Lanjutan Day 9 : Insadong, Deoksugung
Tiba di Seoul, kami pergi ke area Insadong. Di Insadong banyak jualan aneka souvenir, handicraft, barang seni dan barang antik. Suasananya sangat ramai, selain memang hari Sabtu, rupanya ada bazaar dan akan ada parade hanbok. Banyak peserta yang sudah bersiap, tua muda, pria wanita. Semua pakai pakaian tradisional Korea. Seru liatnya.
Sambil menunggu parade, kami jajan odeng seharga KRW 1.000 dan chicken gangjeong (ayam goreng khas Korea yang berbumbu manis) seharga KRW 3.000. Semuanya enak !
Tak lama parade hanbok dimulai. Di barisan depan ada pemain musik tambur. Di belakangnya baru barisan orang2 yang memakai hanbok aneka model dan warna. Menarik juga nih pas ada acara begini.
Dari area Insadong, kami berkunjung ke Deoksugung. Waktu kami datang, ternyata area depan pintu gerbang Deoksugung yang dinamakan Daehanmun Gate penuh dengan pengunjuk rasa sambil membawa bendera Korea. Kami tidak tahu dalam rangka apa. Namun gara2 demo di atas, acara Changing of the Royal Guards Ceremony, ditiadakan. Wah sayang sekali. Harga tiket masuk cuma KRW 1.000 per orang dan bisa bayar pakai kartu kredit.
Deoksugung termasuk istana yang kecil dan paling sederhana dibandingkan istana2 lainnya di Seoul. Namun yang menarik, di satu kompleks dengan istana tradisional Korea, ada gedung dengan arsitektur barat seperti biasa kita lihat di Eropa. Ini yang tidak ditemukan di istana yang lain.
Selain menikmati kompleks Deoksugung, para wisatawan juga menikmati area di luar tembok yang mengelilingi istana. Nama jalannya Deoksugung Doldam-Gil. Kombinasi tembok batu istana dan pepohonan saat autumn, menjadi pemandangan yang cantik. Sayang pohon di sini warna daunnya rata2 masih hijau. Belum warna warni karena memang Seoul puncak autumn nya lebih telat daripada Seorak dan Nami.
Jeff pun sempat berfoto dengan penjaga istana sama seperti waktu di Oslo dan Stockholm. Silakan lihat di trip Scandinavia. Lumayan walau ga sempat lihat pergantian penjaga, tapi bisa foto sama penjaganya, hehe.. Penjaga ini khusus loh menghadap ke kamera dan memberi hormat kepada kamera, action !
Menyusuri tembok istana, kami tiba di area bazaar di dekat gerbang istana. Jalanan ditutup untuk mobil. Banyak booth menjual aneka barang. Ada juga beberapa tempat di mana para seniman lokal dapat mempertunjukkan kemampuannya, seperti menyanyi dan main musik. Padat sekali berjalan di sini, semua desak-desakan.
Sudah jalan2nya, sekarang waktunya ambil koper dan menuju tempat host couchsurfing. Untuk 2 malam ke depan kami tidak menginap di hostel tetapi menggunakan jalur Couchsurfing. Ambil koper di Seoul station, lalu naik subway line 9 ke Yeomchang, station terdekat dari tempat tinggal Jay & Jenny, host CS kami.
Ceritanya kami sudah janjian jam 5 sore dengan Jay untuk bertemu di station Yeomchang itu. Ternyata siang hari Jeff menulis wa bahwa akan memberi kabar lagi saat tiba di Seoul Station. Nah, di Seoul station kami tidak bisa akses wifi sehingga kami anggap sesuai info sebelumnya kita bertemu jam 5 sore. Ternyata setelah menunggu sampai jam 5.30 pm kok ga ada yang nongol nih. Kami pun mulai bingung bagaimana menghubungi Jay. Tidak ada wifi berarti ga bisa wa. Kami sampai coba sms dan telpon juga ga masuk.
Ya udah, kami sih punya alamatnya. Kita langsung aja deh jalan ke rumahnya. Kami keluar dari station. Jeff coba tanya alamat ke toko yang ada di situ dan Diana menunggu di pintu exit station sambil bawa koper. Lagi menunggu, ternyata tiba2 ada wanita yang menghampiri Diana dan bertanya “are you couchsurfer ?”. Diana pun dengan gembira langsung menyahut “yes”.
