China : 23-31 October 2015 (part 3 – Yangshuo)

Day 3 continued…

Tiba di Yangshuo, kami dan penumpang kapal yang lain langsung diserbu oleh para pedagang. Ga jelas nawarin apa aja karena semua berbahasa China. Kami pun jalan terus dan mengikuti arus, karena jalur nya memang cuma 1 arah, yaitu ke kanan.

riverviewDi Yangshuo, kami menginap di River View Hotel. Lokasinya strategis, persis di tepian sungai Li yang tadi kami lewati dengan kapal. Jadi kami jalan kaki menyusuri jalan raya di samping sungai dan tidak sampai 10 menit kemudian kami sudah tiba di Hotel tersebut. Asiknya, jadi nanti kalo kami mau main2 ke tepian sungai Li, tinggal nyebrang jalan, turun dari jembatan, sampai deh. Di lobby disediakan dispenser air minum, gratis untuk tamu, jadi tinggal isi botol deh.

Di sini kami menggunakan Family room yang bisa di-isi oleh 3 orang dan memiliki balkon menghadap ke jalan depan Hotel + sungai Li. Sayang, pemandangan ke sungai tertutup oleh lebatnya pohon di area hotel. Sedangkan tante Caroline mengambil room yang memiliki pemandangan gunung. Walau tidak ada balkon, tetapi viewnya cantik.

Secara umum tiap kamarnya di-desain sangat unik dan khas China. Termasuk kamar mandinya. Menarik sekali ! Harga untuk family room+balkon (untuk 3 orang) RMB.268 atau sekitar 600 ribu rupiah. Sedangkan jika mau lebih hemat, pilih saja yang standard double room, dengan harga sekitar 300 ribu rupiah.

Receptionist yang menerima kami namanya Mr. Kevin. Cukup fasih Inggrisnya, walau kadang2 cenderung cepat dan kurang jelas artikulasinya. Contohnya ketika dia ngomong kata “basko” berulang-ulang. Jeff sampai mikir lama untuk tahu arti kata itu. Apa maksudnya bus station ? Untung Diana mengerti. Basko itu maksudnya bicycle. Jadi kata “bay-si-kel” kalo diucapkan cepat dan sedikit monyong kan jadi “bays-kol” dan terdengar di telinga jadi “bas-ko”. Haha.. pengen ketawa terus kalo ingat kata itu.

Tiap negara memang unik kok lafalnya. Kami masih ingat saat di capsule hotel Tokyo dan diminta pasporto oleh receptionist. Ternyata maksudnya bukan pas photo tapi passport. Entah mengapa orang-orang ini suka menambahkan huruf “O” di belakang kata ya, hehe.. Baca deh di trip Jepang 2014.

Selesai check in dan membereskan bagasi, kami kembali ke Kevin. Mau berbisnis dengan dia pesan berbagai macam tiket. Hotel ini punya berbagai macam layanan. Mulai dari pesan tiket pertunjukan, sewa sepeda, hingga shuttle ke airport Guilin (Yangshuo tidak punya airport). Dia punya buku berisi daftar layanan tersebut lengkap dengan tarifnya. Tapi bukan di China namanya kalo harga ga bisa ditawar. Semua harga di situ kami tawar untuk dapat harga lebih murah.

Hasilnya adalah :

  • Tiket nonton show Impression Sanjie Liu buat malam ini dari RMB 200 menjadi RMB 180 per orang (untuk posisi seat B2),
  • Rafting Yulong river (buat besok) dari RMB 180 per rakit (untuk 2 orang) menjadi RMB 175
  • Shuttle bus dari hotel ke Guilin airport dari RMB 80 menjadi RMB 70 per orang.
  • Sedangkan untuk rental sepeda RMB.10 tidak bisa ditawar 🙂 Sepedanya ada sepeda biasa ada juga sepeda tandem. Terserah, boleh pilih. Kalo tandem harganya RMB.20 karena untuk 2 orang.

Lumayanlah. Intinya Hotel ini bisa bantu apa aja terkait urusan turis. Prinsipnya “palugada” : apa lu mau, gua ada. Kalo gua ga ada, gua bisa adakan (karena banyak channelnya alias calo) ha..ha..ha.. Tapi jangan pernah lupa menawar harga2 yang ditawarkan. Terus minta copy bukti bayarnya untuk kita. Semua bisa bayar pake card kalo mau, bisa juga pake cash. Oke, beres sudah urusan bayar-bayaran.

jalanSore ini kami mau jalan2 dahulu di Yangshuo sebelum malam nanti nonton show Impression Sanjie Liu. Kota Yangshuo jauh lebih kecil daripada Guilin. Jalannya bukan aspal, tapi batu alam, jadi asik banget buat jalan kaki. Dulunya Yangshuo adalah sebuah desa nelayan. Namun sekarang sudah berubah menjadi kota tujuan wisata. Tidak heran banyak sekali hostel dan tempat makan di sini. Nah, ketemu lagi tuh scooter matic yang pake payung seperti di Guilin.

