Untuk perjalanan kami bersama Andalusia-2 hari ini, ada 14 peserta yang ikut serta : 4 orang Indonesia (termasuk kami berdua), 2 orang Italia, 2 orang Luxembourg dan 6 orang Malaysia. Untuk crew kapal ada 8 orang yang terdiri dari kapten kapal, tour guide, ahli mesin, tukang masak dan dokumentasi. Untuk yang dokumentasi akan membantu dokumentasi kita baik melalui kamera, drone maupun kamera bawah air. Nanti semua hasil dokumentasinya akan dimasukkan dalam google drive dan dishare dalam wa group peserta yang sudah dibuat sebelumnya. Nama tour guide kami yang akan menginformasikan seluruh aktivitas selama pelayaran ini bernama Erik.
Dalam rangka merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke-21, kami memilih Labuan Bajo di Manggarai Barat, propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai destinasi kali ini. Keindahan Labuan Bajo sudah kami dengar dari teman2 maupun keluarga kami yang sudah pernah ke sana. Selain keindahan alam yang mempesona, di Labuan Bajo juga terdapat Taman Nasional Komodo, yang merupakan habitat binatang reptil tertua dunia yang masih hidup dan hanya ada satu2nya di dunia, yaitu di Labuan Bajo ini.
Untuk bisa menikmati pesona alam Labuan Bajo, kami memutuskan memanfaatkan Kamis 29 Mei 2025 sebagai hari libur nasional untuk terbang ke Labuan Bajo. Saat ini, untuk menampung animo wisatawan lokal dan mancanegara, sudah ada bandar udara Komodo, satu2nya bandar udara di Labuan Bajo. Bandar udara ini, melayani penerbangan langsung dari berbagai kota di Indonesia maupun mancanegara seperti : Jakarta, Surabaya, Denpasar, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapore
Catatan : per 31 Juli 2025 rute penerbangan Singapore – Labuan Bajo ditutup menyusul ditutupnya maskapai JetStar Asia yang melayani rute ini
Untuk melihat komodo dan menjelajah pulau-pulau cantik di Labuan Bajo ada 2 pilihan. Satu hari dengan menggunakan speed boat atau 3 hari menginap di atas kapal phinisi. Kami pernah menginap di kapal saat berwisata ke Halong Bay Vietnam Desember 2019 (part 3 – Halong Bay). Karena pengalaman tersebut menyenangkan, maka kami memilih menginap di kapal juga untuk Labuan Bajo ini.
Setelah berjerih lelah mendaki gunung glacier, kami menuju Jokullsarlon. Stop dulu buat makan di jejeran food truck yang menjual macam2 makanan. Salah satu yang terkenal dan menjadi tujuan kami namanya Heimahumar. Ini food truck yang menjual local langoustine alias lobster versi Norway. Langoustine ini lebih langka dari lobster dan bentuknya lebih kecil dari lobster biasa, tapi rasanya manis dan enak seperti lobster biasa.
Langoustine Roll & Langoustine Soup
Menu favoritnya adalah langoustine soup (sup lobster) dan langoustine roll (hot dog tapi bukan pakai sosis melainkan suwiran daging lobster). Silakan dipilih sesuai selera. Diana pesan yang soup, karena sudah dingin2an setengah hari kan, pengennya makan yang hangat2. Tidak salah pilih, ini soup nya enaaaaak banget ! Daging nya ga pelit dan selain sup tetap dikasi roti juga sebagai karbohidrat nya.
Keluar dari airport menuju bus, kami harus geret koper masing2 di tengah terpaan angin kencang. Beneran angin kencang ya ini, mau maju aja rasanya susah, apalagi sambil bawa koper. Welcome to Iceland nih betulan. Karena winter, maka sore hari jam 5 sudah mulai gelap. Kami menginap di 101 Guesthouse, posisinya sangat strategis, kamar dan kamar mandinya juga bersih.
Ini late post setahun lebih ya teman2, haha.. Baru sempat ditulis sekarang, tapi ga papa.. karena menurut kami tempat ini cukup menarik untuk diceritakan.
Day 1
Hari ini kami mau staycation di pulau Macan yang masuk dalam kepulauan Seribu. Sebelumnya kami pernah menginap di pulau Sepa Pulau Sepa : 15-16 August 2009 yang juga masuk dalam kawasan kepulauan Seribu. Atau pulau lain di luar kepulauan seribu yang pernah kami kunjungi adalah Pulau Umang : 15-17 Agustus 2015 yang berlokasi di propinsi Banten.
Kami kontak langsung ke pengelolanya. Pulau Macan mengklaim dirinya sebagai Eco Lodge, jadi sangat mengedepankan suasana alam baik di kamar maupun lingkungan pulaunya. Kami tertarik karena kamarnya model cottage natural dan bisa langsung nyemplung ke laut dari teras cottage seperti di Maldives. Bisa cek pengalaman kami menginap di Maldives (2015).
