Harbin-China : 29 Dec 2018 – 4 Jan 2019 (part 1 – Changchun & Jilin)

PERHATIAN : 

1. Trip ini dilakukan oleh Diana dengan orangtuanya, menggunakan paket tour dari travel agent di Jakarta. Oleh karena itu tidak banyak informasi harga yang bisa diberikan karena semua sudah termasuk biaya yang dibayarkan kepada travel agent. Juga mengenai detail lokasi, transport dan perjalanan pun tidak bisa banyak diceritakan karena semua sudah diatur oleh pihak travel agent. Walaupun mungkin tidak bisa terlalu detail, namun trip ini tetap dituliskan di blog supaya bisa menjadi referensi bagi pembaca yang berniat pergi ke Harbin saat winter.

2. Kali ini Jeff tidak ikut pergi. Pertanyaan pertama yang pasti ditanyakan semua orang, mengapa Jeff tidak ikut pergi? Iya, ini pertama kalinya Diana pergi traveling luar negri tidak bersama Jeff sejak menikah 14 tahun yang lalu. Jadi ceritanya begini. Jeff & Diana selalu mencari tempat2 yang ingin dikunjungi bersama, jika hanya salah satu yang ingin pergi, sedangkan yang satunya tidak mau, maka destinasi itu akan dikesampingkan dahulu.

Nah, Harbin adalah salah satu destinasi yang ingin dikunjungi oleh Diana dan tidak ingin dikunjungi oleh Jeff. Alasannya sederhana, Diana ingin pergi ke Harbin pastinya saat winter untuk melihat pameran pahatan es dan salju terbesar di dunia yang diselenggarakan di Harbin. Sedangkan Jeff tidak mau kedinginan mengingat suhu winter di Harbin tergolong ekstrim, yaitu berkisar minus 15 hingga minus 20 derajat. Huaaa… membayangkannya saja Jeff sudah beku, haha..  Karena itulah Harbin belum menjadi destinasi yang kami pikirkan.

Namun ternyata orangtua Diana yang biasanya memang senang traveling dengan mengikuti paket tour, berminat untuk pergi ke Harbin pada akhir tahun 2018. Kebetulan juga Jeff & Diana belum ada rencana pasti untuk mengisi liburan akhir tahun. Setelah diskusi, akhirnya disepakati bahwa untuk liburan akhir tahun Diana akan ikut ortunya ke Harbin dan mama Jeff akan menemani Jeff di rumah. Win-win solution, semua punya quality time bersama ortu masing-masing. Diana senang bisa pergi ke Harbin, Jeff pun senang tidak usah tersiksa menemani Diana ke Harbin. Jadi trip ini adalah keputusan cukup mendadak, tidak ada dalam rencana jangka panjang Jeff & Diana.

PROLOG

Rute untuk trip Harbin ini adalah : Jakarta – Changchun – Jilin – Volga Manor – Harbin – Shanghai – Jakarta. Untuk perjalanan 7 hari 6 malam di saat high season (new year), pesawat China Eastern, makan, transport, menginap di hotel berbintang dan termasuk semua tiket atraksi, maka harga 19 juta per orang menurut saya adalah harga yang sangat pantas. Kalo saya coba cek, harga tiket pp Jakarta-Shanghai by China Eastern untuk tanggal tersebut saja sudah sekitar 8 jutaan. Belum transport untuk rute Shanghai-Harbin nya. Hotel di Harbin 2 malam adalah Sheraton, oke punya dong. Harga sudah all in dengan makan pagi-siang-malam, ditambah lagi dikasi perlengkapan winter tambahan : jaket, sarung tangan, kupluk, penutup kuping dan kain penutup hidung-mulut. Sip deh. Paket ini ditawarkan dengan harga yang tidak terlalu mahal karena penyelenggara nya adalah travel agent di China, bekerjasama dengan maskapai China (makanya pakai China Eastern yang notabene ga pernah dipakai untuk paket tour dari Indonesia sebetulnya). Lalu mereka menjual paket ini melalui beberapa travel agent di Indonesia. Jadilah nama paketnya : “Consortium Fantastic Harbin” – tidak membawa nama travel agent di Indonesia di itinerary, promosi dan banner nya.