Ternyata wanita itu adalah Jenny, istri Jay. Aaah.. pertemuan yang tidak terduga. Di tengah kebingungan karena rencana tidak berjalan mulus, ada tangan Tuhan yang membantu kami. Terima kasih Tuhan. Ternyata Jay juga sedang kebingungan menunggu kami di rumah. Dia sudah berusaha mengirim wa kepada kami namun tidak ada balasan.
Jenny sendiri sedang dalam perjalanan menuju rumah temannya. Jadi memang secara tidak sengaja kita bisa bertemu. Betul, mujizat Tuhan itu masih ada. Jenny akhirnya menelpon Jay dan mengantar kami ke persimpangan jalan dekat situ. Jeny bilang, jalan saja terus, Jay nanti akan ke sini, jadi kalian pasti bertemu di tengah jalan. Jenny sendiri lalu melanjutkan perjalanan ke rumah temannya. Oke !
Akhirnya kami bertemu Jay, pria muda yang sangat ramah. Jay dan Jenny ini sama2 psikolog. Itulah kenapa Diana tertarik ketika melihat profilnya di Couchsurfing dan mengirim permintaan untuk stay di rumah mereka. Pasangan ini menikah 8 bulan lalu dan honeymoon nya adalah naik sepeda mengelilingi Eropa selama 2 bulan. Baru bulan lalu mereka kembali ke Seoul. Wuiiih, asyik banget ga sih ?!
Area rumah mereka adalah benar2 area penduduk lokal tinggal dan bukan area turis. Malam ini, kami hanya ditemani Jay, karena Jenny tadi kan pergi. Untuk makan malam, Jay mengajak kami beli jajanan lokal dan kita santap bersama di rumah. Kurang lebih 10 menit berjalan kaki dari rumah Jay, ada kemeriahan pasar malam orang lokal di situ. Dari hasil hunting makanan, kami membawa pulang :
- Gimbap mungil aneka isi dengan harga KRW 500 per pcs. Murah banget !!
- Toppoki, agak pedas jadi buat Jay dan Jeff saja.
- Toast isi telur-daging-sayuran, biasa saja sih menurut kami, tapi kata Jay orang Seoul suka sekali makan toast.
- Hot dog isi keju dengan gula di luarnya. Rasanya jadi seru. Katanya ini terkenal sekali di Seoul dan banyak cabangnya.
Semuanya ditraktir sama Jay, dia bilang harganya murah kok. Iya sih, dibanding di area turis, makanan ini memang murah2. Thanks Jay. Sambil menikmati makanan di atas, kami berbincang banyak hal dengan Jay tentang kehidupan di Korea, seperti pekerjaan, sekolah, ekonomi dll. Hal2 yang umumnya paling gampang menjadi topik diskusi.
Sekitar jam 22.00 Jennie pulang dari rumah temannya dan kami memberikan cenderamata kepada mereka berdua berupa fridge magnet berbentuk wayang dan jasmine tea. Semoga mereka suka, karena mereka belum pernah ke Indonesia.
Day 10 : Changdeokgung, Ginseng Chicken Soup-Bukchon, Yeuido Park
Setelah sarapan roti bersama Jay & Jenny, kami mau jalan2 ke Changdeokgung. Menurut Jay, naik bis lebih cepat daripada naik subway. Alhasil, Jay dan Jennie mengantar ke halte bus terdekat dan kami naik bis no 601. Jay ‘menitipkan’ kami pada sopir bis agar diturunkan di Changdeokgung. Jalan cukup sepi karena hari Minggu pagi, sekitar 30 menit kemudian kami sudah sampai. Supirnya pun dengan semangat menunjukkan isyarat bahwa kami perlu turun di sini. Sip deh.
Tiba di halte bis seberang Changdeokgung, kami kaget luar biasa. Kami melihat antrian panjang orang yang mau beli tiket masuk Changdeokgung Palace. Mungkin panjangnya lebih dari 100 orang. Padahal jam buka tiket masih sekitar 30 menit lagi. Ternyata orang2 antri memburu kuota masuk Secret Garden.