Kami start dari tepian sungai Li dulu, di seberang hotel. Ada seorang kakek yang duduk dan di dekatnya ada 2 ekor burung cormorant. Itu burung yang dipakai para nelayan untuk menangkap ikan. Di Yangshuo banyak yang menawarkan commorant show, show nonton keahlian si burung nangkap ikan di sungai Li.

Nah, si kakek ini bukan show, tapi menyediakan jasa sewa si burung. Jadi kalo turis mau bergaya nelayan yang membawa 2 burung tersebut, harganya RMB. 3 per orang. Hah ? ga salah tuh ?! Cuma sekitar 6600 perak per orang. Duuh, kasian ya si kakek.

burungAkhirnya karena iba, kami pun akhirnya foto2 dengan burung tersebut. Tiga orang yang berfoto jadi total RMB. 9. Kami berikan RMB 10 dan si kakek mau mengembalikan RMB 1 tapi kami tolak. Salut buat si kakek yang sudah tua dan masih mencari nafkah sendiri walau pendapatannya tidak seberapa.

bajuSelanjutnya acara foto2 berlanjut. Kali ini Jennifer mau berpose dengan baju tradisional China. Mumpung di China, wajib tuh hukumnya untuk berfoto dengan baju tradisional ala China. Kami sudah puas dulu waktu di Shenzhen, bergaya ala raja dan ratu China, gaya jaman aladin, sampai bergaya dengan unta, haha.. Bisa liat foto2nya di trip Shenzhen 2008.

Setelah tawar menawar dengan si pedagang, jadilah tarif RMB 120 untuk 2 baju yang akan dipinjamkan. Mahal ya, tapi karena kesempatannya hanya ada kali ini ya sudah. Besok sore Jennifer sudah harus kembali ke Guilin dan paginya sudah harus ke airport untuk kembali ke Bandung. Ya, dia tidak ikut kami ke Xian dan Beijing karena cuti yang terbatas. Apa boleh buat.

Ambil fotonya pakai kamera sendiri sepuasnya. Lokasi fotonya di sekitar tempat sewa baju tersebut yaitu di sekitar sungai Li dengan pemandangan bukit2 karst di kejauhan. Sangat natural. Cocok ya Jennifer jadi orang lokal China, mukanya oriental sih, haha..

West street

West street

Dari sungai Li, kami pun jalan ke arah keramaian. West Street merupakan tempat rekomendasi jika ingin makan maupun belanja. Lokasinya antara dermaga kapal dengan hotel kami. Jika dari arah dermaga, nanti ada belokan ke kiri dan banyak orang ke sana. Jalan kaki dari hotel ke west street ga sampai 10 menit sudah sampai. Banyak hotel yang berada di kawasan west street ini. Kami sendiri memang memilih hotel yang tidak berada di west street supaya lebih sepi. Maklum, west street akan selalu ramai dengan pedagang, bahkan sampai dini hari.

Sore-sore banyak toko dan restoran buka, tapi masih sepi. Mungkin belum jam turis jalan2. Suasananya bagus dan menarik. Kami makan sore di salah satu restoran di situ, soalnya nanti jam 18.30 kami akan dijemput di hotel untuk nonton show. Makanan khas Yangshuo adalah Beer Fish. Ini bukan nama ikannya, tapi nama masakan nya. Ikan segar dari sungai Li diolah dengan menggunakan bir. Agak mahal sih karena ikan masih hidup dan ditimbang, jadi bayarnya per kg. Ya sudah kami coba saja deh mumpung di Yangshuo. Hm.. rasanya memang enak !

Selain itu kami juga memesan tofu (di China rata-rata masakan tahu nya enak) serta bamboo shot alias rebung gaya China, biar serasa jadi panda, haha.. Di sini semua alat makan per orangnya dibungkus dengan plastik, kaya paket gitu. Ternyata di beberapa restoran di China kami banyak menemukan hal seperti ini. Teh di sini otomatis disediakan di poci, gratis.

makanSetelah itu kami kembali ke hotel karena jam 18.30 kami akan dijemput untuk menonton show Impression Sanjie Liu. Tepat pada waktunya, kami dijemput dengan mobil van. Ternyata sudah ada orang lain juga di dalam van. Supirnya ibu-ibu yang tidak bisa bahasa Inggris. Jadi pegawai hotel menjelaskan kepada kami bahwa nanti pulangnya pun akan dengan ibu itu. Oke. Sesudah itu kami sempat menjemput 1 keluarga lagi di hotel yang lain dan setelah itu menuju tempat show. Sekitar 20 menit kami pun tiba.

