Malacca – Malaysia : 28 Desember 2017

Kami jalan-jalan di Malaka atau disebut dalam bahasa aslinya sebagai Melaka, karena cruise kami berlabuh di kota ini selama beberapa jam. Jadi daripada diam di kapal, lebih baik turun dong. Apalagi kami berdua belum pernah mengunjungi Malaka. Waktu itu ke Malaysia hanya ke Kuala Lumpur dan Genting saja. Bisa baca di trip Malaysia (2006).

Dari cruise ke tender boat hingga sampai daratan

Costa Cruise tiba di Malaka pukul 7.30 pagi akan tetapi tidak bisa merapat karena perairan yang dangkal. Jadi untuk turun ke Malaka, para penumpang perlu naik tender boat atau kapal kecil dari kapal cruise menuju pelabuhan di daratan Malaka. Untuk berkeliling Malaka ada pilihan untuk ikut paket tour yang disediakan oleh pihak cruise. Cuma ya pasti mahal lah. Kami pilih jalan sendiri aja.

Untuk yang ikut tour dari kapal (program Shore Excursion) mendapatkan fasilitas turun terlebih dahulu. Sementara yang mau jalan sendiri, bisa datang jam 08.15 di Concorde Plaza di deck 7. Petugas memberikan nomor urut buat naik tender boat. Kami dapat nomor 5. Kapasitas satu tender boat kurang lebih 50 orang. Setelah menunggu sekitar 10 menit, nomor kami dipersilakan menuju ke tender boat.

Karena passport semua penumpang di’tahan’ di cruise, maka yang menjadi kartu identitas selama di Malaka adalah  kartu Costa. Saat keluar cruise, kartu Costa di-scan dan jika hasil fotonya tidak sama dengan pemegang kartu, maka yang bersangkutan tidak diperkenankan turun. Demi keamanan juga sih. Tender boat kami tertutup semua sisinya. Jadi aman jika ada hujan dan ombak. Pagi ini sih cuaca sangat cerah, jadi menyenangkan untuk jalan2 eksplorasi Malaka.

Tender boat berhenti di dermaga dengan tenda dan banner Costa sebagai penanda. Sangat kecil, kayak pelabuhan bayangan. Bagi yang mau jalan2 sendiri, bisa naik taksi yang sudah menunggu di depan pelabuhan. Banyak sekali supir taksinya langsung menyerbu kami saat turun di dermaga. Mereka langsung menawarkan beragam paket wisata dengan berbagai bahasa.

Kami memilih jalan kaki saja karena Jonker Street, Old Town dan sekitarnya (pusat wisata) tidak terlalu jauh. Walau begitu kami tidak yakin harus berjalan kemana. Ya sudah sambil eksplorasi saja lah. Kami berjalan mengikuti arah taksi2 melaju. Melewati ruko2 dan mall yang masih tutup karena memang masih pagi. Setelah bertanya kepada orang lokal, kami pun sampai di pusat wisatanya. Jadi betul, jalan kaki harusnya sekitar 15 menit sampai. Dari pelabuhan, langsung saja jalan ke arah kiri menembus Pahlawan Walk.

Kami sempat berjalan kejauhan, jadi akhirnya sampai pertama di reruntuhan gerbang peninggalan Portugis, yaitu A Famosa. Di sebelahnya ada Melaka Sultanate Palace Museum. Naik ke atas bukit, lumayan terjal juga, bisa ditemui reruntuhan gereja St. Paul. Sebuah reruntuhan dengan dinding yang masih utuh, namun tidak ada atapnya. Dari lokasi ini, kami bisa melihat pemandangan kota Malaka, termasuk melihat kapal Costa Cruise nun jauh di sana.

Turun dari atas, jika jalan ke arah Jonker Street, kami melintasi sejumlah museum yang letaknya berdampingan, antara lain : Malay and Islam World Museum, Melaka Stamp Museum, People’s Museum, UMNO Museum dst. Hebat juga. Semua wisata terpadu di sini. Sangat memudahkan turis. Tapi  karena keterbatasan waktu, kami tidak mengunjungi satupun museum tersebut. Lagipula kami mengincar museum lain yang nanti akan kami ceritakan.

Christ Church Melaka

Tibalah kami di area wisata dekat Jonker Street. Betul, banyak sekali turis di sini. Yang menarik ada juga semacam becak dengan hiasan semarak yang bisa disewa untuk keliling daerah itu. Full music pula. Keren deh. Dua ikon yang menonjol di sini adalah Clock Tower dan Christ Church Melaka yang memiliki arsitektur menarik dan warna yang mencolok yaitu merah bata. Gereja ini sudah ada sejak tahun 1753. Kami sempat masuk ke dalamnya. Interior dalamnya sederhana namun karena masih dalam suasana Natal, ada pohon Natalnya. Di sisi kanan gereja, ada kios2 penjual souvenir.

