Day 5 : Explore Xi’an
Tiba di Xianyang International Airport – Xi’An, sudah lewat tengah malam. Turun dari pesawat, semua penumpang satu pesawat ini dijejalkan dalam satu bis yang menuju terminal. Cukup ternyata, walaupun berhimpit2an. Berasa naik bis di Jakarta, mana jaraknya lumayan jauh nih dari parkiran pesawat ke gedung terminalnya. Kami juga harus menunggu bagasi keluar lumayan lama, sekitar 20 menit. Alhasil keluar dari airport sekitar jam setengah satu pagi. Di Xian udara jauh lebih dingin daripada di Guilin & Yangshuo. Perkiraan suhu udara dalam 2 hari ini berkisar di 10-20 derajat celcius.
Di pintu keluar, sudah ada yang menjemput dari tempat kami menginap. Memang kami pesan pick-up services walau harganya cukup mahal, RMB 200 untuk 1 mobil. Lebih mahal dari harga kamar kami. Tapi tidak ada pilihan lain karena kami tiba tengah malam dan akan kesulitan kalo harus cari2 lagi kendaraan umum dan lokasi hotelnya.
Selama 2 malam, kami akan menginap di “Mark & Henry Apartment”. Booking nya dari booking.com, reviewnya bagus, lokasi strategis (bisa jalan kaki ke area City Wall-Bell Tower) dan harganya murah. Untuk kamar kami yang 1 bedroom plus dapur plus ruang duduk2/TV harganya RMB 168 per malam. Sebelum kami ke China pun, kami beberapa kali sudah berkomunikasi dengan Mr. Mark, pemiliknya, melalui whatsapp dan email. Sangat responsive dan sangat helpful. Dia memberikan peta wisata Xian, keterangan lengkap mengenai transportasinya, dan memberikan saran untuk kegiatan wisata kami di Xian. Very good service !
Perjalanan ke apartment menempuh waktu hampir satu jam. Apartment Mark ini terletak di Zhong Mao Plaza. Dekat dengan station metro Nan Shao Meng di line 2. Kami disambut langsung oleh Mark, anak muda pemilik beberapa unit apartment yang disewa2kan. Lokasi kamar kami ada di lantai 10.
Pintu kamar kami dibuka dengan handphonenya, keren. Jadi sudah system computerized semua dengan kontrol ada di handphone Mark. Untuk masuk kamar, kami tidak diberikan kartu akses maupun kunci pintu. Kami hanya diberikan password. Di pintu, ada display digital key pad touch screen. Jadi kami tinggal memasukkan password angka kamar kami saja dan pintu pun akan terbuka. Canggih kan !
Kami diberikan kartu nama berisi password, nomor kamar, kata2 bahasa China yang digunakan sehari-hari seperti hello (ni hao), terima kasih (xie xie) dan juga nama2 lokasi penting di Xi’An seperti station, airport, tempat2wisata baik dalam bahasa China maupun Inggris yang dapat digunakan jika tersesat.
Unit apartment kami sangat luas. Lengkap dengan ruang cuci baju dan jemuran. Disediakan detergent, hanger, dan tiang gantungan baju. Dapurnya full, lengkap dengan peralatan masak dan piring yang bisa dipakai. Kamar tidurnya memiliki 2 ranjang yang masing-masing berukuran queen size. Jadi sebetulnya bisa untuk 4 orang tuh. Sofa di ruang duduk pun sangat nyaman dan bisa dipakai tidur juga sebetulnya.
Karena sudah lewat tengah malam, maka Mark bilang besok saja urusan check-in, paspor dan pembayarannya. Oke deh, pengertian sekali, sudah jam 2 pagi, semua sudah lelah dan mengantuk. Apalagi kami harus bangun pagi2 untuk menuju Terracotta Warrior Museum, tujuan utama kami ke Xian.
Baru tidur beberapa jam, kami harus kembali bangun. Oya, di China kita tidak bisa meng-akses google facebook, youtube dan twitter. Semua itu ditempel dengan jelas di apartment agar turis tidak kebingungan.
Jam 7.30 pagi kami keluar dari apartment dan melihat kawasan sekitar apartment yang menarik. Ternyata Xian adalah kota besar, tapi tetap asri. Jalanannya lebar dan bersih. Langsung suka nih dengan kota yang pernah menjadi ibukota China sebelum Beijing ini.