Jadi di dalam istana ini, ada yang namanya Secret Garden, tempat yang indah, yang dulu katanya tempat raja dan keluarganya beristirahat. Harga tiket masuk istana dan Secret Garden berbeda, KRW 3.000 untuk masuk kompleks istana dan KRW 5.000 per orang untuk masuk kompleks Secret Garden. Total kalo beli keduanya menjadi KRW 8.000.
Kenapa orang antri ? Untuk masuk Secret Garden, harus ikut guided tour. Guided tour ini ada dalam bahasa Korea, China, Jepang, dan Inggris. Tiap 30 menit, ada guided tour, tergantung bahasanya. Masing2 tour jumlah maksimal peserta 100 orang. Nah hal inilah yang menyebabkan harus antri panjang. Di dekat loket penjualan tiket, ada layar yang memperlihatkan jadwal guided tour, bahasa yang digunakan dan sisa kuota yang tersedia.
Makin mendekati loket, jumlah kuota untuk masing2 tour, terus berkurang seiring bertambahnya orang yang beli tiket tour Secret Garden. Akhirnya setelah antri hampir 40 menit, kami bisa ikut guided tour bahasa Inggris yang pertama yaitu jam 10.30. Perjuangan yang luar biasa. Jadi penasaran, seperti apa sih bagusnya Secret Garden ini ?
Sambil berjalan menuju Secret Garden yang berada di bagian belakang, kami mengunjungi ekshibisi dengan judul The Path of Empress. Bisa membayangkan dan merasakan jadi ratu di jaman dulu. Ada tandu, kaca rias dll. Yang menarik khususnya untuk kaum wanita, adalah bisa mencoba Royal Beauty Makeup Experience of The Empress. Dengan dibantu staf di situ, kaum wanita bisa mencoba pulasan bibir dari Safflower Rouge dan minyak rambut dari Camellia Oil. Kesempatan ini, tentu tidak disia2kan oleh Diana. Minyak rambutnya wangi sekali ! Keren… bisa membayangkan kehidupan ratu di masa lalu.
Lalu ada exhibition lagi tentang ruang istana ratu dan berbagai aksesoris yang digunakan oleh ratu. Ceritanya kita dapat undangan dari ratu, nah.. untuk stempel ratu nya kita mesti cap sendiri. Stempel dengan gagang kura-kura emas tersebut disediakan di depan exhibition, lalu ada kertas undangan yang sudah disediakan. Capnya warna merah. Keren ! Jeff suka banget. Ada pohon yang berbuah lebat sekali di sini. Mirip buah jeruk kecil, tapi ternyata itu pohon oriental persimmon alias buah kesemek.
Jam 10.25, peserta tour ke Secret Garden sudah berkumpul di depan gerbangnya. Kuota guided tour masuk Secret Garden diberlakukan untuk menjaga kebersihan dan kerapian Secret Garden. Nama tour guide kami adalah seorang pria bernama Jay. Dia memakai pakaian tradisional Korea. Sebelum memimpin tour kami, dia sempat bilang kalo sudah masuk Secret Garden, boleh ikutin dia, boleh juga jalan sendiri. Oh, ternyata antri itu buat dapat kuota masuk saja, tidak terkait langsung dengan guided tour.
Guided tour ini cukup santai, tapi jalan kakinya cukup jauh dan ada rute menanjak. Jay menerangkan setiap tempat dengan baik sambil membawa alat peraga berupa foto2 tambahan yang menerangkan setiap spot. Ada beberapa kali, kami dipersilakan untuk istirahat atau foto2.
Sayang saat ini di Seoul belum mencapai puncaknya musim gugur. Jadi daun2 di pohon masih banyak yang hijau, baru sedikit yang berwarna. Jika sudah puncaknya, maka pemandangan di sini tentu akan sangat indah, seperti yang kami rasakan di Seoraksan dan Nami.
Setelah hampir 1,5 jam, tour berakhir. Kami jalan2 sebentar di kompleks istana dan kemudian keluar. Di luar, kami melihat antrian masuk istana yang lebih panjang daripada tadi pagi. Luar biasa.