Dari tempat parkir, kami diarahkan oleh ibu supir ke lapak2 yang ada di depan gerbang show. Suasananya hiruk pikuk, persis kayak pasar malam, penuh sekali orang. Di lapak no 28, kami menunjukkan bukti bayar kami ke orang di situ. Dia men-cek nama kami dengan nama yang ada di dalam daftarnya. Ternyata, kami harus tunggu agak lama karena dia menjadi calo bagi beberapa agen. Setelah terkumpul hampir 50 orang, barulah orang itu mengajak kami masuk. Dia bawa bendera bertuliskan nomor 28, udah kaya tour leader gitu deh.

showSampai di dalam, kami disuruh menunggu sebentar. Dia masuk ke kantor tiket. Oh, ternyata dia menukarkan daftar nama tadi dengan tiket resmi. Lalu bukti bayar kami ditukar dengan tiket resmi. Setelah itu kami disuruh jalan kea rah dalam, berbaur dengan calon penonton lain yang jumlahnya ribuan. Jalan kaki lagi sebentar dan kemudian kami masuk ke sebuah gerbang. Di situ tiket diperiksa dan kemudian kami harus mencari tempat duduk sesuai nomor kursi yang ada di tiket.

Apa itu show Impression Sanjie Liu ? Apa menariknya ? Show terkenal ini merupakan sebuah maha karya dari Zhang Yimou, kelahiran Xi’an, China. Zhang Yimou ini merupakan sutradara berkaliber international. Karya2nya diakui oleh dunia internasional dan banyak mendapat penghargaan, baik di dalam negeri hingga ke Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. Daya tarik show ini adalah stagenya yang memanfaatkan keindahan Li River. Iya, show nya di atas air, di udara terbuka, keren ya ?! Diklaim sebagai teater alam terbesar di dunia dengan 12 puncak bukit karst sebagai latar belakangnya. Perlu waktu 5 tahun lebih dengan 109 kali revisi untuk menyempurnakannya hingga bisa kami lihat seperti sekarang ini. Ada lebih dari 600 pemain yang terlibat di dalamnya.

Pas kami mau lihat show ini, pas bulan purnama. Aduuh, indah sekali. Sayang karena gelap, sulit ditangkap oleh kamera. Tapi mata ini sangat puas melihat alam nan indah yang menjadi latar belakang dari show ini. Durasinya 70 menit. Terdiri dari beberapa babak : Prelude, Red Impression, Blue Impression, Golden Impression, Silvery Impression dan Epilogue. Ada 2 kali show per hari dan hanya di malam hari. Kami nonton show pertama yang jam 19.45, show kedua jam 21.20 rasanya terlalu malam dan kelihatannya memang lebih sepi.

Karena stagenya berupa alam luas yang gelap, permainan lampu2 sorot berkekuatan tinggi menjadi pendukung penting untuk keindahan show ini. Saking luasnya, kami harus sering2 menoleh2 ke kanan dan kiri karena banyak adegan bisa berlangsung pada saat yang bersamaan di tempat yang berbeda2. Pemain2nya professional. Ada show tarian nelayan saat babak Red Impression. Mereka menari dan bergerak dengan lincah di atas rakit mereka masing2 dan membentuk formasi yang menggambarkan kehidupan para nelayan Li River.

Yang menarik lainnya adalah babak Silvery Impression. Lebih dari 200 penari, di tengah kegelapan malam, menari dengan mematikan dan menghidupkan lampu2 kecil di kostum mereka secara bergantian. Jadinya seperti kelap kelip yang indah di alam raya. Hal seperti ini pernah kami lihat sebelumnya di China Folk Culture Village di Shenzhen. Bisa lihat di trip Shenzhen 2008. Keren sekali lah pokoknya. Silakan lihat lebih lengkapnya di http://www.en.yxlsj.com Turis2 barat sampai standing applaus ketika show sudah berakhir.

Tips : Kami duduk di seat B2, agak ke bawah. Makin ke atas makin mahal. Yang lebih murah dari seat B2 ini adalah seat C yang dijual di hotel seharga RMB.160. Menurut kami seat C ini malah paling oke karena paling depan. Banyak penonton yang tadinya duduk di atas kami, berbondong-bondong turun ke bawah karena di seat C ini memang agak kosong dan lebih dekat untuk melihat para penarinya.

malamKembali ke hotel ternyata masih jam 9 malam. Kami pun lanjut jalan kaki ke area West Street (lagi). Suasananya jauh lebih ramai dibandingkan sore tadi. Bahkan ada beberapa diskotek/pub yang sudah buka di area ini. Jennifer sempat beli souvenir yang tentunya harus menawar dengan sadis kalo ga mau rugi. Banyak makanan dan aneka snack yang dijual di sini, silakan dipilih atau dilihat-lihat saja.