 

Kemudian kami lanjut ke Jonker Street, jalanan paling terkenal buat turis di Malaka. Ada tulisan #jonker walk di tengah2 jalan. Jalannya tidak terlalu lebar, kanan kiri banyak toko dan tempat makanan. Katanya saat malam akan lebih ramai. Karena kami jalan2 saat siang hari dan panas bukan main, maka kami cari es cendol dulu ah. Katanya khas Malaka.

Ternyata yang namanya es cendol Malaka itu lebih dominan es serut dan gula merah. Jadi rasanya manis. Ada kacang merah sedikit dan cendol hijaunya sendiri cuma sedikit di bagian atas. Harganya RM.5 seperti yang kami makan ini. Kami makannya di restoran bagus sih. Sampai2 pelayan nya bingung karena kami cuma pesan es cendol bukan pesan makanan. Mungkin kalo di kedai pinggir jalan harganya bisa lebih murah.

 

Selain itu, kami menemukan satu makanan menarik, katanya juga khas Malaka. Namanya Nyonya Dumpling. Tapi bukan pangsit ya. Ini bacang dengan warna biru di salah satu ujungnya. Warna birunya berasal dari bunga “butterfly pea” jadi pewarna alami. Kami beli di salah satu kedai, tapi ga bisa makan di tempat. Jadi kami bawa saja dulu. Nanti makannya setelah dari museum saja. Harganya RM.6

Nah, museum yang diincar oleh Jeff adalah Baba Nyonya Heritage Museum. Isinya tentang kehidupan kaum peranakan di Malaysia. Banyak yang merekomendasikan tempat ini, jadi kami pun tertarik. Lokasinya masih di area Jonker. Pintu masuknya dari kaca tapi ga bisa dibuka dari luar. Harus dibukakan dari dalam. Ada guided tour yang sudah termasuk tiket masuk, diadakan setiap jam. Pas kami datang jam 11, jadi pas bisa ikut tournya. Jika di luar waktu tour, pengunjung akan dipinjamkan buku panduan sebagai pengganti guided tour.

Harga tiket masuknya RM.16 per orang. Dibayar cash dan tidak dapat bukti / karcis apapun. Tour dipandu seorang ibu2 menggunakan kebaya encim (khas peranakan) dan berbahasa Inggris. Secara umum tidak bisa foto di sini karena memang ada larangannya. Ada beberapa tempat yang bisa difoto, namun terbatas.

Museum terdiri dari rumah besar 2 lantai. Besar dan mewah untuk ukuran jaman dulu. Banyak perabotan tua yang ada di dalamnya dan masih terawat dengan baik. Kita bisa merasakan bagaimana hidup di jaman dahulu. Apalagi tour guide memberikan gambaran yang menarik bagaimana misalnya perempuan jaman dulu tidak boleh keluar rumah dan tidak boleh bertemu pria.

Pemilik rumah ini merupakan keturunan peranakan yang melestarikan sejarah dari awal masa penjajahan hingga akhirnya menjadi negara merdeka.  Jadi rupanya dulu ada pria China yang menikah dengan perempuan Indonesia. Dari sinilah mulai tercipta budaya peranakan, dimana budaya China sangat dipelihara namun bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Wah, orang Indonesia punya peranan besar ya atas terbentuknya budaya peranakan di Malaysia. Bangga donk. Tour berkisar 40 menit, namun setelahnya pengunjung bisa tetap berjalan2 santai di museum ini.

Siang ini santai sejenak, sempat jalan2 ke mal dan cari tempat duduk untuk makan bacang dulu. Ternyata bacang ketan dan rasa daging nya manis. Berbeda dengan bacang di Jakarta yang rasa dagingnya gurih. Menarik juga rasanya, unik. Kami merasa cukup puas dengan eksplorasi Malaka selama sekitar 4-5 jam ini. Pusat wisatanya terpusat sehingga sangat mudah dinikmati dengan jalan kaki.

Kami memutuskan segera kembali ke kapal untuk makan siang. Ga mau rugi lah.. makanan di kapal kan juga enak. Maka kami langsung menuju pelabuhan. Kali ini antrian naik tender boatnya bebas, tidak ada nomor urut. Siapa cepat, dia duluan naik. Tender boat kali ini sisinya terbuka, jadi angin bertiup bebas, AC alami.

Untuk pengalaman kami naik Cruise bisa dilihat di : trip Costa Victoria (2017)

Advertisement
Categories: 2015-2019, ASIA, Malaysia | Tags: , , , , , | Leave a comment

Post navigation

We love your feedback !

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.

%d bloggers like this: