Hari terakhir bisa beraktivitas nih di LA, sebelum besok kami harus terbang kembali ke Indonesia. Sebetulnya dalam jadwal kami hanya ada 1 agenda hari ini, yaitu Warner Bros Studio di pagi hari dan sengaja lebihnya dikosongkan untuk belanja2 atau jalan2 santai. Tapi ternyata jadi penuh nih ditambah Griffith Observatory karena waktu pertama ngider di LA itu Griffith sempat penuh banget ga bisa parkir, jadinya kami mau coba di hari ini. Lalu juga tambah Santa Monica, karena kemarin ga sempat waktunya mampir ke sana pas perjalanan nyusur Pacific Coast Highway.
Catatan : Ada baiknya memang alokasi 1-2 hari kosong di akhir perjalanan jika memungkinkan untuk jaga2 jika ada rencana yang gagal di awal dan mau dicoba kembali di akhir perjalanan.
Warner Bros Studio
Yang pertama, kami mau ke Warner Bros, salah satu produsen film dan TV series terkenal di dunia. Lokasinya ada di Burbank, California. Kami mau ikut Warner Bros Studio Tournya. Tinggal buka https://www.wbstudiotour.com/ dan bisa pilih jenis tour dan jam yang diinginkan. Kami sudah booking ini dari sebelum berangkat ke USA.
Di California, ada jalanan menyusuri laut mulai dari San Francisco ke San Diego yang namanya Highway #1. Nah, jalur ini dikenal dengan nama Pacific Coast Highway (PCH), merupakan one of the most famous scenic drives in the world. PCH ini juga masuk dalam list National Scenic Byway yang dirilis oleh dept perhubungan USA.
Jadi jika kita mengunjungi California, usahakan menjalani rute ini ya, bisa drive seperti kami atau naik bus. Lalu boleh dari jalur mana saja, San Francisco ke bawah atau Los Angeles/San Diego ke atas, pemandangan nya sama saja. Jika seperti kami, rutenya dari San Francisco ke bawah, maka lautnya ada di sebelah kanan jalan. Jika hendak stop lebih mudah karena tinggal minggir saja (posisi mobil kan di sebelah kanan jalan). Juga pemandangan ke laut dari mobil tidak terhalang, jadi lebih menguntungkan sih rute ini.
Masalahnya, jika kita mengikuti jalur PCH ini secara murni, maka perjalanan menyetir akan jadi sangat lama. Padahal kami cuma punya waktu 2 hari untuk menyusuri PCH dari SF sampai LA, dengan menginap di Monterey. Jadinya kami kombinasi saja antara PCH dan jalur yang lebih to the point ya. Untuk hari ini, kami akan langsung drive ke Santa Cruz, baru menyusur PCH sampai Monterey. Jika menyusur PCH ke Santa Cruz bakal jauh dan lama soalnya.
Selama kami di San Francisco, kami memutuskan tidak nyetir sendiri ke downtown. Ini nasihat dari banyak orang terhadap kami, hehe.. Alasannya antara lain : kontur jalan yang kurang bersahabat (naik turun cukup curam), banyak persimpangan tanpa lampu merah yang bikin bingung, cari parkir susah, lalu yang terutama lagi banyak kasus pecahin kaca mobil untuk ambil barang2 di dalamnya. Oke, jadilah mobil kami parkir di depan rumah host airbnb dengan kondisi dalam mobil kosong, tidak ada barang yang ditinggalkan di dalamnya.
Jalanan yang naik turun/curam dan rentan pemecahan kaca mobil
Artinya untuk menjelajah SF kami perlu menggunakan public transport. Untuk memudahkan, kami download Muni Mobile dan beli Muni Pass melalui apps itu. Untuk hari ini kami aktivasi 1 day pass (tanpa cable car) seharga USD.5/org. Besok baru aktivasi 1 day passport, ini yang sudah termasuk cable car, harganya USD.13/org.
Rabu, 27 April 2022 (Horseshoe Bend, Antelope Canyon X, Downtown Las Vegas)
Karena semalam sampai sudah gelap, jadi baru bisa lihat jelas dan foto2 penginapan kami di pagi hari ini. Seperti biasa, ranjangnya double queen bed yang bisa untuk 4 orang.
Rodeway Inn at Lake Powell, Page
Di Rodeway Inn, harga menginap sudah termasuk breakfast. Breakfastnya model buffet, tapi simple. Mirip seperti saat kami menginap di Dover Castle Hostel London (2019). Makanan, minuman serta peralatannya diletakkan di meja2 yang ada di area lobby. Semua self-service. Ada kopi, teh, minuman coklat, yoghurt, roti, muffin, cereal, buah cocktail kalengan, dan waffle. Untuk waffle mesti buat sendiri, ada adonan, mesin dan petunjuk pembuatannya. Sangat mudah ternyata, Jeff yang bikin waffle nya nih. Hore… Jadi ! Bisa dikasi mapple syrup atau kasi buah cocktail di atasnya.
Ada Mr. Surjono dan Mrs. Susy yang menjemput kami di airport. Terima kasih banyak om dan tante. Ini adalah sepupu dari mamanya Diana, yang sudah lama tinggal di LA-USA. Kami juga diperbolehkan menginap di rumah mereka selama kami berada di LA. Wah, senang deh.. bisa ketemu dengan family yang sudah lama tidak bertemu dan punya banyak waktu ngobrol di rumah mereka.