Pagi hari ini, kami mau pergi ke salah satu tempat wisata fenomenal yang merupakan impian Jeff sejak lama, yaitu Emperor Qinshihuang’s Mausoleum Site Museum atau orang lebih mengenalnya dengan nama Terracota Warrior Museum. Letaknya lumayan jauh dari pusat kota Xian. Ada 2 cara untuk ke sana. Cara mudah yaitu rental car dengan biaya RMB 500 per mobil. Cara seru yaitu dengan naik bis dengan biaya RMB 7 per orang. What ? Segitu murahnya ? Ga usah ditanya, pasti kami pilih yang cara seru dong, karena murah, hehe.. Mark pun merekomendasikan kami naik bis ini karena jarak tempuhnya menurut dia sama saja. Mantap !
Kami menyeberang jalan di depan apartment, beli air minum botolan dulu (karena di apartment tidak disediakan), lalu ke halte bus. Dari situ naik bis nomor K40 (atau tertulis 40 saja) yang membawa kami ke Xi’An Railway Station. Ongkos bisnya RMB 2 per orang. Railway station merupakan terminal akhir, jadi tunggu saja sampai semua penumpang turun dan ikutlah turun. Bis nya tidak terlalu penuh, masih bisa dapat duduk. Mungkin karena belum jam 8 pagi.
Begitu turun dari bis kita akan langsung dihampiri oleh banyak sekali calo/penjual jasa yang sibuk berbahasa China. Keliatannya menawarkan bus ke tujuan2 tertentu. Diamkan saja dan jalan terus menyebrang ke station. Tiba di depan station, langkahkan kaki ke arah kanan. Itu tempat parkir bis-bis wisata khusus turis dengan berbagai tujuan.
Seperti di Jakarta, di sini juga banyak calo. Banyak yang berteriak2 : Ping Ma Yo (tulisannya Bing Ma Yong). Itu nama Chinanya untuk tempat wisata Terracota Warrior. Jangan sampai tertipu. Naiklah bis turis no 5 atau 306. Jangan yang lain. Karena bis yang lain mungkin memang pergi ke tujuan yang sama, tapi ada yang lebih mahal dan lebih banyak stop/ngetem nya – jadi lama di jalan.
Keberadaan bis turis no 5 ini jelas kok. Ada papan beraksara China dengan tulisan angka 5 (306) di depan bis (lihat foto). Supir dan kondekturnya berseragam resmi dengan kain melingkar warna merah di lengan kanannya. Jika bis sudah penuh, papan tersebut akan digeser ke bis lainnya. Jadi sistemnya, kalo bis sudah penuh akan berangkat. Kebetulan pas kami tiba, bis sudah penuh. Jadilah kami bisa melihat langsung bagaimana papan itu dipindahkan dari bis yang penuh tadi ke bis kosong yang baru. Kami pun segera menyerbu bis yang kosong itu dan kami berhasil duduk di kursi bagian depan. Asyik !
Betul loh, hanya RMB 7 per orang dan ada karcis resminya juga. Sara, teman Italia kami saat cruise di Sungai Li sempat mengatakan dia membayar RMB 9 untuk bis ini. Apa karena dia bule ya jadi dimahalin ? Entahlah. Bis kami pun langsung penuh sehingga tidak perlu lama menunggu untuk berangkat.
Tips : Datanglah ke railway station ini sebelum jam 9 pagi. Katanya makin siang maka antrian untuk naik bus 306 ini akan semakin panjang. Maklum bus ini jumlahnya terbatas. Kami datang sekitar jam 8 dan belum ada antrian, jadi bisa langsung naik ke bis.
Perjalanan ke Terrcota Warrior cukup jauh. Hampir 2 jam. Di jalan kondekturnya berbicara panjang lebar mengenai Bing Ma Yong, alias Terracota Warrior. Sayangnya dalam bahasa China sehingga kami tidak paham. Dia pun kurang mampu berbahasa Inggris. Bis berhenti sekali, menurunkan penumpang di suatu tempat wisata. Nah, jangan ikutan turun ya. Pastikan turunnya adalah di terminal terakhir. Jika tidak yakin, bisa bertanya ke kondektur bis.
Wah, tinggal kami bertiga nih yang duduk di bis. Tapi bis tetap menyelesaikan rutenya hingga ke Terracota Warrior site. Sebelum tiba di sana, masuk seorang bapak membawa beberapa kantong berisi tusukan2 besar dan kantong besar. Kami tidak mengetahui apa itu dan tidak terlalu peduli. Namun, ternyata nanti kami akan bertemu kembali dengan bapak itu. Malah berbisnis dengannya. Baca terus ceritanya sampai akhir ya, hehe..