Hari sudah sangat siang dan kami sudah lapar. Kami berjalan mencari subway terdekat. Tanpa kami rencanakan, kami rupanya sudah dekat dengan Anguk Station, yang artinya tidak jauh dari Bukchon Village yang kami kunjungi hari Senin minggu lalu. Di Bukchon kami waktu itu sempat melewati restoran Korean Ginseng Chicken Soup, salah satu menu yang katanya wajib dicoba saat ada di Seoul. Jadi kami memutuskan makan siang di sana saja.
Di depan restorannya, ada patung ayam warna kuning yang mencolok. Restoran ini sangat ramai dan ternyata dia ada di Michelin Guide 2017 ! Nama restorannya Baengnyeon Samgyetang. Tapi itu hasil googling, pas di tempatnya ga ada tulisan itu. Ga tau ya kalo pake aksara Korea. Kami diarahkan untuk duduk di ruangan yang semua pengunjungnya harus membuka sepatu karena akan duduk makan di bawah. Model lesehan gitu lah. Sementara di ruangan lain yang dengan kursi duduk, diperuntukkan untuk turis grup tour dalam jumlah besar.
Kami pesan 2 menu, yaitu Korean Ginseng Chicken Soup seharga KRW 15.000 dan Deep Fried Ginseng seharga KRW 20.000. Gila ya harganya. Mahal banget. Tapi ya sudahlah, kan sudah hari terakhir di Korea, boleh lah mencoba makanan khas Korea ini. Menu soupnya bukan yang termurah karena ada yang mencapai KRW 35.000 per porsi.
Ginseng Chicken Soup nya ditaro di dalam hot pot. Ini satu ayam utuh. Di dalam ayamnya, ada nasi yang seperti bubur, potongan ginseng dan buah plum kering. Standarnya memang kuah sup akan hambar saat disajikan. Oleh karena itu kita harus menambahkan sendiri garam dan merica sesuai selera. Semua bumbu itu disediakan di meja.
Wah, rasanya enakkkk sekaliiii. Apalagi dingin2 di Seoul makan kuah yang hangat2 begini. Harga mahal sebanding dengan rasanya yang enak. Isinya juga banyak. Untuk berdua sebetulnya cukup walau seharusnya memang 1 porsi adalah untuk 1 orang.
Untuk ginseng goreng nya, ternyata hanya sedikit. Jadi seperti untuk snack yah, tidak mengenyangkan. Rasanya kayak singkong tapi yang ginseng goreng ini lebih keras dan ada rasa pahitnya. Supaya tidak pahit, musti dicocol ke gula cair yang sudah disediakan. Luarnya sih crispy, enak. Jeff sih doyan, Diana engga. Tapi bolehlah untuk mencoba seperti apa sih rasanya ginseng yang digoreng renyah, hehe..
Setelah makan enak, tenaga pun kembali pulih. Kami lanjut mengunjungi Baek In-Je House Museum. Senin lalu, kami mau masuk ke sini tetapi tutup. Tiket masuknya gratis. Baek merupakan seorang pahlawan Korea semasa perang kemerdekaan era kolonialisme Jepang. Baek juga merupakan seorang dokter yang memberikan banyak kontribusi dalam bidang ilmu kesehatan. Museum ini merupakan salah satu dari hanok (rumah Tradisional Korea) terbesar yang masih ada di Seoul.
Walaupun hanok ini bergaya tradisional, namun ada banyak sentuhan arsitektur modernnya. Tamannya luas dan kita bisa melihat2 ruangan di dalamnya dari luar. Bagus loh ruangan2nya. Sampe dipisah2 kamar untuk menantu, kamar untuk mertua, kamar untuk anak pria, dsb. Kalo ikut free guided tour, bisa masuk ke dalam ruangan2 yang ada. Untuk free guided tour dalam bahasa Inggris hanya ada tiap hari Jumat jam 10.00. Sayang, ga cocok waktunya.
Sudah kelar jalan2nya. Kami pun pulang ke rumah CS kami. Sore ini, mereka mau mengajak kami piknik di Yeouido Park, salah satu taman terbesar dan terkenal di Seoul. Untuk menuju ke sana kami berempat naik bis. Jay dan Jennie membawa matras untuk piknik.