Persiapan

Karena ikut paket tour, maka tidak ada persiapan terkait itinerary. Semua sudah ada yang mengatur, tinggal ikut saja. Nah, yang justru penting dipersiapkan adalah perlengkapan musim dingin. Karena suhu winter di Harbin yang ekstrim, sekitar minus 20 derajat, maka tentu bagi Diana dan ortu nya yang belum pernah mengalami winter menjadi tantangan tersendiri. Untuk hal ini bisa baca postingan Perlengkapan Winter Suhu Minus Ekstrim Harbin.

Jadilah selain berburu perlengkapan winter, kami pun sudah dikontak oleh tour guide melalui whatsapp untuk memberi informasi apa saja yang perlu dipersiapkan. Enak juga ya pake tour begini, semua sudah “disuapi”, ga perlu cari info lagi suhu di sana berapa, harus pake baju seperti apa, colokan listrik seperti apa, dsb. Bahkan tiket dan paspor pun sudah ada di mereka. Aneh banget rasanya mau traveling tapi ga pegang dokumen apa pun yang biasanya Diana bawa kalo traveling mandiri sama Jeff (tiket pesawat, bukti booking hotel, paspor, itinerary, dsb). Tinggal bawa diri, uang jajan dan koper saja.

H-1 : Jakarta

Pesawat berangkat tengah malam, jadi kami diminta berkumpul di bandara pukul 19.30. Tiba di bandara, sudah standby tour guide kami dengan bendera nya. Di sampingnya sudah banyak tumpukan koper milik peserta tour. Check-in koper semua diurus pihak travel, kami tinggal menyerahkan koper kami ke tour guide dan diberikan kartu imigrasi China untuk nanti masuk Shanghai. Sudah diisiin semua loh kartu imigrasi nya, wuih.. enak bener jadi peserta paket tour.

Day 1 : Jakarta-Shanghai (transit)-Changchun

Pesawatnya cukup minim secara fasilitas. TV nya yang muncul di tengah2 model jaman dulu itu dan diputerin film secara sentral dari pusat. Bukan di kursi depan kita. Jam 2 malam penumpang dibangunin buat makan. Astaga, ini makan apaan… makan malam bukan, sarapan bukan. Untungnya makanan yang disajikan tergolong enak dan lengkap. Bisa pilih omlet atau nasi. Kalo dilihat dari jenis makanan, harusnya ini sarapan sih. Whatever.. habis makan tidur saja, karena nanti pagi sudah tiba di Shanghai. Jadi fasilitas minim ga masalah.

Tiba di airport Shanghai cukup surprise, karena ternyata kita harus menghadapi mesin finger print sebelum lewat counter imigrasi. Banyak sih mesin nya, mirip seperti waktu mendarat di Vancouver, ada di beberapa area. Keren juga nih. Diana sempat ambil foto mesin2 finger print nya. Sayang ketika dilihat oleh petugas, dibilang tidak boleh foto dan foto yang sudah diambil diminta dihapus di depan dia. Hiks.. ya sudah, ga ada fotonya. Buat yang penasaran bisa lihat foto mesin ini saat kami di airport Vancouver.

Diana sih lancar2 aja pengambilan data finger print nya, mama agak sulit tapi akhirnya bisa dengan dibantu petugas kasi tissue alkohol untuk bersihkan jarinya. Scan 10 jari lengkap loh. Giliran papa ternyata ga bisa. Bukan hanya papa ternyata, ada beberapa orang yang tidak berhasil-kebanyakan sudah berumur. Mungkin untuk yang senior kulit jari tangan nya sudah sulit dibaca mesin ya, entahlah. Untuk yang tidak berhasil dengan mesin, lapor saja, nanti dikasi kartu yang menyatakan tidak berhasil scan digital dan bawa kartu tersebut ke counter imigrasi. Kalo Diana dan mama sudah bawa struk hasil scan ke counter imigrasi.

Sampai counter imigrasi, walau sudah bawa struk hasil scan, tetap dia minta sample scan 1 jari untuk mencocokkan. Sedangkan untuk yang belum berhasil scan di mesin, malah harus mengulang2 terus scan nya di depan petugas sampai berhasil atau sampai petugas nya nyerah. Itu bisa sampai 5-10 menit sendiri loh tiap orang ga beres2. Pantes aja antrian di sini puanjaaaaaang banget. Parah deh.

Lepas dari situ baru bisa ambil koper. Iya, mesti ambil koper karena kita akan pindah ke terminal domestik untuk perjalanan Shanghai-Changchun. Setelah ambil koper, rombongan pun mulai membuka koper besar itu dan mengeluarkan perlengkapan winter nya. Jaket tebal, sepatu tebal, celana tebal dan semua yang tebal2 lainnya. Langsung dipakai. Waktu tadi di belalai gajah Shanghai saja sudah langsung kerasa dingin. Katanya itu 10 derajat. Lumayan buat pemanasan ke suhu minus nih.

Oke siap, langsung check-in lagi pesawat lanjutan, yaitu Shanghai Airlines-masih satu grup dengan China Eastern. Ketika hampir tiba di Changchun, bisa kelihatan dari atas pesawat, sungai2 sudah beku menjadi es. Bisa lihat foto di atas ya.. kaya gitu view nya. Keren banget lihatnya. Udah kebayang deh dingin nya kaya apa tuh.

Pesawatnya kali ini agak delay. Tiba di Changchun sudah hampir jam 3 siang. Betul saja, lewat belalai gajah saja sudah terasa dingin nya. Weeesss… mantap. Matahari cerah, tapi katanya suhu di luar sekitar minus 15 derajat. Mari kita rasakan. Begitu keluar dari airport menuju bis di udara terbuka, baru terasa yang namanya suhu minus ekstrim itu seperti apa. Banyak peserta langsung heboh menambah lapisan di muka, mulai menutup hidung dan mulut. Diana sih sangat gembira dengan pengalaman ini. Mengagumi nafas tiap orang (dan diri sendiri) yang tiba2 semua jadi asap keluar dari hidung dan mulut. Merokok alami ini namanya, haha.. Kereeeeeen !

Changchun

Masuk bis langsung berasa hangat. Suhu di bis kira2 10-15 derajat. Rombongan langsung diantar menuju Culture Square atau alun2 nya kota Changchun. Ada patung Sun Bird di situ. Ada juga Geological Museum, tapi kita ga masuk, hanya bisa lewat saja di depannya. Payah deh. Semuanya sudah dilingkupi salju jadi berwarna serba putih. Pohon2 berjejer tinggal ranting saja. Pemandangan yang ga akan bisa dilihat di Indonesia.

Cultural Square Changchun

Karena dingin yang luar biasa, hampir semua rombongan hanya terlihat mata nya saja. Muka semua ditutupi. Untuk 30 menit pertama Diana masih asik2 saja, nah.. menjelang hampir sejam mulai berasa ujung jari kaki kedinginan, hidung dan pipi pun udah beku karena kalo pake masker, kaca mata berembun. Jadilah Diana ga bisa pake masker untuk menutup hidung. Paling syal nya saja dipegang menutupi hidung dan pipi untuk menghangatkan jika sudah terasa sangat dingin. Untung nya di lapangan terbuka ini tidak ada angin dan matahari masih bersinar.

Paling tidak dari pengalaman ini sudah tau bahwa besok kostumnya mesti diperbaiki nih, hehe.. Menjelang jam 5 sore, terasa makin dingin dan matahari pun sudah tenggelam. Saat winter memang hari jadi lebih pendek. Kami pun naik ke bis untuk menuju tempat makan malam. Walau belum jam 6, tapi suasana di luar gelapnya sudah seperti jam 8 malam. Jalanan Changchun ternyata macet juga, bangunan2 nya pun sudah seperti kota metropolitan. Hebat.

Makan malam model Chinese food, ya iyalah.. kan di China. 1 meja untuk 8-10 orang. Rombongan kami ada 36 orang jadi mengisi 4 meja bundar. Inilah yang akan menjadi teman makan selama trip Harbin. Selain saya-papa-mama, ada 3 pasangan senior lainnya yang makan bersama kami. Di antara kami ber-9, Diana paling muda, jadi lumayan kalo makan ga pernah kehabisan, beruntunglah Diana, haha..