Pulau Macan
Sama seperti ke pulau Sepa, kami berkumpul di dermaga Marina, Ancol untuk bersama2 dengan pengunjung lain naik boat menuju pulau Macan. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2,5 jam (walaupun di webnya mereka menulis 90 menit). Jauuuh, tapi memang ini yg bikin air lautnya jadi bening banget di sekitar pulau Macan. Lokasinya lebih jauh dari Sepa yang cukup ditempuh 1,5 jam dari dermaga Marina.
Many tourists want to experience “onsen” in Japan, but the idea of being naked in front of many people not really suit for everyone. Or if you had a tattoo then you can’t enter the public onsen. That’s why many tourists try to find private onsen including us. Sadly, not many information on the internet about private onsen in Japan. Usually in ryokan out of town or in hotel that doesn’t mention about their private onsen on their website.
So when we found this private onsen in Lake Toya, we are very happy and want to share the experience with you all.
Toya Kanko Hotel has 2 private hot spring bath. You can use it even though you are not stay in this hotel, like us. But the price is different for hotel guest and non hotel guest. We just come to the receptionist and say that we want to use the private bath, then they will prepare the bath for us. We wait for around 20 minutes (you can walk outside first and come back again) and they will hand out the key for our private bath. You can check the complete information and the price here : http://www.toyakanko.com/spa.html#KasikiriSpa
Day 3 : Bukit Holbung, Taman Wisata Iman, Air terjun Efrata, Simalem Resort
Hari ketiga jadwal kami cukup padat, kami akan meninggalkan Samosir dan kembali ke daratan Sumatera tidak naik ferry tapi lewat jalur darat.
Bye Samosir Villa Resort
Setelah breakfast, kami check-out dan menuju jembatan Tano Ponggol. Satu2nya jembatan yang menghubungkan pulau Samosir dengan daratan Sumatera dan baru dibuka pertengahan tahun 2023 ini. Sebelum melintasi jembatan, kami sempat berfoto di depan gedung gereja HKBP Pangururan yang masih dalam tahap penyelesaian pembangunannya. Gedung gereja ini terlihat besar dan megah.
Hari ini, kami mau jalan2 melihat Skagit Valley Tulip Festival. Lokasinya agak ke luar dari kota Seattle, tapi masih di negara bagian Washington. Ini pengalaman ketiga kami jalan2 melihat taman tulip. Pertama waktu kami ke perkebunan tulip di Dandenong, bisa baca di Australia 2010 (part 3-Melbourne) dan kedua waktu kami ke Keukenhoff di Belanda, bisa baca di Europe 2012 (part 2).
Taman dan ladang bunga tulip yang cantik
Di wilayah Skagit ini ada 4 perkebunan tulip, yaitu RoozenGaarde, Garden Rosalyn, Tulip Valley Farms dan TulipTown. Kita memang harus pilih mau ke perkebunan tulip yang mana, karena ownernya beda2 dan harga tiket masuknya juga beda2, walau ada di area yang berdekatan semua. Jadi bukan seperti Dandenong atau Keukenhoff yang cuma ada 1 tempat dengan 1 harga. Yang terbesar dan terkenal adalah RoozenGaarde, jadi kami pilih pergi ke sini saja.
Setelah keluar dari cruise, kami berjalan kaki sambil menggeret 2 koper besar kami ke arah Pike Place Market. Sebelum cruise, kami sempat ke sini tapi sudah tutup karena kemalaman. Jadi sekarang mumpung pagi2 kami ke sini lagi. Mulai dari Original Starbucks, the “First Starbucks Store”. Ini adalah outlet Starbucks pertama, sebelum akhirnya memiliki puluhan ribu store/outlet di seluruh dunia.
Hari ini kami tiba di Ketchikan yang menyebut dirinya sebagai “The Salmon Capital of The World”. Suhu di Ketchikan sekitar 8 derajat celcius dan cuaca diramalkan cerah. Sunrise pk.05.30 am dan sunset pk.08.01 pm. Jam di sini masih mengikuti jam Alaska, yaitu mundur 1 jam dari kota Seattle. Tiba jam 7 am dan punya waktu sampai maksimal pk.12.45 pm harus sudah balik di kapal. Jadi cuma sekitar 5 jam lebih di sini. Apalagi kami tibanya di port khusus NCL yang terletak di luar kota Ketchikan.
Dari port, kami melewati ruangan besar seperti bekas gudang yang isinya cafe dan penjualan souvenir. Keluar gedung tersebut, kami naik shuttle sekitar 15 menit ke pusat kota. Gratis dan banyak tersedia, tapi artinya waktu kami ga banyak untuk menjelajah Ketchikan.