Malam hari, di depan hotel ternyata ada pedagang makanan kaki lima (tapi tanpa tenda ataupun berbentuk warung) dengan kursi2 yang digelar di sekitarnya. Kami lihat dari balkon kamar. Tapi kami sudah ngantuk, jadi malas turun dan akhirnya memutuskan untuk tidur saja

Day 4 : Bamboo Raft Yulong River

Pagi hari kami awali dengan jalan lagi di sekitar hotel. Duuh, suasana pagi di Yangshuo betul2 asik sekali. Masih sedikit berkabut, sepi, pemandangan alam nya juga luar biasa. Kereeeen… Bisa merenung dan bisa menikmati karya Tuhan dengan lebih syahdu. Lokasi hotel kami memang sip banget deh.

pagiMau sarapan di luar hotel, belum ada yang buka baik toko maupun rumah makan. Jadilah kami makan di hotel saja. Sarapan jam 7.30 karena jam 8 sudah mau naik sepeda nih ke tempat rafting. Di dekat hotel kami, ternyata ada sekolah dasar yang cukup besar. Alhasil, lalu lintas di depan hotel cukup ramai oleh orang tua yang mengantarkan anak2nya ke sekolah.

Jam 08.00 kami sudah harus check out, karena bakal pulang dari rafting mungkin agak sore. Jadi kami  titip koper di receptionist. Rencana hari ini kami mau naik rakit menyusuri sungai Yulong. Nama kerennya : Bamboo-rafting Yulong River. Setelah memilih sepeda masing-masing di parkiran sepeda pelataran hotel, kami pun siap berangkat. Kami dijemput seorang pria muda yang naik skuter. Ternyata dia yang akan memandu kami untuk menuju dermaga Yulong river. Bahasa Inggrisnya terbata, tapi dia mengatakan “follow me”. Oke lah, kami ikuuuut…

Dia jalan duluan naik skuter, sementara kami mengikutinya dari belakang dengan sepeda. Wah, curang ya… kecepatannya beda nih. Perjalanan naik sepedanya cukup seru karena :

  1. Jalannya di sebelah kanan. Kalo di Indonesia kan sebelah kiri.
  2. Menembus keramaian dan kesemrawutan lalu lintas kota Guilin. Tidak ada jalur khusus sepeda, jadi kami bersisian dengan berbagai kendaraan dan memotong jalan raya yang ramai.
  3. Jaraknya lumayan jauh, hampir 10 km ke luar kota. Kalo naik sepedanya serius, 40 menit lah kira-kira waktu yang dibutuhkan.
  4. Jennifer tidak bisa bersepeda, sehingga dia tandem dengan Jeff. Tante Caroline terakhir naik sepeda saat kelas 6 SD dan sudah biasa dengan lalu lintas tertib di USA. Yang ada Jeff harus mengeluarkan ekstra tenaga untuk menyeimbangkan sepeda tandem. Diana juga harus berkali-kali berhenti menunggu tante, karena di setiap persimpangan tante selalu berhenti dan jalurnya dipotong oleh berbagai kendaraan. Kalo biasa nyetir di Jakarta sih, pasti bisa deh ngatasin lalu lintas di Yangshuo, hehe..

raftSetengah perjalanan, kami sudah berada di luar kota. Nah, ini lebih nikmat. Melewati pedesaan dan bukit2 batu yang indah dan cantik. Kami berpapasan dengan para turis barat yang juga menggunakan sepeda dari arah berlawanan. Kami pun sempat meminta pemandu jalan untuk berhenti sejenak dan memotret kami ber-4 yang sudah banjir keringat, hehe.. Untung nih kami pake bajunya Backpacker Dunia yang berbahan dri-fit, jadi walau keringat tetap nyaman dan cepat keringnya.

Tibalah kami di dermaga rakit. Sepeda kami gembok dengan kunci sepeda yang diberikan saat di hotel. Orangnya bilang bahwa sepeda kami nanti akan diangkut dan akan ada di dermaga akhir perjalanan rafting ini. OK, kami percaya saja.

Selanjutnya, kami diarahkan naik rakit di antara ratusan rakit yang ada di situ. Ternyata tukang rakit kami adalah orang naik skuter yang memandu kami tadi. Dan dia adalah satu2nya tukang rakit yang lumayan bisa ngomong Inggris walau terpatah-patah.

raft1Di sungai Li sebetulnya selain naik kapal cruise, bisa juga naik rakit. Bedanya rakit di Yulong river dan Li river adalah kalo yang di Li River menggunakan motor sehingga suaranya berisik. Yang digunakan sebagai rakit juga pipa paralon, bukan bamboo, dan bisa berisi hingga 6 orang. Sedangkan yang di Yulong river murni mengandalkan arus sungai Yulong dan si tukang rakit yang menggunakan batang bamboo panjang sebagai alat pengayuhnya. Raft juga terbuat dari bamboo dengan 2 tempat duduk. Mau yang naik 1 atau 2 penumpang, tetap yang dibayar harga per rakit.

