Menjelang tengah hari, kami keluar pintu tol Colomadu Solo karena mau berkunjung ke bekas pabrik gula Colomadu yang sekarang sudah menjadi museum https://www.detjolomadoe.com/ Tadinya kami mau makan siang dulu di sini, sayang cafenya baru buka sore hari dan tidak ada yang menjual makanan di sini. Jadilah kami ganjal dulu makan bekal di mobil.
Museum Colomadu
Tiket masuknya Rp.35.000,- per orang. Di sini kita bisa melihat sejarah berdirinya pabrik gula ini hingga menjadi museum. Ada mesin2 berukuran besar, cerita terkait pengolahan gula mulai dari tanaman tebu dan didukung dengan visualisasi digital. Jadi ada area yang bisa interaktif, hanya saja memang tidak banyak ya. Museumnya cukup bagus dan layak untuk dikunjungi, namun kembali lagi tergantung selera ya. Di sini Jeff sih suka sementara Diana kurang tertarik.
Kali ini kami mau mencoba nyetir mobil yang agak jauh. Masa udah road trip di Canada dan UK tapi belum pernah road trip di negeri sendiri sih. Selama ini paling jauh kami nyetir mobil itu ya ke Tanjung Lesung dan Cirebon ya, sekitar 4 jam perjalanan. Oke, kali ini tujuan nya mau ke Solo (Surakarta) di Jawa Tengah saja, berhubung kami berdua belum pernah mengunjungi kota asal dari Presiden Joko Widodo ini. Ceritanya kami sekalian mau menjajal setengah tol trans Jawa. Supaya agak santai, maka kami juga mau stop di Cirebon semalam saat pergi dan stop di Semarang semalam juga saat pulang. Di Solo sendiri rencana menginap 2 malam.
Persiapan kami sebelum berangkat road trip : kondisi ban mobil dipastikan prima, isi bensin full tank dan e-money diisi yang cukup untuk bayar tol karena tidak ada lagi tol yang menerima pembayaran tunai. Road trip pertama kami di pulau Jawa kali ini, merupakan rencana yang tertunda dari bulan Juli lalu. Saat itu ada lonjakan kasus COVID di Indonesia sehingga kami sempat cancel semua hotel yang kami sudah booking.
Day 1 – Cirebon
Kami berangkat pukul 4.30 subuh, supaya jalanan masih lancar dan sampai di tujuan masih pagi. Kali ini tujuannya adalah Telaga Biru Cicerem yang ada di Kuningan, sedikit di luar Cirebon, tepatnya berlokasi di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Berhubung foto2 yang beredar di sosmed mengenai tempat ini sangatlah cantik, jadi kami mau cek sendiri kebenarannya. Walaupun lokasinya di desa, tapi jalan ke sana mulus dan bagus aspalnya, hanya saja perlu konsentrasi, karena jalanannya menanjak terus dan lebar jalannya hanya pas untuk 2 mobil. Perjalanan lancar ditempuh dalam waktu 3,5 jam, sehingga jam 8 pagi kami sudah tiba. Ikuti saja google map, nanti keluar tol Plumbon.
Telaga biru Cicerem yang airnya lebih ke hijau sih daripada biru, hehe..
Kami membeli voucher utk menginap di Sheraton Bandung ini sudah dari November 2020, setahun yg lalu melalui Traveloka saat promo buy now stay later. Sheraton ini termasuk jaringan grup nya Marriott ya, jadi memang dari awal covid grup Marriott ini banyak sekali menawarkan promo dan kami banyak memanfaatkannya, hehe.. bisa lihat pengalaman kami menginap di JW Marriott Jakarta dan Westin Ubud Bali dengan harga murah. Expired voucher Sheraton ini akhir Desember 2021, jadi mumpung kasus Covid sudah melandai kami pun segera menggunakannya. Harganya waktu beli Rp.892.500 untuk deluxe room include breakfast. Menurut kami sih harganya cukup oke karena Sheraton ini bintang 5 dan harga kamar biasanya di kisaran 1-2 juta.
Day 1
Kami lunch dulu di Tizi Resto yang berada di Dago atas juga nih, ga jauh dari Sheraton. Ini resto jadul, udah lamaaaa banget ga makan di sini. Jadilah kami nyobain lagi makan di sini. Rasa makanan masih terjaga, kalo pesan steak pilih sama salad saja (jangan vegetables), karena ini unik model Salad Belanda (Huzarensla) gitu, enak ! Trus cobain deh steak lidah sapinya, karena selain di sini rasanya ga ada yg jual steak lidah sapi, hehe.. Kue2nya juga model jadul yg enak2. Cuma semua yg enak itu harganya juga ga murah ya, ada barang ada harga lah.