Dari suhu dingin, masuk restoran yang hangat dan makan itu rasanya enaaaak banget. Semua makanan ludes. Entah karena memang makanan nya enak banget atau kami yang sudah kelaparan karena makan yang ga jelas di pesawat, atau karena kami kedinginan. Kombinasi semuanya deh ! Malam ini kami menginap di Holiday Inn Express. Tidak besar tapi modern. Karena kami ber-3, maka dapat kamar yang triple untuk 3 dewasa. Di China model kamar ini cukup umum. Dahulu saat Diana & Jeff dan adiknya Jeff ke China pun kami selalu pesan triple room. Kamar triple nya di sini unik, jadi bed nya di area terpisah dan ada dinding pembatas nya. Jadi saat tidur tidak bisa saling melihat. Cukup menjaga privacy dan kamar nya pun luas di belokan, jadi bisa lihat pemandangan 2 jalanan dari jendela.

Dinner dan Hotel di Changchun

Day 2 : Changchun-Jilin

Pagi ini sudah lebih siap untuk “bertempur” melawan udara dingin. Sudah pakai heat-pack, sudah pakai sepatu boot winter (kemarin masih boot biasa). Sarapan nya cukup oke, banyak pilihan. Kalo ikut tour, kita akan dibangunkan dengan morning call (telpon) jam 6, lalu breakfast jam 7 dan jam 8 harus sudah bawa koper turun untuk check-out dan naik bis. Lumayan menyiksa buat Diana yang ga suka bangun pagi nih.

Setelah breakfast masih sempat foto2 sebentar di depan hotel sambil ngecek suhu.. kalo pagi ternyata memang lebih dingin ya. Katanya minus 18 derajat nih. Tapi udah lebih biasa karena latihan kemarin sore kan. Bis tingkat kami sudah menunggu di depan hotel. Mari kita berangkat. Tujuan pagi ini adalah Museum of The Imperial Palace. Dahulu ini adalah istana yang dibuat tentara Jepang untuk Kaisar Puyi (kaisar terakhir di China). Sekarang jadi museum untuk turis.

Salju dan putih dimana2, kiri tengah : danau beku, kanan bawah : snow-flake cantik di jendela

Mulai terbiasa nih melihat jalanan putih, danau membeku jadi es sehingga sudah ga tau lagi mana yang sebetulnya jalanan, mana yang taman dan mana yang danau. Semua jadi sama. Di jendela museum ada snow-flake yang cantik banget. Butiran salju yang turun nempel di situ dan membeku, memperlihatkan pola kepingan salju yang unik.

Ruangan di Istana Pu Yi, kiri bawah : bioskop nya kaisar

Jika ikut rombongan tour, terus terang jadi kurang bisa menikmati karena semua berkumpul di satu tempat, bergantian foto di tengah kerumunan orang dan digiring langsung keluar. Yang bikin lama ya nungguin orang foto2 sih, karena bayangkan saja 30-an orang semua foto di tempat yang sama, ya lama lah. Akhirnya Diana-papa-mama memutuskan untuk pisah dari rombongan. Lebih enak begini, dikasi waktu sih-nanti kumpul langsung ke bis. Jadi bisa menjelajah ke lantai 2, ada kamar tidur Puyi dan istrinya-terpisah tuh, nah rombongan lain ga ke sini. Ada ruangan meja bilyard juga loh, untuk rekreasi nya Puyi. Keren juga.

Lalu di bagian luar istana utama juga banyak bangunan2 istana. Kompleksnya besar, seperti istana2 di China pada umumnya. Bisa nyasar, apalagi ga ada petunjuk pake bahasa Inggris.. semua denah dan petugasnya pun pakai  bahasa China. Pintu masuk dan keluar pun beda, jadi sempat bingung cari2 pintu keluarnya.

Dari sini kita melanjutkan perjalanan ke kota Jilin. Perjalanan cukup lama, jauh juga ternyata. Jadi sempat makan siang dulu di tengah perjalanan. Tiba di Jilin, rombongan dibawa menuju winter shop kecil, yang punya temannya supir bis, haha.. kolusi nih. Di situ peserta tour dipersilakan belanja perlengkapan winter yang lebih cocok untuk bermain salju/es dan menghadapi suhu minus 20 sepanjang perjalanan ini nantinya. Rasanya semua peserta jadinya belanja ya di sini, walau harga2nya bisa dibilang cukup mahal. Karena harus nunggu semua orang selesai belanja, jadinya keburu sore nih. Udah jam 4 dan sudah mulai gelap. Ini salah satu ga enaknya ikut rombongan tour.. waktu belanja bisa mengalahkan waktu di destinasi wisata.