Karena jam tiba di airport adalah jam 12 siang, maka mereka mengajak lunch dulu sebelum pulang ke rumah. Well, walau sebetulnya kami sudah makan siang di pesawat tapi oke deh icip2 makanan ringan khas Amerika. Katanya ada resto yang menyajikan makanan khas Louisiana, salah satu negara bagian di USA yang terkenal dengan cajun dan makanan berempah. Kalo tau “Popeyes”, fast food yang dulu pernah masuk ke Indonesia, naaah… itu contoh makanan khas Louisiana. Oke, sip.
Begitu keluar airport, kami langsung tersambung dengan highway demi highway. Semua jalanan besar2 dan sangat padat, padahal sudah 4-6 jalur satu arah loh. Kaget juga karena dimana-mana macet. Tapi macetnya di sini sih jalan ya, bukan “stuck” kaya di Jakarta. Pemandangan pegunungan yang terbentang di depan kami selama perjalanan juga menambah ketakjuban kami, keren !
Road trip di luar negeri ini adalah yang ketiga kalinya kami lakukan. Sebelumnya kami pernah road trip di Canada (2018) dan juga road trip di Inggris & Scotland (2019). Di USA setir mobil ada di sebelah kiri, jadi jalur mobil ada di sebelah kanan. Sama seperti Canada dan terbalik dari Indonesia. Jadi ingat ya, jalur paling lambat adanya di kanan jalan dan jalur paling kiri adalah untuk kendaraan paling cepat atau menyalip.
Tidak harus memiliki SIM Internasional
Menyetir di USA, tidak harus menggunakan SIM Internasional, melainkan cukup hanya SIM Indonesia saja. Jika diperhatikan, di SIM Indonesia ada terjemahan SIM dalam bahasa Inggrisnya yaitu Driving License. Jika memiliki SIM Internasional sekalipun, tetap harus memperlihatkan SIM lokalnya juga.
SUPPLIER SEWA MOBIL
Awalnya kami pilih “compact car” dari Hertz dan booking nya melalui Argus Car Hire, langganan kami setiap kali harus rental mobil di luar negeri. Yang termurah yaitu “economy car” terlalu kecil menurut kami untuk menjalani road trip selama hampir 2 minggu. Jadi pilihan compact car yaitu mobil Nissan Versa atau sejenisnya. Untuk 11 hari perjalanan dari LA kembali ke LA harganya sekitar 4,6 juta. Ini bukan rental di airport ya, jika pilih airport atau pp di lokasi yang berbeda maka harga bisa beda 2x lipat.
Nah, ternyata setelah booking baru kami baca2 review (salah sih memang, harusnya baca review dulu yah) dan kaget karena kok reviewnya sangat negatif untuk Hertz di LA ini. Dengan nama besar Hertz rasanya aneh, jadilah kami browsing lebih jauh dan menemukan berita bahwa Hertz ini dinyatakan bangkrut karena pandemic COVID. Akhirnya mereka harus jual banyak mobil dan ini keliatannya berpengaruh pada sistem operasional mereka. Bisa baca beritanya di https://www.nytimes.com/2021/06/30/business/hertz-bankrupcty.html
Rental car from AVIS
Tidak mau mengambil resiko, kami putuskan untuk cancel saja karena memang free cancel sih. Cari2 lagi merk lain akhirnya dapat AVIS melalui situs http://my.trip.com dengan harga 6,7 juta dimana bisa diambil di cabang yg tidak jauh dari tempat kami menginap di LA dan dikembalikan ke airport LA. Wah, oke juga nih. Memang lebih mahal, tapi reviewnya bagus dan bisa drop lgsg ke airport, jadi sangat nyaman. Untuk “compact car” standar mereka di website adalah KIA Soul. Pada akhirnya kami mendapatkan mobil Hyundai Kona, bukan yg elektrik ya. Kalo di Indonesia hanya ada yg versi elektriknya nih.
Rencana awal untuk pergi ke Amerika Serikat sebetulnya sudah sejak awal 2020. Saat itu kami memulainya dengan mengajukan aplikasi visa USA. Bisa baca kisahnya di postingan mengurus visa USA (2020).
Setelah disetujui, maka kami pun berburu tiket pesawat. Namun ternyata itu bertepatan dengan masuknya COVID ke Indonesia. Jadi kami tidak rugi apa pun karena memang belum booking apa-apa saat itu. Hanya saja rencana ke USA dibatalkan, menunggu COVID mereda yang tadinya diperkirakan tidak akan lama. Ternyata sampai tahun berikutnya, kami tetap belum bisa pergi ke USA karena dirasa masih belum aman untuk traveling. Selain itu kebijakan yang ketat dan biaya mahal terkait syarat PCR dan karantina pun mengurungkan niat kami untuk jalan-jalan ke luar negeri selama pandemi melanda. Kami memilih untuk traveling domestik saja dahulu.
Akhirnya pada awal 2022 ini, kami memberanikan diri untuk kembali melanjutkan rencana yang tertunda. Banyak negara sudah berdamai dengan COVID, termasuk Indonesia dan USA. Syarat perjalanan luar negeri pun mulai dilonggarkan. Horeeee… akhirnya… !