Dari tempat parkir bis ke loket tiket Terracota Warrior ternyata lumayan jauh juga. Jalan kaki sekitar 10-15 menit. Sepanjang jalan banyak guide resmi (ada badge namanya) menawarkan jasa sebagai tour guide. Ada yang berbahasa China, ada yang berbahasa Inggris. Bisa juga menyewa audio guide seharga RMb 40 kalau mau. Kami sih langsung beli tiket masuknya saja seharga RMB 150 per orang.
Dari gerbang pertama ini, untuk mencapai lokasi Terracota Warrior (gerbang kedua) ternyata masih agak jauh. Kita bisa memilih 2 cara untuk mencapai gerbang 2. Cara pertama : jalan kaki yang tentu saja gratis, atau cara kedua adalah naik electric car dan bayar RMB 5 per orang (durasinya hanya 5 menit saja). Tau dong kami pilih yang mana ?! Hehe.. Selain faktor penghematan dan lebih sehat, kami bisa menikmati taman di mana pohon2nya sudah mulai berubah warna karena musim gugur. Cantik sekali ! Ini pertama kalinya kami melihat pohon yang daunnya sudah berwarna coklat merah. Iya, di antara gerbang 1 dan gerbang 2 terdapat taman yang sangat luas dan asri, dengan background perbukitan. Jadi menyenangkan sekali loh melewati dan menikmati taman ini.
Terracota Warrior adalah salah satu penemuan fenomenal dalam sejarah China. Diawali di tahun 1974 ketika pertama kalinya ada 2 petani yang secara tidak sengaja menemukan situs ini. Penemuan yang menghebohkan dunia internasional ini langsung direspon oleh pemerintah China yang dengan segera melokalisir area ini. DIakui sebagai warisan budaya alam oleh UNESCO dan diklaim sebagai museum militer bawah tanah terbesar di dunia.
Saat ini, ada 3 pit yang sudah dibuka untuk umum. Pit 1 adalah yang pertama ditemukan, paling luas, dan paling banyak ditemukan patung Terracota Warriornya. Besar dan luasnya sama dengan hangar pesawat. Panjangnya 230 meter dengan lebar 62 meter alias 14.260 meter persegi luasnya.
Sampai hari inipun, proses penggalian dan identifikasi di dalam pit 1 ini, masih terus dilakukan karena masih banyaknya Terracota Warrior yang diduga ada dan belum ditemukan. Hingga saat ini, baru ditemukan sekitar 2.000 Terracota Warrior dan kuda dengan 20 kereta kuda kayu di area seluar 4.000 meter persegi. Dengan asumsi luas di atas, diduga masih terdapat 6.000 Terracota Warrior dan kuda dengan 50 kereta kuda kayu. Artinya, masih jauh lebih banyak yang belum ditemukan daripada yang sudah ditemukan. Wow, luar biasa yah !
Di bagian belakang pit 1, kami bisa melihat beberapa arkeolog sedang bekerja menyatukan kepingan demi kepingan yang ditemukan agar bisa disatukan kembali menjadi Terracota Warrior yang utuh. Menyatukan puzzle 2 dimensi saja sudah sulit, apalagi ini berbentuk 3 dimensi. Lalu kepingannya itu kecil-kecil loh, ga ada contohnya lagi. Karena tiap patung itu wajahnya ga ada yang sama loh. Bajunya aja bisa beda-beda tergantung pangkatnya. Wah, bisa pusing tujuh keliling nih nyusunnya.
Di pit 1 bagian depan ada tukang foto digital jika kita ingin berpose dengan latar belakang Terracota Warrior dalam jarak yang lebih dekat dari pengunjung biasa. Tapi mahal dan ga beda banyak sih menurut kami dengan foto sendiri. Kalo yang mau foto2 dengan patung Terracota secara lebih mantap dan murah, mending nanti saja di Pit 2 dan Pit 3.
Pit 2 dan 3 jauh lebih kecil areanya dibandingkan dengan pit 1 dan masih jauh lebih banyak yang belum tergali. Tidak banyak yang bisa dilihat di sini.
Namun, di pit 2 dan 3, ada studio foto di mana kami bisa berfoto dengan replika patung2 Terracota Warrior yang utuh dan seukuran dengan tubuh kami. Benar-benar patung 3 dimensi, bukan gambar poster 2 dimensi. Tarifnya RMB 10 per orang, bukan per pose, menggunakan kamera sendiri. Murah kan ?! Jadi silakan potret sampai puas, haha.. Petugasnya juga siap membantu untuk memotret kok.
Studio foto di pit 2 lebih beragam patungnya daripada di pit 3. Di pit 2 ada replika kereta kuda dan patung Terracota Warrior yang bergaya seperti sedang kungfu. Sesuai dengan patung yang ditemukan di pit 2.
Tapi patung di pit 3 lebih mirip patung yang ada di pit 1, jadi lebih terkesan “real” karena itu yang banyak dikenal orang. Silakan berfoto di sini dan biking orang bingung karena kita bisa berfoto langsung dengan patung terracotta yang terkenal tidak bisa didekati dan dipegang itu.
Di pit 2 ada juga contoh2 patung Terracota Warrior dari jenderal, perwira hingga prajurit. Ada perbedaan alas kaki yang dikenakan, bajunya, dan ikatan/asesoris rambutnya. Semua ada keterangannya dalam bahasa Inggris, jadi tidak perlu kuatir.
Kami juga sempat mampir ke Gallerynya yang berisi mengenai sejarah ditemukannya situs ini hingga sekarang. Terpampang tamu2 penting yang pernah ke sini seperti Barack Obama maupun Kanselir Jerman, Angela Merkel. Ada video nya juga yang bisa dinikmati sambil duduk2 istirahat atau nge-charge gadget.
Wah, menikmati area Terracota Warrior ini sudah sekitar 3 jam. Puas deh ! Sekarang mau cari makanan dulu karena lapar. Eh, di depan ada deretan kios makanan. Setelah lihat2, kami memutuskan untuk membeli sate kambing di situ. Harganya RMB 10 untuk 2 tusuk atau RMB 20 untuk 5 tusuk. Kami beli 5 aja deh kalo gitu, kan buat 3 orang.
Penjualnya adalah bapak yang tadi naik bis bareng kami sambil bawa kantong besar dan tusukan itu. Haha.. ketemu lagi di sini rupanya. Kali ini dia meraup keuntungan bisnis dari kami, pembelinya, hehe.. Bapak tersebut orang China yang beragama Islam dan pakai kopiah warna putih. Ada tulisan halal di atas kedainya. Kedai dia sepertinya paling laku dan ramai dibandingkan kedai2 lain. Cepat sekali dia membakar sate2 kambing di atas bara api dan tak lama turis2 silih berganti membelinya.
Rasanya ? Memang sangat enak, gurih dan dagingnya pun empuk. Tapi hati2 makannya karena tusukannya berukuran besar dan panjang. Beda dengan tusuk sate ayam di sini. Makan 1-2 tusuk sudah puas deh !
Kami kembali ke pusat kota Xi’An dengan bis yang sama (cari di parkiran tempat kami tadi diturunkan) dan tarifnya juga sama. Perjalanan pulang kali ini kami pun tertidur karena cape dan memang kurang tidur semalam. Tiba di Xi’An Railway station (terminal terakhir), kami masuk dulu ke dalam station tempat penjualan tiket. Ya, kami mau menukarkan e-ticket high speed train kami dengan tiket asli.
Jadi kami kan booking high speed train / bullet train untuk rute Xian-Beijing melalui internet. Nah, nanti dikasi e-ticket yang harus ditukarkan dengan tiket asli. Mirip seperti beli karcis kereta di Indonesia. Tukarnya bisa kapan saja (sejam sebelum kereta berangkat atau beberapa hari sebelumnya) dan dimana saja (di station kereta di kota China mana saja). Kami takut ga keburu dan bermasalah kalo tukarnya pas sebelum kami berangkat besok (maklum ga bisa bahasa China). Pas di Guilin juga ga sempat ke stasiun kereta. Awalnya kami mau minta tolong Mark buat menukarkannya, karena dia pun sejak awal bersedia membantu dengan gratis. Namun mumpung di sini, kami coba sendiri saja deh. Kan seru.
Betul saja, saat masuk ke bagian loket pembelian tiket, terlihat banyak sekali loketnya dan antrian orang. Satu2nya bahasa Inggris yang kami pahami adalah loket 4 yang tertulis “Refund Ticket”. Selebihnya semua bahasa China. Wah, gawat nih. Kami kan bukan mau refund. Jadi kami coba cari2 orang yang bisa ditanya. Ternyata di ujung ada sebuah meja (kami anggap meja informasi) dan ada petugasnya.
Mulailah berbahasa tubuh. Kami tunjukkan e-ticket kami. Dia baca dan kemudian menunjuk2 loket no 1 untuk penukaran. Dia bilang : passport ! Oke, paham. Semoga berhasil.