Setelah kenyang, kami check-in ke Sheraton. Sebetulnya belum jam check-in, tapi karena kamar sudah ada yg ready jadi sudah bisa masuk. Sip lah. Kamarnya cukup lega, tempat shower juga lega dengan 2 model shower, yang biasa (dengan gagang) dan rain shower (dari atas) – mantap banget !
Lobby dan Kamar di Sheraton Bandung
Ranjang dan sofa empuk, ada meja tulis, TV yg guedeee banget kaya di Westin Ubud dan ada balkon. Ini penting banget ya di masa pandemi, ada balkon yang bisa dibuka sehingga bisa dapat udara segar. Bisa minta balkon hadap taman atau hadap swimming pool.
Kali ini cerita perjalanan nya agak berbeda dibandingkan penulisan yang biasa kami lakukan. Jika biasanya kami menulis sesuai kronologis perjalanan seperti baca buku cerita gitu.. kali ini kami akan menuliskan review tempat-tempat yang dikunjungi saja. Hal ini karena perjalanan kali ini agak mix antara pekerjaan dan liburan dan perayaan wedding anniversary kami. Lalu juga kami pergi bersama dengan Jennifer (adik dari Jeff) dengan rute perjalanan yang kadang berbeda. Sehingga kami hendak memasukkan semua informasi yang kami dapatkan, baik itu kami jalani sendiri maupun berdasarkan informasi dari Jennifer yang menjalani nya, jadi lengkap.
TRANSPORTASI JAKARTA-BALI (PP)
Kami memutuskan untuk menggunakan pesawat demi efisiensi waktu. Pilihan jatuh pada Citilink dengan pembelian melalui Traveloka. Harga promo kami beli di kisaran Rp.500.000 per orang untuk pergi dan Rp.400.000 per orang untuk pulangnya. Sangat murah ya menurut kami dibandingkan harga tiket pesawat normal ke Bali. Di masa pandemi ini kelihatannya baik maskapai dan OTA (Online Travel Agent) banyak melakukan penurunan harga besar2an. Resikonya adalah kita harus fleksibel terhadap jadwal karena banyak kemungkinan jadwal pesawat kita di re-schedule/re-time, bahkan sampai berkali2.
Diana pernah menginap di Sanur saat acara Gathering Tim Kayross Psikologi Utama tahun 2019. Jadi bisa baca2 postingannya juga sebagai referensi. Tulisan pada postingan kali ini juga ada beberapa yang kami kaitkan dengan pengalaman tahun 2019 tersebut.
Akomodasi
Inna Bali Beach Resort, Sanur (Inna Group, hotel bintang 3)
Di pantai Sanur, ada 4 hotel yang berada dalam naungan Inna group dan merupakan hotel2 lama dan besar yang berada di tepi pantai Sanur. Yang 1 terletak di pantai Sindhu, sementara 3 lainnya sambung menyambung di area pantai matahari terbit. Ketiga hotel itu adalah Grand Inna Beach Hotel, Inna Bali Beach Resort & Inna Bali Garden Resort. Saat ini, yang dioperasikan hanya Inna Bali Beach dengan menggunakan lobby Inna Bali Garden. Semuanya demi efisiensi karena imbas pandemi. Jadi walau pun bookingnya hotel Grand Inna, nantinya akan dipindahkan menginap di Inna Bali Beach. Namun fasilitas kolam renang dari ke-3 hotel tersebut bisa digunakan semua.
Lobby yang open air dan cottage dengan teras bersantai
Berlokasi di Keramas, Gianyar. Jennifer berencana main ke Bali Safari jadi memilih menginap di hotel ini karena lokasinya tidak jauh dari Bali Safari (sekitar 8 menit naik motor). Tarif kamarnya 150 ribu per malam, tanpa breakfast. Murah banget kan. Total ada 9 kamar sebetulnya, tapi sewaktu Jennifer menginap di sini, hotel sedang kosong sehingga Jennifer menjadi satu-satunya tamu. Betul2 terasa sekali dampak pandemi di Bali ini ya.
Pantai ini dapat ditempuh jalan kaki dari akomodasi kami di Batu Belig. Sebetulnya bisa melihat sunset di pantai ini, namun karena waktu yang terbatas, kami mengunjungi pantai ini di pagi hari. Pantainya luas dan sepi, natural sekali. Ada beberapa orang yang jogging di pantai. Ada juga yang memancing dengan duduk di tepi pantai, unik sekali. Kami tanya, memangnya bisa dapat ikan dengan memancing di pinggiran laut seperti itu ? Katanya bisa dan banyak. Keren juga berarti untuk snorkeling nih harusnya, hehe..