Tidak jauh dari titik keberangkatan, ada 2 polisi jaga di bungalow atas air yang memperingatkan setiap tukang rakit agar menaruh dengan benar pelampung penumpangnya. Ternyata bandel2 ya tukang rakit di sini. Karena kami menggunakan 2 rakit (satu untuk kami dan satu untuk Jennifer+tante Caroline), maka kami punya keuntungan yaitu bisa saling memotret.

Sungai ini sebenarnya tidak terlalu dalam dan arusnya tidak deras. Sehingga beberapa kali kami melihat ada orang berjalan kaki menyeberangi sungai. Luar biasa ! Belum jauh berjalan, rakit kami menuruni jeram yang tidak terlalu terjal sebenarnya, tapi lumayan seru.

raft4Tips : Sebaiknya pakai sendal jepit dan celana pendek saja untuk naik raft ini. Sekalian berbasah-basah. Kalo kami jadinya harus angkat kaki deh karena tidak mau sepatu kets+kaos kaki serta celana panjang kami kebasahan.

Tunggu dulu. Apa itu di tengah2 ? Ada semacam bungalow lagi dengan orang melambai-lambai di situ. Ternyata di tengah2 sungai didirikan sebuah tenda yang mengapung. Di dalam tenda itu, ada fotografer yang mengabadikan saat2 kami menuruni jeram tadi. Ya ampun, orang China bisnis sampai di tengah2 sungai. Luar biasa bakat dagangnya memang.

Kami pun turun sejenak. Jika berminat, harganya RMB 20 per foto, fixed price, tumben ga bisa ditawar. Ada banyak sekali pilihan di komputer. Kalo ga minat juga ga papa, silakan lanjutkan lagi perjalanan nya. Kalo turis bule sih ga mau mampir setelah tau isi tenda itu.

Rakit kami sebenarnya paling depan dan kami pikir sepi. Tapi setelah kami menoleh ke belakang, ternyata banyak juga yang naik rakit pagi ini. Ada belasan dan berjalan beriringan. Tak lama kemudian gerimis ringan mulai turun. Para tukang rakit membukakan payung di rakitnya masing2nya untuk para penumpangnya, sementara mereka sendiri tetap kebasahan. Iring2an rakit dengan payung aneka warna menjadi tambahan daya tarik di pagi ini.

raft2Tukang rakit kami cukup inisiatif. Dia sempat menyuruh Diana untuk keluar dari tempat duduk dan foto di bagian depan rakit. Saran yang bagus. Jadi latar belakangnya bukit2 cantik. Tapi hanya Diana yang boleh berdiri di rakit, Jeff dilarang oleh dia karena takut rakit nanti tidak seimbang, hehe..

Perjalanan rakit dilalui dengan santai. Arus sungainya sangat tenang tidak sederas Li River. Melihat pemandangan alam ini rasanya sangat terharu. Betul-betul melihat lukisan karya Tuhan yang agung. Luar biasa !

Kami merasakan keintiman menyatu dengan alam. Indaaaah dan sangat romantis ! Mirip deh dengan naik gondola di venice, tapi ini lebih alami dan lebih sepi. Sepanjang perjalanan, barisan bukit karst menemani perjalanan kami. Juga area persawahan hijau dan rumah2 penduduk di kedua sisi sungai.

Para tukang rakit pun sangat santai mengayuh rakitnya masing2. Malah sempat2nya mereka saling ngobrol. Biasanya bertukar informasi, mengenai asal negara turis yang ada di rakitnya. Beberapa kali lagi, kami menuruni jeram dan lagi2 ada tukang foto. Bahkan ada yang menyewakan baju tradisional untuk foto di tengah sungai, seperti yang kemarin sore Jennifer lakukan. Kali ini kami tidak lagi mampir ke tenda mereka.

raft5

air sungai yang bening, terlihat rumput/ganggang di bawahnya

Rakit-rakit yang ada terkadang saling menyusul, sehingga rakit kami bisa berdampingan dengan rakit-rakit lain. Kami sempat bertegur sapa dengan penumpang rakit asal Israel. Ada juga penumpang rakit lain yang memasang lagu China yang mengalun, betul2 merasa di pedalaman China. Ada lagi  penumpang rakit, seorang diri yang sibuk berbicara melalui telepon selularnya. Mungkin berbicara dengan kolega bisnisnya. Wisata rakit boleh, tapi bisnis jalan terus ya, ha..ha.. Macam2 deh.

Yang paling seru adalah ketika kami mendengar ada suara seorang wanita menyanyi lagu China, agak seriosa seperti di opera China. Suaranya bagus dan membuat suasana sungai menjadi meriah. Kirain ada yang putar music lagi. Tapi ternyata bukan, suara asli, dari penumpang rakit di belakang kami. Malah pas kami nengok, si ibu itu sambil mengangkat tangan seolah-olah menari di rakitnya. Wow !