Jeff antri di loket no 1. Tiba di depan orang loket, Jeff memberikan e-tiket dan passport kami. Orangnya ga bisa bahasa Inggris. Dengan agak bingung dia liat2 itu e-ticket yang bertuliskan bahasa Inggris, sampe dia bolak balik itu kertas. Walau keliatannya ga ngerti, tapi dia menangkap ada kode angka di situ yang coba dia masukkan ke komputernya. Tak lama, keluarlah tiket resminya. Di situ sudah tercantum lengkap nama kami, jam keberangkatan, nomor kereta, nomor gerbong, nomor tempat duduk dan gatenya. Legaaa…
Eh, nanti dulu. Kok bisa tau artinya ? Padahal tiketnya aksara China. Gampang aja kok. Tebak aja. Masa sudah 4 hari di China ga ngerti2 juga, haha..
Selanjutnya kami mau mengarah ke Bell Tower, pusat kota Xian. Karena cari2 bis double decker yang ke arah Bell Tower ga ketemu2 (padahal tadi pagi banyak). Akhirnya kami putuskan naik bis yang tadi kami naiki saja pas pagi hari, yang K40. Kali ini biayanya RMB 1 – kok beda ya dengan tadi pagi ? Entahlah. Bis ini memang tidak stop di Bell Tower, tapi stop di City Wall – South Gate. Ga papa, dari situ kami bisa jalan ke Bell Tower, ga jauh.
Kami tunjuk2 peta Xian di bagian aksara China yang artinya City Wall ke supir. Dia pun menganggukan kepala tanda mengerti. Beberapa kali ketika bis berhenti kami bergerak ke arah supir dan bilang “City Wall ?” lalu dia menggelengkan kepala. Artinya belum sampai tujuan. Oke, nurut saja. Akhirnya dia memberi tanda untuk turun ketika sudah sampai di City Wall.
Dari situ kami berjalan kaki ke arah Bell Tower. Arahnya mudah karena bangunan ini menjulang di tengah2 kota. Lokasinya tepat di tengah2 persimpangan jalan yang besar dan ramai. Kami hanya foto2 saja dari seberang jalan. Disebut Bell Tower karena di bangunan tersebut ada bel / lonceng nya. Dekat persimpangan, banyak polisi dan tentara bersenjata lengkap berjaga2. Kaget juga lihatnya, kenapa dijaga seketat ini ya ?
Terus kami berjalan lagi ke arah kiri, ke DrumTower. Letaknya tidak jauh dari Bell Tower. Disebut Drum Tower karena di bangunan tersebut ada banyak drum (alat music tabuh seperti bedug) nya. Menarik ya. Kami kemudian melangkahkan kaki ke bagian belakang Drum Tower. Ada pusat informasi turis dan di dalamnya ada display 2 patung terracotta. Tanpa bosan, Jeff pun berpose lagi deh. Yang ini gratis !
Bergeser ke sebelahnya, ternyata kami sudah tiba di area Moslem Quarter. Salah satu tempat yang dihuni oleh kaum muslim Xi’An. Apa yang menarik dari jalanan ini ? Buat pecinta kuliner, pasti senang sekali. Sepanjang jalan ini, kiri kanannya, semuanya pedagang makanan ! Baik restoran/kedai maupun kaki lima. Ramai sekali suasananya. Ragam makanan di sini banyak sekali. Karena tidak tahu mana yang enak, ya coba2 aja sendiri. Harganya bervariasi mulai dari RMB 3 hingga RMB 20.
Kami mencoba : sate kambing RMB 10/tusuk (lebih mahal dan tidak seenak yang di area Terracota Warrior), squid satay RMB 20 per pcs (besar, rasanya gurih asin), kue kuning kayak bika ambon RMB 3 per pcs (ternyata kue ketan, dikasi olesan selai, kami ga doyan) dan terakhir pisang goreng RMB 10 (ini paling enak menurut kami, pisangnya manis, tepungnya crispy dan diolesi oleh selai strawberry). Tante Caroline mencoba juga kebab isi daging yang antrian belinya panjang sekali. Memang enak !
Tujuan kami selanjutnya adalah City Wall – South Gate. Untuk ke city wall yang ada di tengah2 persimpangan jalan, kami harus turun dulu ke bawah tanah (seperti tangga ke metro atau underground), lalu cari ke arah City Wall.
Tembok kota ini masih kokoh berdiri. Diklaim sebagai tembok kota terbesar di dunia yang masih ada. Tembok ini mengelilingi bagian dalam kota tua Xi’An. Tinggi temboknya 12 meter, panjangnya 13,7 km, dan lebar antara 12-14 meter.