Lokasi di Jl.Batu Belig, Kerobokan, Seminyak. Sangat strategis, jalan kaki 5 menit dari pantai Batu Belig.
Bening House yang murah dan bersih
Penginapan ini modelnya seperti losmen atau kamar kost. Ada common areanya untuk duduk2 dan tersedia dispenser air di situ. Kamar dan kamar mandinya cukup lega dan bersih. Kami beli dari tiket.com dengan harga sekitar Rp.140.000 per malam (utk 2 orang) tanpa sarapan. Jika mau sarapan tambah Rp.55.000 per orang, mendapatkan 1 jus buah segar dan 1 menu ala carte yang bisa dipilih. Dengan promo, maka kami bisa dapat 2 malam + 1x sarapan utk 1 org hanya dengan harga Rp.250.000, oke banget kan. Menariknya, sarapan selain bisa di kamar, bisa juga dilakukan di salah satu cafe di pantai Batu Belig. Wuiiih, breakfast with a view judulnya. Ga rugi banget deh !
Breakfastnya di tepi pantai Batu Belig
Akomodasi ini cocok buat yang solo traveling juga, karena harga yang ditawarkan sangat terjangkau walau untuk menginap 1 orang saja.
Lido Lake Resort ini sebetulnya sudah lama berdiri dalam kawasan Lido. Namun sejak tahun 2015 kawasan ini mulai digarap menjadi proyek bersama antara MNC Grup dan Donald Trump. Tujuannya adalah untuk dijadikan kawasan sekelas Disney Land dan Universal Studio, di atas lahan sekitar 3.000 ha. Sekarang Lido malah sudah masuk dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sama seperti Tanjung Lesung, Banten.
Kami menginap di tempat ini ber-3, bersama adik dari Jeff, namanya Jennifer. Kami pernah juga sih pergi ber-3 tahun 2015 saat traveling ke China. Beli voucher menginapnya melalui Traveloka dengan harga Rp.736.000,- untuk weekend, sudah termasuk breakfast. Hotel juga banyak menawarkan promo2 melalui sosmed nya. Buat yang berminat silakan dimanfaatkan sebelum nanti harga tambah mahal mengikuti perkembangan fasilitas di kawasan ini.
Day 1
Sebelum ke Lido, kami mampir dulu ke Bogor untuk jajan dan beli makanan sebagai bekal nanti di Lido. Pertama mampir ke Roti Unyil Venus, kami suka banget roti ini. Kali ini, kami tinggal ambil saja karena sudah pesan melalui wa sebelumnya. Lalu mampir ke Jl. Suryakencana, salah satu jalanan paling terkenal untuk para wisatawan dan nyobain Cungkring Pak Jumat yang tersohor itu. Ooh, ternyata bagian sapi yang kenyal2 ditambah gorengan serta lontong dan disiram bumbu kacang. Ini kami makan di mobil.
Ketika resepsionis bilang Ladda Bay Village (LBV) sudah full, kami rada kesal juga. Kok bisa tiba2 begitu, padahal kami yakin sudah konfirmasi beberapa hari yang lalu dan mereka bilang oke. Mereka lalu melanjutkan, “Karena Ladda Bay full, maka akan di-upgrade ke Cottage. Lebih nyaman dan lebih dekat ke semua fasilitas resort”. Well, susah nih buat kami berespon. Di satu sisi harusnya senang ya, karena di-upgrade dan kami sadar betul harga cottage itu 2x lebih mahal daripada LBV dan memang sangat dekat pantai. Namun di sisi lain, kami agak kecewa, karena sudah beberapa kali menginap di cottage dan justru ingin cari pengalaman baru dengan menginap di LBV yang lebih seperti rumah sendiri (bisa masak, ada dispenser, dll)
Oke lah, jadi ekspresi kami datar saja. Mau gimana lagi. Dinikmati saja deh. Walau begitu, kami tetap penasaran ingin lihat kamar di LBV walau ga bisa menginap di sana. Jadi sekarang kami check-in cottage dulu nih. Kali ini dapat cottage yang dekat sekali dengan resto dan berada di sayap kanan kalo dari resepsionis. Bagus juga, biasanya kami menginap di cottage yang terletak di sayap kiri.
Ini dia cottage kami, modelnya sama dengan yg tahun lalu
Kali ini di depan cottage ada danau kecil dengan bunga2 teratai. Selain itu ternyata kami ketemu biawak juga nih di taman depan kamar. Tahun lalu juga kami ketemu biawak di dekat resto. Sepertinya biawak yang sama ? Hehe.. Dia senang bermain dekat2 resto nih sepertinya.