Ketika selesai menyanyi, dia mendapatkan sambutan tepuk tangan dari para tukang perahu dan para penumpang rakit2 di sekitarnya, termasuk kami. Bravo !

Di titik sungai yang lain, bergabung rakit dari tempat yang berbeda dengan kami. Hal ini bisa ditandai dengan warna rompi tukang rakit yang berbeda pula.

How Great Thou Art

How Great Thou Art

Pemandangan sepanjang sungai betul2 menakjubkan. Menurut kami malah lebih keren dari pemdangan sungai Li, karena kami bisa melihat dengan jarak pandang yang lebih dekat.

Setelah sekitar 1,5 jam menikmati alam, akhirnya kami pun melihat jembatan yang artinya kami sudah sampai di dermaga akhir. Rasanya masih pengen terus nih, sama sekali ga bosan.

Begitu turun dari rakit, kami mencari toilet. Langsung ketemu. Begitu Diana masuk, langsung keluar lagi sambil menyiarkan hasil pandangan mata  : deretan kakus berpintu (lumayan, karena di bandara Guilin ada yang tidak berpintu, hehe..) namun pintu tidak bisa ditutup/dikunci (sama aja boong), tidak ada air apalagi tissue dan bau nya parah. Oke, tim 3 wanita pun siap ber-aksi mengatasi masalah toilet yang sangat terkenal (jorok) di China ini. Semua barang dititip di Jeff.

raft6Kami ber-3 memakai masker dan mengeluarkan tissue basah. Masuknya berdua, Diana+tante Caroline dulu. Diana masuk toilet dan tante Caroline memegangi pintu dari luar. Kemudian bergantian. Setelah selesai, giliran Jennifer yang masuk ditemani oleh tante Caroline untuk megangin pintu. Butuh kerjasama yang baik memang untuk menghadapi masalah toilet ini, hehe..

Urusan toilet selesai, kami mencari sepeda kami. Sempat bingung karena banyak sekali sepeda di situ. Mana yang punya kami ya ? Ternyata semua sepeda itu tidak ada yang digembok. Berarti bukan punya kami. Petugas yang melihat kami mencari2 sepeda pun menunjuk-nunjuk ke arah lain. Ooh.. benar loh, sepeda2 kami ada di situ. Ternyata diangkut pakai truk dari hulu tadi. Truk pembawa sepeda kami ini, selanjutnya dipakai untuk mengangkut kembali rakit2 ke hulu karena kan tidak mungkin mendayung melawan arus ke hulu.

Dari sini, kami bersepeda ke Moon Hill, bukit yang ada batu bolongnya, alias ada lubang di tengahnya. Dari hilir ini ke arah kanan (naik), terus saja sekitar 15 menit. Di sini enaknya ada jalur khusus untuk sepeda, berwarna merah dan lebar sehingga aman. Kami pun menikmati perjalanan bersepeda kali ini karena tidak ada yang memandu di depan kami. Jadi santai. Papan2 petunjuk jalan cukup jelas, ada bahasa Inggrisnya, jadi tidak akan tersesat.

moon hillTernyata untuk masuk ke area Moon Hill, harus bayar tiket masuk RMB 15 per orang. Itu pun saat kami lagi berpikir kami sudah dikerubungi orang-orang local yang semua mencoba menawarkan jasanya. Keliatannya sih untuk jadi pemandu, tapi kami kurang paham karena pake bahasa China semua bicaranya.

Ya sudah, daripada pusing kami masuk dulu deh ke dalam. Bayar saja tiket masuk resminya. Setelah masuk kami baru tau bahwa tiket masuk ini adalah untuk orang-orang yang mau naik/climbing ke atas bukit. Tinggal ikuti petunjuk, ada 800 anak tangga yang bisa ditempuh selama 30 menit untuk naik ke atas. Pemandangan dari atas katanya sih spektakuler.

Hmm.. kayanya kami ga berniat climbing deh. Selain masalah waktu, kami juga belum tahu berapa jauh kami harus naik sepeda mengarah ke kota Yangshuo lagi. Daripada kehabisan tenaga, mending kami foto2 saja dengan back ground Moon Hill. Kami sempat mencoba naik menuju ke Moon Hill pavilion untuk duduk2 di situ. Itu saja lumayan terjal tangganya. Jadi setelah menikmati Moon Hill dari situ kami kembali turun.

cafeDi sebelah pintu masuk beli karcis tadi, ada Moon Hill Café. Café ini direkomendasikan oleh Kevin (orang hotel) untuk makan siang. Oke, kami lunch dulu deh. Menu spesialnya adalah sizzling duck, bebek yang disajikan dengan hot plate. Memang enak ! Di sini kami juga pesan juice buah segar seharga RMB 15. Dari café ini, kami juga bisa foto2 dengan latar belakang Moon Hill.