Dengan spesifikasi tersebut, tembok ini menjadi daya tarik tersendiri bagi turis. Mengapa ? Karena kita bisa melakukan aktivitas di atas tembok ini. Ya.. kita bisa jalan2 di atas tembok ini, mirip great wall di Beijing deh. Cuma ini temboknya di dalam kota. Tembok ini bisa dikelilingi dengan berjalan kaki (dijamin gempor banget), bersepeda (lumayan gempor) maupun electric car (ini ga pake gempor). Kegiatan yang menyenangkan bukan ?
Ada 4 pintu gerbang untuk bisa masuk ke dalamnya. Tapi yang paling terkenal adalah South Gate. Kami pun masuk lewat pintu ini. Tiket masuknya RMB 54 per orang. Kemudian kami naik ke atas temboknya. Lumayan terjal tangganya.
Tiba di atas, kami langsung menuju ke tempat penyewaan sepeda. Harga sewanya untuk 2 jam adalah RMB 45 untuk 1 sepeda + RMB 200 uang deposit. Nanti deposit akan dikembalikan saat kita mengembalikan sepeda dengan utuh. Ada juga tersedia sepeda tendem kalo mau.
Ternyata tidak mudah naik sepeda di atas tembok ini karena lantainya terdiri dari batu yang tidak terlalu rata. Butuh energy ekstra untuk mengendarainya. Kami mulai bersepeda dari South Gate ke arah kiri, yaitu ke Barat.
Karena sore hari, kami bersepeda sambil menikmati suasana matahari mulai terbenam yang sangat cantik di atas tembok. Pemandangan dari atas tembok sangat mempesona. Bisa melihat kota di dalam tembok dan di luar tembok, bangunan khas China maupun yang modern. Belum lagi pohon2 musim gugur yang berwarna kuning. Keren ! Kami sangat menikmatinya.
Karena itu, kami jadi sering berhenti untuk berfoto2 dan menikmati pemandangan. Apalagi lampu2 tembok dan lampu2 kota mulai menyala, bagus !
Matahari terbenam dan malam pun tiba. Suasana di atas tembok menjadi gelap, penerangan minim. Kami pun kesulitan melihat jalan di depan kami, tidak tahu apakah jalan rata atau tidak. Belum lagi terkadang ada bangunan maupun tanjakan yang tidak membolehkan sepeda lewat, sehingga harus memutar atau harus menjinjing sepeda.
Jika keliling tembok dikatakan 100%, maka perjalanan kami baru mencapai 35% nya. Kami baru melewati West Gate, mau mengarah ke North Gate, tapi sudah capek. Kami sudah bersepeda selama 30 menit dan baru mencapai 35% nya. Iyalah… wong pake brenti2, hehe.. Mau lanjut keliling tembok sampai selesai ? Rasanya ga sanggup kalo harus terburu2 karena sudah gelap dan waktu yang terbatas. Tapi mau kembali lagi juga sayang, karena artinya toh harus kembali menempuh 35% perjalanan lagi.
Hm.. setelah bingung dan berdiskusi, akhirnya kami memutuskan balik arah, kembali ke South Gate. Masalahnya sudah sangat gelap di atas tembok. Kami tidak tahu bagaimana medan nya yang 65% lagi. Lagipula kami sudah lumayan lelah berjalan seharian dan malam ini masih ada 1 destinasi lagi yang harus dikunjungi.
Ya sudah, mungkin kami memang tidak berhasil mengelilingi city wall ini. Tapi kami berhasil menikmati pengalaman dan pemandangan yang sangat menakjubkan di city wall ini. It’s not about the destination, it’s about the journey. Agreee !!
Tips : Untuk naik sepeda mengelilingi tembok butuh waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam. Saat musim gugur, pk.18.30 sudah cukup gelap. Jadi jika berniat keliling dan mengalami sunset, mulailah bersepeda antara jam 4 atau 5 sore. Kami memang sudah terlalu malam, baru mulai bersepeda jam 6 sore. Kami pikir 1 jam cukup, ternyata walaaaah…
Destinasi berikutnya adalah Big Wild Goose Pagoda. Kami akan menggunakan metro (=subway) kali ini. Xian baru memiliki 2 line metro yang aktif. Line 1 dari barat ke timur, dan line 2 dari utara ke selatan, sangat mudah. Jika ada buku travel yang memberikan peta metro Xian yang berisi lebih dari 2 line (misal 8 line), itu masih dalam tahap konstruksi artinya rencana ke depan dan belum beroperasi. Jangan bingung ya.
Kami naik metro dari City wall menuju Xiao Zai station, station paling ujung dari line 2 ke arah selatan. Dari situ kami berjalan kaki ke arah Big Wild Goose Pagoda. Lumayan jauh juga, sekitar 2 km. Kami mau menonton show Musical Fountains alias pertunjukan air mancur menari2 dengan paduan music dan cahaya. Big Wild Goose Pagoda menjadi latar belakang show ini. Diklaim sebagai Musical Fountain terbesar di Asia, maka kami pun penasaran.