Betul saja, tujuan di Jilin harusnya ke Longtanshan Park. Tapi karena sudah gelap banget (jam 5 sore), maka kami hanya diperlihatkan dari jauh, lampu2 di bukit Longthansan yang katanya berbentuk naga. Entahlah harusnya begini atau gara2 sudah kemalaman. Kalo ikut tour mah, mana tau. Semua nurut aja dibawa ke mana. Dari situ kami dibawa ke JIlin Catholic Church. Ini gerejanya bagus banget. Mosaik kacanya keren. Pas gelap begini lampunya juga bagus, tapi sulit ditangkap kamera. Pakai mata saja, puas banget lihatnya, cantik !

Jilin – jam 6 sore

Dari sini, kami pun dibawa ke tempat makan malam yang entah dimana. Lalu diantar ke hotel Liyade. Hotel ini sangat besar, megah, terletak di tengah persimpangan jalan besar dan sangat unik karena bagian atasnya berbentuk kubah. Jadi terlihat seperti masjid. Banyak penggunaan tulisan arab di dalam hotel ini. Dugaan kami, ini hotel yang ramah muslim. Kamar nya sangat lega, kamar mandinya juga luas. Pulas deh tidurnya.

Liyade Hotel

Day 3 : Jilin-Volga Manor (New Year’s eve)

Hari terakhir di tahun 2018 = 31 Desember 2018. Pagi ini sarapan nya cenderung sayuran semua. Tidak ada daging, hanya paling daging yang ada di dalam bapao. Bapao pun banyak yang isinya sayur. Sekali lagi, sepertinya di sini semua makanan halal, sehingga mereka ga berani menyajikan daging yang dikuatirkan tidak halal.

Jam 8 pagi bis berjalan menuju destinasi yang katanya merupakan salah satu dari 4 keajaiban alam di China, selain YangTze Three Gorges, Guilin Karsts dan Stone Forest Kunming.  Apa itu ? Namanya Rime Island di Jilin, terletak di tepi sungai Songhua. Rime itu adalah kristal yang terbentuk dari tetesan air kabut yang membeku ketika bertemu suhu panas. Jadinya pohon2 di situ akan berkilau karena kristal2 yang menggantung di pohon. Bukan es dan bukan salju. Silakan liat gambar2nya di internet, keren banget.

Jilin di pagi hari

Sayang di Jilin sudah 2 minggu tidak turun salju. Jadi walaupun suhunya minus 18 derajat, namun kami tidak menjumpai es/salju di Rime Island ini. Semuanya coklat, kering kerontang. Ada seperti butiran es batu yang berserakan di tanah, sepertinya sisa kristal yang sudah berjatuhan ke tanah. Jadi untuk bisa lihat rime ini, dibutuhkan suhu yang jauh lebih dingin, mungkin harus pergi ke sini di akhir Januari.

Rime Island

Ya sudahlah, namanya alam, ga bisa diatur manusia. Hutan penuh pohon kering di pinggir sungai yang berasap (karena air lebih hangat daripada udara) juga keren buat foto2. Tour guide yang baik hati siap mengambil foto keluarga2 yang meminta bantuan. Di pinggir sungai, airnya sudah mulai membeku, tapi di tengah masih cair. Bisa dilihat di foto grup, betapa besarnya rombongan tour kali ini. Biasanya Diana pergi berdua, sekarang mesti barengan sama hampir 40 org, wuiiih… beda banget pengalamannya.

Dari tempat ini, kami meneruskan perjalanan ke Volga Manor, sebuah resort di pinggiran Harbin. Buat Diana, tempat ini ternyata menjadi highlight dari trip kali ini. Paling cantik, paling dingin (minus 22 derajat) dan paling seru dengan berbagai permainan winter nya. Sangat pas untuk menikmati malam pergantian tahun dan mengawali tahun baru di sini ternyata. Mau tau seperti apa ? Tunggu di postingan berikutnya ya.

Bersambung ke Harbin trip part 2

 

 

Categories: 2015-2019, ASIA, China | Tags: , , , , , , , , , | 1 Comment

Post navigation

One thought on “Harbin-China : 29 Dec 2018 – 4 Jan 2019 (part 1 – Changchun & Jilin)

  1. Cruz Scierka

    Excellent post. I definitely appreciate this site. Continue the good work!

We love your feedback !

Create a free website or blog at WordPress.com.