Tips : Jika hanya ingin melihat Moon Hill, sebaiknya langsung masuk ke café dan beli minuman. Tidak perlu beli tiket masuk Moon Hill. Harga minuman di cafe sama dengan harga tiket masuk ke area climbing Moon Hill. Tapi jika memang ingin climbing ke atas, ya silakan bayar tiket masuknya.

Selesai makan siang, kami kembali ke Yangshuo. Balik arah jadinya, menuju ke bawah. Kami pun menyebrang jalan dari Moon Hill dan mulai bersepeda lagi. Kali ini pakai topi dan kaca mata hitam, sudah panas soalnya.

caveDalam Perjalanan menuju kota, banyak sekali lokasi wisata yang ada di kanan kiri jalan. Kebanyakan wisata alam, ada beberapa gua seperti di Guilin dan bahkan bisa mandi lumpur di dalam gua. Ada juga tempat wisata untuk melihat Big Banyan Tree yang konon katanya berusia lebih dari 1000 tahun. Tentunya semua itu harus bayar tiket masuk.

Kami juga melewati perkebunan bunga yang cantik. Buat masuk ke dalam, ada tarifnya RMB 10. Kebun itu dikelola mandiri oleh para petani bunga di situ. Pemandangan bukit karst kembali ada di sepanjang jalan. Pokoknya begitu kami ingin berhenti, ya stop saja. Menikmati pemandangan, foto-foto atau santai sejenak. Benar2 cara yang pas untuk menikmati keindahan pedesaan Yangshuo. Selain kami juga banyak pesepeda lain yang mengarah ke kota Yangshuo.

backTernyata jalur yang kami lewati lurus terus, tidak belok-belok, sangat mudah. Jarak dan waktunya kira-kira sama saja dengan waktu kami pergi, malah medan nya lebih ringan. Tadi pagi kami bersepeda agak ngebut dan melewati jalur lalu lintas yang ramai. Siang ini santai dan melewati jalur khusus sepeda yang sengaja dibuat untuk turis. Kami masuk Yangshuo dari sisi west street, aah.. ini sih sudah hafal. Gampang dah.

Jam 2 siang, kami sudah tiba kembali dengan selamat di hotel dan mengembalikan sepeda kami. Sebetulnya sewa sepeda itu buat seharian, tapi kami sudah tidak berencana kemana-mana lagi. Kami santai2 saja di hotel sambil membereskan koper dan mengistirahatkan kaki.

Jennifer berpisah dari rombongan untuk kembali ke Guilin sendirian. Dia diantar naik scooter oleh petugas hotel, tidak gratis pastinya. Bayar RMB.10 untuk diantar ke terminal bis Yangshuo. Dari situ naik bis express ke Guilin, menginap di hostel yang sama dengan yang kami gunakan saat di Guilin. Besok pagi dia akan kembali ke Bandung menggunakan Air Asia. Oke.. semoga lancar perjalanannya ya !

soreSekarang tinggal kami ber-3 dengan tante Caroline. Ada waktu sampai jam 5 sore, dimana nanti kami akan dijemput shuttle untuk menuju Airport Guilin.  Tante Caroline memutuskan untuk duduk-duduk di pelataran hotel. Sementara kami mau jalan2 lagi ah. Coba ke area sekitar hotel yang belum sempat dikunjungi sebelumnya, yaitu menyusuri sungai ke arah atas.

Di ujung, ada jalan setapak khusus pejalan kaki. Di situ ada deretan kios yang banyak jumlahnya dan saat kami tiba kebanyakan sudah pada tutup. Jalanan nya panjang sekali. Kami juga melihat aktivitas kesehariaan warga lokal di sini. Ada sekolah, ada toko grosiran souvenir, ada juga warga yang memanfaatkan fasilitas olah raga di taman2 sepanjang sungai. Rata2 sih warga senior, mungkin anak2 mudanya pada kerja ya.

Jam 17.00 kami dijemput mobil van seperti yang menjemput kami untuk nonton show. Sempat bingung karena menurut bayangan kami seharusnya pakai bus mini berkapasitas 30 orang dan langsung ke Guilin airport. Koper kami saja bahkan tidak masuk ke dalam bagasi van. Akhirnya koper masuk ke dalam van. Masalah muncul ketika van ini ternyata kemudian menjemput 5 turis Italia (1 keluarga). Jangankan barang, 5 orang ini pun bingung mau duduk dimana. Seorang diantaranya ngomel2 panjang lebar dan sempat jadi kaya berantem sama si supir. Tapi untungnya penumpang lain berpikiran jernih, dengan sedikit akal akhirnya semua penumpang + koper2nya terangkut semua.

Bye Yangshuo...