Betul saja, sudah banyak orang berkumpul. Show dimulai pk. 20.30 kami hadir 10 menit sebelum show dimulai. Area air mancurnya memang luas sekali. Berlapis-lapis di depan pagoda, sehingga terkesan wah. Belum lagi ada yang memancarkan air sangat tinggi, seperti di Jet d’Eau Geneva-Swiss saja. Bisa lihat fotonya di trip Swiss 2012. Durasi pertunjukan hampir 30 menit. Sempat berpindah-pindah tempat untuk melihat, tetapi yang terbaik adalah dari arah depan, dimana pagoda menjadi background dari musical fountain ini. Hanya siap2 kebasahan ya..
Selesai menonton show, kami makan malam dulu di daerah itu. Banyak kedai makan dan kami pilih saja salah satu diantaranya. Pesan menu dengan cara menunjuk gambar seperti biasa, tanpa kita tahu apa yang ditunjuk itu, hehe.. Pulang ke apartemen kami pilih naik taksi karena sudah gempor jalan seharian. Ternyata tarifnya tidak mahal, dengan argometer hanya RMB 12.
Malam ini baru kami sempat check-in dan mengurus pembayaran ke kantor Mark yang ada di dekat kamar kami. Entah kenapa, proses pembayaran dengan kartu kredit tidak berhasil. Padahal sebelumnya kami menggunakan credit card yang sama dan tidak masalah. Mungkin alat di tempat Mark ini yang bermasalah. Oke, terpaksa kami pakai uang cash.
Tips : Selalu siapkan uang cash yang cukup untuk kemungkinan gagal bertransaksi dengan kartu kredit, terutama untuk pembayaran akomodasi yang lumayan besar jumlahnya.
Day 6 : Xi’an-Beijing
Saat bangun, kami terkejut sekali karena ternyata sudah jam 9 ! Sampai kami berdua langsung loncat dan segera bersiap2. Padahal biasanya kami bangun sekitar jam 6-7 pagi. Ini suami-istri semuanya tidur pulas ! Ternyata kami kemarin benar2 kelelahan dan kurang tidur nih. Untung saja hari ini memang tidak ada acara khusus. Rencananya jam 11 kami sudah harus check-out dan menuju Beijing. Masih ada waktu…
Kali ini kami jalan2 area hotel aja deh. Lihat Supermarket aja yuuk, namanya Bravo Supermarket. Letaknya di basement ZhongMao Plaza, tempat apartemen kami berada. Isinya sama saja sih dengan supermarket di sini, cuma senang aja lihat aneka buah yang besar2 dan banyak makanan jadi. Kami beli roti saja untuk bekal.
Di sini tas Diana harus dimasukkan ke dalam tas merah milik supermarket, lalu dikunci dengan klip sensor. Nanti di kasir, bisa minta dibukakan. Unik juga caranya. Kami juga tidak diberi kantong plastic untuk membawa barang belanjaan, seperti di Ikea. Rupanya di China semua toko sudah melakukan penghematan dan pelestarian lingkungan dengan menghindari kantong plastik.
Selesai dari supermarket, kami mau cari sarapan dulu. Karena agak bosan dengan makanan lokal, akhirnya kami makan di Pizza Hut. Masih di blok yang sama. Karena masih jam 10an, menu yang disodorkan adalah menu breakfast, bukan menu pizza yang sebenarnya kami pengen coba. Apa boleh buat, kami order yang tersedia di situ. Adanya American breakfast, lumayan lah. Minumnya dikasi 2 macam, air putih dan juice, free refill loh.
Jam 11 siang, kami keluar kamar tanpa perlu pamit lagi ke Mark. Kan tidak perlu mengembalikan kunci atau kartu kamar apa pun, enak juga yah. Semalam saat ngobrol dengan Mark, dia menyarankan kami untuk naik metro ke station. Jangan naik taxi katanya karena jalanan akan macet dan akan menghabiskan banyak waktu serta uang, bisa sekitar 1,5 jam dan harus membayar lebih dari RMB 90. Metro hanya RMB 4 dan cepat tanpa macet, paling sekitar 30 menit sudah sampai. Sip lah !
Kami berjalan kaki ke arah station metro Nan shao meng yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari apartment. Station kereta untuk high speed train ke Beijing bukan tempat kemarin kami naik bus ke terracotta atau tempat kami tukar tiket. Itu stasiun kereta yang lama. Kali ini kami menuju stasiun kereta yang baru, namanya Xi’An North Railway Station. Adanya di paling ujung utara line 2 metro.