Saat kami tiba, angin dingin bertiup sangat kencang sehingga menyebabkan kami batal piknik. Angin kencang menerbangkan banyak matras orang2 yang lagi piknik. Sayang yah, cuaca kurang mendukung. Padahal kami sudah senang mau piknik dengan gaya lokal.
Ya sudah, kami jalan2 saja dulu di tengah terpaan angin. Foto2 di patung Little Mermaid ala Korea. Lucu nih. Coba bandingkan dengan patung little mermaid asli di Copenhagen. Ada juga jembatan yang menurut Jay merupakan tempat populer untuk bunuh diri dengan loncat dari situ. Jadinya di jembatan itu banyak tulisan2 positif untuk menguatkan orang supaya tidak jadi bunuh diri. Haduh, ada2 saja.
Ternyata budaya yang lokal banget untuk warga Seoul adalah pergi ke taman dan makan ramen. Ooh, kami ikutan aja deh. Tadinya kirain tuh makan ramen di resto apa gitu. Taunya makan ramen cup. Haha… iya, kaya makan pop mie gitu. Beli di minimarket lalu diseduh air panas yang disediakan, lalu dimakan deh. Simple banget ! Ada juga udon cup. Yang ini mie nya lebih besar2 dan rasanya memang mirip udon.
Ternyata angin dingin tidak berhenti bertiup. Suhu sudah sekitar 8-10 derajat ditambah angin membuat kami semua menggigil kedinginan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja. Cari tempat hangat, hehe..
Malam ini, Jay & Jenny masak bulgogi buat kami semua. Pasangan ini memang suka memasak. Wah enak sekali nih, cocok untuk menutup hari kami di Seoul. Puas deh mencoba segala makanan di Korea ini. Kami makan malam sambil kembali menceritakan keindahan Indonesia. Mereka sepertinya cukup tertarik untuk datang ke Indonesia, hehe.. Walau mereka adalah petualang yang suka naik gunung, ternyata mereka tidak pernah snorkeling. Iyalah, karena di Korea Selatan tidak ada laut yang bagus untuk melakukan snorkeling.
Day 11 : Back to Jakarta
Jam 7 kurang, kami sudah berpamitan dengan Jay dan Jennie. Kami harus berangkat pagi2 karena pesawat kami terbang pk.10.35. Pagi ini suhu Di Seoul sekitar 5 derajat dan hari2 ke depan akan bertambah dingin terus. Brrrr…. Untung kami sudah akan meninggalkan Seoul.
Untuk ke airport, selain naik subway, ada alternatif lain yaitu naik bus yang langsung ke Incheon Airport. Namun dengan pertimbangan kondisi lalu lintas Senin pagi yang tidak kami dapat prediksi, akhirnya kami memutuskan naik subway. Ternyata perjalanannya hampir 1,5 jam. Padahal jarak dari rumah ke airport tidak terlalu jauh. Tiba di Incheon, antrian chek in pesawat sudah panjang. Kami harus antri lebih dari 30 menit. Selesai check in, kami juga harus antri melewati pemeriksaan X-ray yang cukup panjang. Jadi lumayan mepet nih waktunya.
Setelah x-ray, counter imigrasinya tergolong kosong jadi lancar. Tidak perlu mengisi dokumen apapun dan ternyata tidak ada cap keluar di passport kami. Aneh juga, padahal pas masuk ada cap nya.
Untuk menuju gate pesawat Garuda, kami harus naik shuttle train sekitar 5 menit karena berbeda terminal. Incheon International Airport ini memang sangat besar dan ramai sekali orangnya. Namun di dekat gate kami, tokonya kebanyakan duty free shop dengban barang2 mewah dan branded. Padahal kami mencari toko souvenir khas Korea untuk menghabiskan sisa Korea Won kami tapi ga ketemu. Untung saja sudah sempat belanja souvenir di Seoul.
