberapa penumpang lain, sementara trainnya melanjutkan perjalanan ke puncak.
Dari Kaltbad kami turun dengan cable car ke arah Weggis, sebuah kota kecil yang penuh dengan turis dan hotel2. Lagi2 pemandangannya spektakuler. Kalo tadi naik dengan train, sekarang turun dengan cable car. Sensasinya beda !
Di Weggis kami berjalan2 sambil menikmati hangatnya sinar matahari, kemudian duduk untuk makan bekal makan siang + buah pear segar yang sudah disiapkan Mr. Krisna. Wah, mantap sekali bisa piknik sambil melihat view yang spektakuler. Dari jauh kami bisa melihat kapal besar kami membunyikan klaksonnya tanda akan merapat dan membawa kami kembali ke Lucerne.
Setibanya di Lucerne, kami mampir dan foto2 di Lion Monumen yang menjadi salah satu ciri khas dan objek wisata para peserta tour Lucerne. Hehe… Tidak jauh dari situ, ada museum Gletscher Garten Luzern. Kami bisa masuk gratis ke dalamnya dengan Swiss Pass yang kami miliki. Asiiik…
Secara umum isi dari museum ini menggambarkan terbentuknya kota Luzern secara geologis selama ratusan tahun. Kami sempat nonton filmnya dalam bahasa Inggris. Ada juga museum Glacier, tentang pembentukan gunung es, salju, dsb. Sangat menarik !
Masih di area museum, ada labyrinth dengan arsitektur Istana Alhambra yang ada di Spanyol. Pakai kaca2 gitu, jadi seperti mainan di dufan. Hayoo.. cari jalan keluarnya gimana ya ?! Seru maen di sini, malah kami kalah cepat anak2 kecil di sana. Buat yang tertarik bisa klik di www.gletschergarten.ch.
Tiba di Lucerne, kami masih menyempatkan diri untuk menikmati suasana Lucerne di sore hari. Ga rela rasanya meninggalkan Lucerne. Oke, we take our last picture in Lucerne. The very beautiful one :
Selesai jalan2, sore itu kami bergegas kembali ke rumah Mr. Krisna untuk mengambil ransel2 kami. Ternyata Mr. Krisna sedang ada di rumah. Ayo kita foto bareng dulu sebelum kami melanjutkan perjalanan keluar Swiss. Wah, lengkap nih sama anggota keluarga yang lain, bahkan ada 1 anak tetangga yang juga ikutan difoto. Cheeze…
Bahkan tidak berhenti di situ, Mr. Krisna dengan kebaikan hatinya lalu mengantarkan kami ke stasiun Lucerne. Wah, luar biasa deh mas Krisna ini. Beberapa kali kami dibawain bekal makan. Betul2 serasa punya sahabat baru di negara orang. Thank you so much !
Dari Lucerne, kami menuju ke Basel, kota yang menjadi titik temu 3 negara yaitu Swiss, Perancis, dan Jerman. Night train ke Amsterdam hanya berangkat dari Basel, makanya kami harus menuju Basel.
Tidak banyak yang bisa dilakukan di Basel karena hari sudah gelap. Kami hanya mondar mandir di dalam dan luar sekitar stasiun. Menariknya, di dalam stasiun ada bagian imigrasi untuk menyebrang Baru malamnya kami naik night train menuju Amsterdam.
Bye bye beautiful Swiss…
Bersambung ke part 6
Lihat kisah sebelumnya di part 4
thanks to the author for taking his time on this one.
aku mau tanya, untuk bisa naik Ice flyer nya itu beli tiketnya di mana ya? apakah bisa beli langsung di dekat Ice flyer nya atau harus dibeli saat membeli tiket cable car untuk ke Mt titlis? thank tou!
Kami sih waktu itu beli di dekat ice flyer nya.