Untuk masuk Xi’An North Railway Station, kami sampai 2 kali melewati pemeriksaan x-ray. Benar2 ketat keamanannya untuk ukuran station kereta api lokal. Enak sih memang naik metro, langsung masuk di lantai dasar stasiun. Ternyata ini station kereta api yang sangat besar dan modern. Mirip airport sih lebih tepatnya.
Ada gate2 keberangkatan (dalam bentuk kubah2), toko2 makanan dan souvenir serta berbagai macam restoran. Ada juga tempat drinking water. Ingat ya di China umumnya itu dispenser air panas, bukan air dingin. Gunanya untuk menyeduh daun teh, salah satu kebiasaan orang China yang sering kami temui di seantero negeri. Ada kursi pijat refleksi (bayar, tidak gratis seperti di Changi). Ada juga lounge khusus untuk penyandang cacat dan lansia. Kami pun jalan2 sambil menunggu keberangkatan kami.
Di sini boarding cukup 20 menit sebelum kereta api berangkat. Tapi 40 menit sebelum gate dibuka, ratusan calon penumpang sudah mengantri di depan gate. Kami sih santai2 saja. Toh sudah ada nomor kereta dan tempat duduknya. Ngapain ngantri ?
Kami naik kereta G88 dijadwalkan menempuh rute Xian-Beijing dalam waktu 4,5 jam. Kereta berangkat tepat waktu yaitu jam 13.18. Membawa 16 rangkaian gerbong, termasuk business class dan ruang makan. Tak lama, datang petugas yang mengecek tiket kami. Di dalam tiap gerbong, ada layar digital yang menunjukkan kecepatan kereta. Kecepatan kereta rata2 sekitar 286 km/jam. Kecepatan tertinggi yang pernah kami lihat adalah di 307 km/jam ! Biasanya kecepatan kereta selalu berubah-ubah sesuai dengan kontur tanah yang dilalui kereta.
Tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Ada TV yang menyajikan berbagai film kartun dan iklan. Banyak juga penumpang yang tertidur. Buat yang pegal kakinya karena duduk terus, biasa mondar mandir ke gerbong lain. Ada petugas cleaning service yang secara berkala membersihkan lantai kereta. Lain waktu, ada juga petugas yang menjual makanan dan minuman, sama seperti pramugari di udara. Kereta sempat berhenti di 2 kota untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Kami sih makan bekal roti kami tadi sebagai makan siang, melihat2 pemandangan di jalan, lihat2 foto hasil jepretan selama di China dan selebihnya ya tidur.
Catatan Xi’an :
Total pengeluaran kami di Xian sekitar RMB 1300, yang cukup mahal adalah tiket masuk ke tempat wisata dan pick-up service. Sedangkan yang murah adalah public transportation nya (metro, bus dan taxi). Harga makanan hampir sama dengan di Yangshuo.
Xian adalah kota yang cukup besar dan rapi, sehingga sayang jika hanya mampir ke Terracotta nya. Sebaiknya alokasi 2 hari berbeda antara Terracotta dan City Wall supaya lebih bisa menikmati.
Untuk yang tidak bisa berbahasa China, di Xian sebaiknya membawa peta Xian yang beraksara China sehingga mudah ditunjukkan kepada supir bis atau supir taxi. Silakan download ya : The Map of XI’AN
Jika naik metro di Xian, jangan kaget kalo semua tas kita kita harus melewati pemeriksaan X-ray seperti di airport. Memang seperti itu sistem keamanan nya. Sangat ketat.
Bersambung ke China trip part 5 : Beijing
Kisah sebelumnya di China trip part 3 : Yangshuo
terima kasih ..
sangat2 membantu terutama map utk downloadnya..
saya akan ke xian 17-22/3/2018
Mampir ke sini karena tulisan tentang Xian ini ada di halaman pertama google. Aku lagi penasaran sama kota di China ini. Karena jadi salah satu rekomendasi wisata halal di forum Muslim Traveler.
Baca sampai akhir, ternyata memang menarik bangett yaa kotanya. Well, akhirnya saya akan memasukkan Xian sebagai bucket list of traveling saya.
Makash infony mba sangat membantu.. utk tiket keretany beli dimana ya? Boleh tau hargany? Makash
Tiket kereta apa nih ? Kalo yg Xian-Beijing bisa dibaca di China trip part 1. Di situ isinya ttg persiapan keseluruhan perjalanan, termasuk antar kotanya.