Pesawat kami terbang tepat waktu. Makanan nya enak dan ternyata ada dessert berupa es krim cup gitu. Wah, Diana lagi batuk nih… cuma bisa makan sedikit. Rugi banget. Yang untung Jeff deh, bisa makan es krim enak sampe hampir 2 cup. Pesawat pun mendarat di Jakarta pk.15.45 dengan suhu udara di Jakarta sekitar 34 derajat. Dari 5 derajat ke 34 derajat rasanya badan tuh kaya kebakar gitu pas turun pesawat, panas gila ! Ok dech, Welcome to Jakarta.. back to normal tropical country life 😉
—————————————————————————————————-——–
EPILOG
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan bahasa. Di Korea banyak sekali tulisan “eo”, nah ini dibaca “o” saja. Jadi soul, inchon, chongyechon, dsb. Kalo takut salah ngomong, mending ditulis aja lalu kasi tunjuk ke orang lokal sana. Istana itu bahasa koreanya “gung” : Deoksugung, Changdeokgung, dsb. Gunung itu bahasa koreanya “san” : Seoraksan, Naejangsan, dsb. Jadi sebetulnya kalo nulis Deoksugung palace atau Seoraksan mountain itu jadinya kurang pas karena “gung” dan “palace” juga “san” dan “mountain” punya makna sama.
Semua hostel sekalipun kecil dan murah, tetap memiliki kamar mandi dalam sendiri dan ukurannya besar. Jadi cukup nyaman. Biasanya yang disediakan dalam kamar mandi adalah shampoo, sabun mandi dan pasta gigi. Jadi sikat gigi tetap harus bawa sendiri walaupun menginap di kelas hotel. Biaya menginap kami selama 7 malam di hostel dan 1 malam di hotel bintang 5 adalah 3,8 juta. Yang 2 malam lagi di Couchsurfing jadi gratis.
Di Korea, wanitanya sangat ingin terlihat berkulit putih. Jadilah berbagai kosmetik digunakan dan sangat banyak wanita berdandan di subway. Makanya toko kosmetik di Korea sangat banyak dan cukup murah. Lalu karena orang Korea itu mengunakan nama Korea yang sulit dibaca, maka mereka banyak membuat nama panggilan yang lebih mudah disebutkan oleh orang asing. Nama yang paling umum adalah “Jay” haha.. seperti host kami dan guide di Secret Garden. Jadi itu bukan nama asli mereka.
Petunjuk jalan ke tempat wisata di Korea sangat minim bahkan di beberapa tempat tidak ada sama sekali. Bertanya dengan orang lokal seringkali mendapat jawaban yang berbeda2. Hal ini cukup menghambat perjalanan. Lebih baik sudah disiapkan lebih dahulu sejak di Indonesia dan di sana menggunakan google map atau membaca peta saja. Kalo di subway dan bus, selalu ada petunjuk dan informasi dengan bahasa Inggris, jadi tidak masalah.
Sangat disarankan mengikuti free guided tour yang diselenggarakan baik di museum dan istana agar tidak sekedar foto2 saja tetapi bisa membayangkan kehidupan di masa lampau dan menambah pengetahuan. Gratis juga kan.. why not ?!
TIPS TRANSPORTASI
Download aplikasi Korea Subway di android. Bisa cek subway antar stasiun lengkap dengan biaya, transfer, perkiraan waktu, jumlah stasiun yang dilewati dan berapa persimpangan (interchange / stasiun transfer antar line). Sangat membantu dalam perencanaan waktu dan biaya perjalanan naik subway. Biaya minimal antar stasiun adalah KRW 1.250. Akan terlihat angkanya saat kami tap di stasiun awal. Nanti di stasiun akhir, saat tap di gate keluar, akan terlihat angka penambahannya. Jika 0, artinya biayanya hanya KRW 1.250. Namun jika ada angka 100 misalnya, artinya biaya perjalanan kami tersebut adalah KRW 1.350.
Beli T-Money adalah keharusan karena tarif subway dan bus menjadi KRW 100 lebih murah daripada pakai kartu single trip. Untuk top up dapat dilakukan di mesin2 yang ada di setiap stasiun. Ada pilihan bahasa Inggrisnya. Untuk top up harus selalu menggunakan cash. Gambar T-Money pun beragam. Kami dapat yang gambarnya icon LINE, lucu !
Kalo naik bis umum dan bayar T money, caranya adalah : masuk dari pintu depan samping supir, tap T-Money. Pencet bel saat nama statiun/halte tujuan tertera di display depan dan diumumkan melalui speaker. Pake bahasa Inggris kok, tidak seperti di Jepang yang jadinya membuat kami nyasar. Saat mau turun dari pintu tengah, silakan tap sekali lagi T Money-nya. Tiket bis rata2 KRW 1.200.
Untuk bis antar kota selalu siapkan uang cash, karena mereka hanya bisa terima credit card bank Korea saja. Kami menghabiskan sekitar 2 juta untuk keseluruhan transportasi subway dan bus, termasuk dalam kota maupun antar kota.
TIPS MAKANAN
Kalo makan di restoran atau rumah makan di Korea, menu utama akan disajikan dengan beragam side dish khas Korea gratis. Yang selalu ada pastinya Kimchi. Boleh tambah lagi kalo doyan. Standard minumnya adalah air putih gratis, ambil sendiri dan bisa tambah juga. Manfaatkan ini dengan baik. Jadi baru ngerti kalo sering dengar cerita 2 orang pesan hanya 1 makanan buat sharing di Korea, pasti diomelin sama yang punya restoran. Karena ya itu side dish dan air minumnya gratis dan boleh tambah terus. Masa pesan 1 porsi, gratisannya buat 2 orang ? Ga fair lah.
Porsi makanan di Korea cukup besar. Harga makanan di restoran yang biasa kami temui di pinggir jalan antara KRW 4.000 – KRW 6.000 per porsi. Kalo lebih mahal, pasti kelas restorannya sudah berbeda. Sekalian saja pilih Ginseng Chicken Soup atau BBQ yang harganya memang mahal, sekitar KRW.14.000-20.000 per porsi.
Fast food di Korea juga tergolong mahal, jadi lebih baik cari makanan lokal saja. Kalo starbucks sih ada dimana2. Yang menyenangkan adalah harga makanan di restoran Korea, tidak memperhitungkan lagi tax and service. Jadi harga di menu adalah harga yang kita bayar. Mau makan murah ? Beli gimbap, baik yang di supermarket berbentuk segitiga maupun di restoran pinggir jalan, dengan KRW.1000-3000 sudah kenyang!
Selain itu, bisa juga beli telur rebus matang di supermarket seharga KRW.1900 dapat 2 telur. Jadi awalnya kami beli telur untuk bikin sarapan. Dikira telur ayam mentah seperti biasa kami beli di supermarket di negara mana pun. Ternyata pas mau dipecahkan kok tidak bisa ? Astaga… telur rebus matang rupanya. Rasanya enak, sudah diberi garam jadi tidak tawar. Sangat praktis untuk dibawa jalan2 atau naik gunung, kenyang dan sehat juga.
Makanan di Korea cukup mahal bila kita makan di tempat area wisata. Apalagi street food nya, rasanya sih ga gitu mahal ya. Sekitar KRW.1000-5000 an. Tapi kan 1 tusuk atau 1 cup gitu ga kenyang, akhirnya beli beberapa. Nah, itu yang bikin mahal. Belum lagi beli minuman banana milk yang emang enak banget itu. Jadinya bisa seratus ribu cuma buat jajan2 seharian. Kalo bisa memang jajan di area non turis, street foodnya bisa sekitar KRW.500-2000 saja.
Ada snack potato chips yang enak banget, namanya Honey Butter Chip. Ini favorit orang Seoul dan juga para turis. Rasanya hanya satu ini saja, tidak ada yang lain. Tapi rasanya sih memang unik dan enak pastinya, bikin ketagihan he..he.. Kami sempat beli banyak di Lotte Mart pas lagi turun harga, lumayan.
Bagi yang muslim perlu berhati-hati. Mayoritas makanan Korea tidak halal. Namun saat ini pemerintah Korea sedang mengembangkan wisata kuliner halal. Jadi bisa membantu buat yang membutuhkan makanan halal. Bisa juga pesan makanan vegetarian di berbagai resto itu, umumnya mereka bersedia mengganti menu dengan kebutuhan vegetarian.
Kami sebetulnya bukan pengemar makanan Korea dan tidak suka Kimchi. Jadi awalnya agak apatis dengan makanan Korea. Namun setelah mencoba sendiri berbagai makanan Korea di negeri asalnya, ternyata makanan Korea banyak yang enak2 loh !! Sampai2 kami jadi over budget untuk urusan makanan di Korea, haha..
Bagus Jepang atau Korea ?
Nah, ini yang pasti banyak ditanyakan. Kami sendiri penasaran, karena kami sudah ke Jepang tahun 2014 dan semua orang bilang Korea ga ada apa2nya dibandingkan Jepang. Masa sih ?
Plus nya Jepang dibandingkan Korea :
- Istana nya jauh lebih bagus2, tempat wisata lebih banyak.
- Petunjuk jalan jelas, orang2 helpful sekali bahkan bisa mengantar sampai ke tujuan
- Toilet nya yang memang seru banget dengan berbagai tombol. Di korea hanya ada 1 tombol suara di beberapa toilet.
- Wilayahnya lebih besar sehingga suku nya lebih banyak, kita bisa bertemu orang Jepang kulit putih dan coklat. Di Korea hanya ada kulit putih.
- Ada macam2 tempat menginap yang unik dan kami coba : capsule hotel, ryokan dan love hotel. Di Korea ada hanok sih yang traditional, tapi cukup mahal harganya jadi kami tidak coba.
Plus nya Korea dibandingkan Jepang :
- Kami datang saat musim gugur, cantik sekali dan tidak ada hujan selama perjalanan 10 hari kami. Sedangkan saat musim sakura di Jepang, kami sering sekali ketemu hujan dan itu jadi menghambat perjalanan.
- Orang2nya lebih humanis, lebih santai, banyak street performance. Di Jepang orang2nya lebih kaku, antri dimana2, tegang bawaannya. Di beberapa tempat wisata di Korea masih bisa santai, sepi. Di Jepang semua lautan manusia, di tempat wisata, di jalan, di subway, wah… padat dimana2.
- Di dalam bus ada display bahasa Inggris, di Kyoto Jepang saat kami naik semua bahasa kanji.
- Bisa kemana2 naik publik transport dengan T-Money, sangat praktis. Di Jepang jalur subway terdiri dari beberapa perusahaan. Jadi kartu subway dari perusahaan yang satu tidak bisa digunakan di jalur subway perusahaan yang lain. Cukup repot dan bikin pusing.
- Street food nya jauh lebih banyak daripada Jepang dan variasinya banyak. Rasa makanan nya juga lebih meriah, asam, pedas, dsb.
- Bisa coba hanbok gratis di banyak tempat. Kalo di Jepang ga ada kimono atau yukata yang gratis, semua bayar.
Jadi, kami sangat menikmati semua perjalanan kami baik di Jepang maupun Korea. Memang disarankan datang ke Korea pada saat musim gugur, sehingga nuansa alamnya betul2 menakjubkan. Ini akan menambah romantisme perjalanan di Korea.
Kamsahamnida Korea… Terima kasih Korea… Akhirnya kami bisa melihat daun merah, orange, kuning di musim gugur yang spektakuler untuk yang pertama kalinya !
Baca kisah sebelumnya di part-4 (Nami Island & Garden of Morning Calm)
Kalau saya baca perjalanan ke korea waktu mencari hotel sunrise inn dongdaemun agak susah, kebetulan saya 10 hari lagi akan menginap disana, dapatkah ibu memberikan petunjuk jalan ? Terima kasih
Jadi awalnya susah karena petunjuk awal yang dimiliki merujuk pada woori bank. Padahal tidak ada aksara woori bank menggunakan alphabet, adanya dengan aksara korea yang kami tidak paham. Paling mudah patokannya adalah di belakang tours le jours. Nanti akan ada papan petunjuk untuk hotel ini. Selamat jalan2 ya !
wah… korea… jadi pengen kesana lagi…
masih banyak tempat yang belum didatengin soale
mahal juga ya kak jajan di korea
Iya.. kalo di sini kan gorengan ga samnpe 10 ribu ya, hahaha..