Bye Yangshuo…

Ternyata mobil van membawa kami ke terminal bis Yangshuo. Tidak bisa dibilang terminal bis resmi karena tidak jelas jalur bis dan tidak kelihatan loket2 resmi penjualan karcis. Kami diturunkan di sana dan hanya ditunjukkan oleh si supir van, bis mana yang akan membawa kami ke Guilin airport. Astaga, jadi sama saja dong.. kami akhirnya harus naik public bus yang tujuan airport Guilin juga. Tadinya kami memang mau naik bus ini. Cuma melihat harga shuttle yang ditawarkan hotel cuma beda sedikit, kami pikir lebih nyaman naik shuttle. Ternyata ujung2nya sama aja ! Harga resmi bus ini RMB 50. Jadi hotel mengambil RMB 20 per orang untuk mengantar dari hotel ke terminal bis. Dasar ! Tau gitu mending naik taxi atau electric car aja ke terminal, pasti lebih murah untuk 3 orang.

Perjalanan bis dari Yangshuo ke Guilin airport sekitar 1,5 jam. Karena masih sore, kami masih bisa kembali menikmati keindahan alam khas Guilin-Yangshuo, yaitu barisan bukit karst di kanan kiri jalan yang mempesona. Ditambah lagi dengan keindahan matahari terbenam.

Tiba di Guilin Airport jam 7 malam. Langsung check in. Koper sempat dibongkar 2 kali karena dianggap ada barang yang perlu dicek. Padahal barang tersebut adalah timbangan koper, kaleng Coca Cola (buat koleksi Jeff) dan berbagai macam charger. Malah akhirnya petugasnya membantu merapikan kabel2 charger tersebut untuk dimasukkan dalam koper kami.

Tidak banyak toko dan restoran di airport. Kami beli KFC dan Chinese food di salah satu restoran di airport. Setelah pemeriksaan imigrasi, kami juga sempat beli burger lokal untuk bekal yang harganya lumayan mahal. Kirain harganya setara Mc Donald gitu, ternyata 2x lipatnya.

Malam ini kami mau pergi ke Xi’an, kota tujuan kami berikutnya, dengan menggunakan maskapai China Eastern. Penerbangan ditempuh dalam waktu 2 jam. China Eastern bukan budget airlines jadi space nya lumayan lega dan para penumpang diberikan minuman ringan. Ada juice maupun soft drink, yang dituang ke gelas plastik oleh para pramugarinya. Yang bikin kami geleng2 kepala adalah kelakuan seorang penumpang di beberapa baris depan kami. Setelah memberikan minum, pramugari bergerak membawa gerobak minuman mendekati kursi kami. Eh, belum sampai di kursi kami, penumpang tadi menoleh ke belakang dan mengangkat gelasnya yang sudah kosong. Minta tambah lagi ! Haus atau ga mau rugi ya ? Hehe..

Sepanjang perjalanan, baru kali ini kami melihat lampu tanda sabuk pengaman tidak pernah dimatikan, alias nyala terus. Tapi justru para penumpang dengan santainya membuka sabuk pengaman, jalan-jalan di lorong, bahkan pindah2 kursi. Rupanya memang penduduk China sulit diatur. Sampai pesawat mau mendarat saja, orang-orang masih cuek. Sandaran kursi tidak ditegakkan sampai diingatkan beberapa kali oleh pramugari, masih pada minum, dan ga pake sabuk pengaman, duuh… parah.

Catatan Yangshuo :

Pengeluaran di Yangshuo total sekitar RMB.800 untuk berdua. Dengan hotel yang bagus, show kolosal di atas air dan pengalaman naik bamboo raft  yang sangat mengesankan, biaya itu sangat worth-it.

Jika waktu atau dana terbatas, kami lebih sarankan naik raft di Yulong river daripada cruise atau raft di Li river. Lebih alami dan lebih romantis, percaya deh.

Tidak perlu beli air minum di Yangshuo karena hotel menyediakan dispenser, tinggal isi botol saja. Jangan lupa bawa minum saat bersepeda karena perjalanan cukup jauh.

Harga makanan dan souvenir di Yangshuo lebih mahal daripada di Guilin, karena ini adalah kota turis. Semua paket yang ditawarkan hotel sebaiknya ditawar. Untuk souvenir juga harus ditawar dengan agak sadis 🙂

Bersambung ke China trip part-4 : Xi’an

Kisah sebelumnya di China trip part 2 : Guilin

Categories: 2015-2019, ASIA, China | Tags: , , , , , , , , | 17 Comments

Post navigation

17 thoughts on “China : 23-31 October 2015 (part 3 – Yangshuo)

Comment navigation

  1. Heyin

    Hai JD saya mau tanya nih, kalo dari guilin ke yangshuo naik apa ya? Dan harganya berapa? Thanks.

  2. cecilia

    hi salam kenal saya cecilia
    tour travel paket buat ke li river and yangshuo pesen dimana ya?
    terima kasih

Comment navigation

We love your feedback !

Create a free website or blog at WordPress.com.